Kesultanan Gunung Tabur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dian (WMID) (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
PeragaSetia (bicara | kontrib)
Menambah potret sultan
 
(29 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Former Country
{{Sedang ditulis}}
| native_name = كسولطانن ڬونوڠ تابور
| conventional_long_name = Kesultanan Gunung Tabur
| common_name =
| continent =
| region =
| status = Protektorat di bawah [[Kerajaan Belanda]] (sejak 1837)
| government_type = [[Monarki]] [[Kesultanan]]
| image_flag = Bendera Kesultanan Gunung Tabur.svg
| image_coat = Berkas:Lambang kerajaan gunung tabur.JPG
| year_start = 1810
| event1 = Menjadi protektorat [[Kerajaan Belanda]]
| year_event1 =
| event_end = Kesultanan dihapuskan
| year_end = 1960|
| p1 = Kesultanan Berau
| flag_p1 = East Borneo Sultanate Flags.png
| p2 =
| flag_p2 =
| s1 = Indonesia
| flag_s1 = Flag of Indonesia.svg
| flag_s2 =
| image_map = {{switcher|[[Berkas:Peta Gunung Tabur Dan Sambaliung 1810.png|upright=1.24|frameless]]|Menampilkan peta 1810|[[Berkas:Peta_Kesultanan_Gunung_Tabur.png|upright=1.21|frameless]]|Menampilkan peta sekarang|default=1}}
| image_map_caption =
| capital = [[Gunung Tabur]]
| common_languages = [[Bahasa Melayu|Melayu]], [[Bahasa Berau|Berau]]
| religion = [[Islam Sunni]] (resmi)<br>[[Animisme]]
| currency = |
| title_leader = [[Sultan]]
| leader1 = [[Zainal Abidin II|Zainal Abidin II bin Badaruddin]]
| year_leader1 = 1810 – 1834
| leader2 = [[Aji Raden Muhammad Ayub|Aji Raden Muhammad Ayub]]
| year_leader2 = 1951 – 1960
| leader3 = Aji Raden Muhammad Bachrul Hadi
| year_leader3 = 2016 – sekarang|
| stat_year1 =
| stat_area1 =
| stat_pop1 =
| today = {{flag|Indonesia}}
| event_start = Didirikan
| date_event1 = 1837
| event2 = Swapraja di bawah [[Daerah Istimewa Berau]]
| date_event2 = 1953
| event3 =
| image_flag2 = East Borneo Sultanate Flags.png
| flag_caption = '''Atas:''' Bendera kesultanan saat ini<br>'''Bawah:''' Bendera kesultanan pada abad ke-19
| image_map2 =
| map_caption =
| map_caption2 =
}}
 
'''Kesultanan Gunung Tabur''' adalah ...salah Secarasatu administratifkesultanan terletakyang diterbentuk JI.akibat Kuran,pecahnya RT[[Kesultanan 03,Berau]] pada awal abad ke-19 dan terletak di Kecamatan [[Gunung Tabur, Berau|Gunung Tabur]], [[Kabupaten Berau]], [[Kalimantan Timur|Provinsi Kalimantan Timur]]. Istana Gunung Tabur berada di tepi Sungai Segah yang menghadap ke arah sungai. Bangunan ini bertipe [[rumah panggung]] yang terbuat dari kayu [[ulin]] yang saat ini telah difungsikan sebagai [[museum]].<ref>{{Cite book|last=BPCB Samarinda|first=Bpcb|date=2015|title=Profil Cagar Budaya Kalimantan|location=Samarinda|publisher=Balai Pelestarian Cagar Budaya Samarinda|pages=41|url-status=live}}</ref> Selama [[Perang Dunia II]] tahun 1945, Istana Gunung Tabur dibom oleh sekutu dan tidak ada bagian dari istana yang tersisa. Pada tahun 1990, Istana Gunung Tabur dibangun kembali dan dijadikan sebagai museum yang diberi nama [[Museum Batiwakkal]] yang diresmikan pada tahun 1992.[[Berkas:Kesultanangunungtabur1.jpg|jmpl|ka|225px|Istana Kesultanan Gunung Tabur]]
 
Secara horizontal bangunan terbagi atas enam (6) ruang. Tiga ruangan di bagian depan dan tiga ruangan di bagian belakang dengan posisi memanjang ke samping. Pada setiap ruangan terdapat benda koleksi Kesultanan Gunung Tabur seperti kursi singgasana raja, tempat tidur raja, pakaian adat, tempat tidur bayi, wadah dari perunggu (tempat makam, dll), keramik, senjata, dan mata uang kuno (Indonesia dan luar negeri). Di bagian depan terdapat dua pintu sebagai pintu masuk dan pintu keluar bagi pengunjung. Di samping kedua pintu terdapat dua buah [[Meriam|meriam.]]
 
Pada masa Perang Dunia II Tahun 1945, Istana Gunung Tabur dibom oleh pihak sekutu hingga tidak menyisakan satupun bagian dari istana. Pada Tahun 1990, istana tersebut dibangun kembali dan dijadikan sebagai museum yang diberi nama [[Museum Batiwakkal]] dan diresmikan tahun 1992.  [[Berkas:Kesultanangunungtabur1.jpg|jmpl|ka|225px|Istana Kesultanan Gunung Tabur]]
[[File:Bendera Kesultanan Gunung Tabur.png||jmpl|ka|280px|Bendera Kesultanan Gunung Tabur]]
[[Berkas:Lambang kerajaan gunung tabur.JPG|jmpl|ka|200px|Lambang Kerajaan Gunung Tabur.]]
 
== Sejarah ==
Kesultanan Gunung Tabur sangat erat kaitannya dengan [[Kesultanan Berau]]. Disebutkan dalam sejarah, Kesultanan Gunung Tabur terbentuk karena adanya perpecahan yang terjadi di Kesultanan Berau pada awal abad ke-19. Perpecahan itu melahirkan dua kesultanan baru yaitu [[Kesultanan Sambaliung]] dan [[Kesultanan Gunung Tabur]]<ref>{{Cite web|first=Bpcbkaltim|date=2021-2-02|title=Istana Gunung Tabur|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbkaltim/istana-gunung-tabur/|website=Indonesiana Platform Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan|access-date=2022-10-25}}</ref>
 
=== Pendirian ===
Ada versi yang mengatakan bahwa penyebab pecahnya [[Kesultanan Berau|Kerajaan Berau]] karena ulah kelicikan penjajah Belanda dikala itu. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa pecahnya Kerajaan Berau dikarenakan oleh Praktik [[Poligami]] sang raja.
Kesultanan Gunung Tabur didirikan karena pemisahan [[Kesultanan Berau]]. Perpecahan Kesultanan Berau melahirkan dua [[kesultanan]] baru yaitu [[Kesultanan Sambaliung]] dan Kesultanan Gunung Tabur.<ref>{{Cite book|last=Syahiddin, dkk.|date=2013|url=https://repositori.kemdikbud.go.id/2461/1/Cerita%20Rakyat%20Pesar%20dan%20Berau.pdf|title=Cerita Rakyat Paser dan Berau|location=Samarinda|publisher=Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur|isbn=978-602-777-737-8|editor-last=Herawati, Y., dkk.|pages=344|url-status=live}}</ref>
 
Pada masa kepemimpinan Raja Berau ke-9 yaknikesembilan, Aji Dilayas, mulai muncul perpecahan di Kerajaan Berau. Raja Aji Dilayas memiliki dua [[permaisuri]] danyang masing-masing dikaruniai seorang putra. SetelahSepeninggal Aji Dilayas meninggal dunia, kedua putranya yakni, Pangeran Tua dan Pangeran Dipati, merasa berhak menjadiatas rajatakhta kerajaan. Untuk menghindari konflik, keputusan bersama dibuat bahwa mereka harus memerintah secara bergantian.<ref name=":0">{{Cite web|last=BPCB Kaltim|date=2 Februari 2021|title=Istana Gunung Tabur|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbkaltim/istana-gunung-tabur/|website=Indosiana Platform Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan|access-date=27 Oktober 2022}}</ref>
 
Sebagai putra sulung, pangeran tua itu berkesempatan memerintah kerajaan dari tahun 1673 hingga 1700. Adiknya Pangeran Dipati memerintah dari tahun 1700 hingga 1731. Situasi ini berlangsung hingga akhirnya perseteruan antara kedua dinasti tersebut tidak dapat diselesaikan. Pada tahun 1810, kerajaan Berau terbelah menjadi dua generasi.<ref name=":0" />
Dalam memutuskan siapa yang berhak menggantikan ayah mereka, terjadi sejumlah perdebatan besar di kalangan keluarga kerajaan. Khawatir [[konflik]] akan semakin membesar, di ambillah keputusan bersama, bahwa Kerajaan Berau akan dipimpin secara bergantian oleh keduanya dan oleh keturunan keduanya.
 
Sebagai putra sulung, Pangeran Tua mendapat kesempatan memerintah kerajaan sejak 1673 hingga 1700. Sementara adiknya, Pangeran Dipati memerintah sejak 1700 hingga 1731. Kondisi ini terus berlangsung hingga akhirnya perseteruan yang terjadi di antara dua dinasti tidak bisa lagi didamaikan. Pada Tahun 1810, Kerajaan Berau dibagi untuk dua keturunan.
 
Keturunan Aji Pangeran Dipati, dengan pewaris tahta Sultan Gazi Mahyudi, memperoleh wilayah di sebelah utara Sungai Berau, serta wilaya kiri dan kanan Sungai Segah. Sultan Gazi Mahyudi kemudian mendirikan Kesultanan Gunung Tabur
 
Sementara, keturunan Aji Pangeran Tua, dengan pewaris tahta Raja Alam bergelar Sultan Alimuddin, mendapat wilayah di sebelah selatan [[Sungai Berau]], serta di wilayah kiri dan kanan [[Sungai Kelai|Sungai Kelay]]. Kemudian Raja Alam mendirikan Kesultanan [[Kesultanan Sambaliung|Sambaliung]]<ref name=":0" />
 
=== Batas Wilayah ===
Kesultanan Gunung Tabur sekarang ini terletak dalam wilayah kecamatan [[Gunung Tabur, Berau|Gunung Tabur]], kecamatan [[Kelay, Berau|Kelay]], dan kecamatan [[Pulau Derawan, Berau|Pulau Derawan]], [[Kabupaten Berau]], [[Kalimantan Timur|Provinsi Kalimantan Timur.]]
Kesultanan Gunung Tabur berbatasan dengan [[Kesultanan Bulungan]] di sebelah utara, [[Kesultanan Sambaliung]] di bagian barat dan selatan, serta [[Laut Sulawesi]] pada bagian timur.{{batas_USBT
 
== Batas Wilayah ==
 
[[File:Peta Kesultanan Gunung Tabur.png|thumb|Peta Kesultanan Gunung Tabur]]
 
{{batas_USBT
|Utara=[[Kesultanan Bulungan]]
|Selatan=[[Kesultanan Sambaliung]]
Baris 38 ⟶ 74:
 
== Sultan Gunung Tabur ==
Sultan-Berikut adalah daftar sultan yang pernah memerintah di Kesultanan Gunung Tabur disejak antaranyaberdirinya adalahpada tahun 1810 hingga sebagaisaat berikut:ini.<ref>[http://www.rulers.org/indotrad.html Indonesia traditional polities]</ref><ref>{{nl}} {{cite book|pages=88|url=http://books.google.co.id/books?id=WgQDAAAAYAAJ&dq=Pangerang%20Mangkoe%20Boemi&pg=PA88#v=onepage&q&f=false|title=Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde|Bagian 4|authors=Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia|publisher=Lange & Co.|year=1855}}</ref>
{| class="wikitable" border="5" cellpadding="3" style="font-size: 95%" width="500" align="center"
# 1800 - 1834 - Sultan Zainul Abidin II bin Badruddin
|+ Daftar Penguasa
# 1834 - 1850 - Sultan Aji Kuning II bin Zainul Abidin
|- bgcolor=lightgrey
# 1850 - 1876 - Sultan Amiruddin (Maharaja Dendah I)<ref>[http://books.google.co.id/books?id=j8kZAQAAIAAJ&dq=adji%20mandoera&pg=RA1-PA357#v=onepage&q&f=true {{nl}} Verhandelingen en Berigten Betrekkelijk het Zeewegen, Zeevaartkunde, de Hydrographie, de Koloniën, Volume 13, 1853]</ref>
!No
# 1876 - 1882 - Sultan Hasanuddin II (Hasanuddin I Gunung Tabur) (Maharaja Dendah II bin Amiruddin)
!Foto
# 1882 - 1903 - Sultan Siranuddin
!Sultan
# .1903 - 1921 - Sultan Achmad Maulana
!Masa pemerintahan
# 1921 - 1953 - sultan Muhammad Khalifatullah Jalaluddin / H. Aji Raden Ayoeb
|-
 
|align=center|1
|
||[[Zainal Abidin II|Zainal Abidin II bin Badaruddin]]
|align=center|1810 – 1834
|-
|align=center|2
|
||Aji Kuning II bin Zainal Abidin
|align=center|1834 – 1850
|-
|align=center|3
|
||Amiruddin (Maharaja Dendah I)<ref>[http://books.google.co.id/books?id=j8kZAQAAIAAJ&dq=adji%20mandoera&pg=RA1-PA357#v=onepage&q&f=true {{nl}} Verhandelingen en Berigten Betrekkelijk het Zeewegen, Zeevaartkunde, de Hydrographie, de Koloniën, Volume 13, 1853]</ref>
|align=center|1850 – 1876
|-
|align=center|4
|
||Hasanuddin (Maharaja Dendah II)
|align=center|1876 – 1882
|-
|align=center|*
|
||Aji Kuning (Wali)
|align=center|1882 – 1884
|-
|align=center|5
|
||Muhammad Syarifuddin
|align=center|1884 – 1892
|-
|align=center|6
|
||Muhammad Siranuddin
|align=center|1892 – 1921
|-
|align=center|7
|
||Achmad Maulana
|align=center|1921 – 15 April 1951
|-
|align=center|8
|[[Berkas:Aji Raden Muhammad Ayub.png|100px]]
||[[Aji Raden Muhammad Ayub]]
|align=center|15 April 1951 – 1960
|-
|align=center|9
|
||[[Aji Raden Muhammad Bachrul Hadi]]
|align=center|28 Desember 2016 – sekarang
|}
== Referensi ==
=== Sumber ===