Suwarsih Djojopuspito: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rescuing 4 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.2 |
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan. |
||
Baris 37:
Suwarsih lahir pada [[20 April]] [[1912]] di Cibatok, [[Bogor]] dan memiliki nama kecil Tjitjih. Ia berasal dari keluarga yang sederhana. Ayahnya, Raden Bagoes Noersaid Djajasapoetra, berasal dari [[Kabupaten Cirebon|Cirebon]]. Walaupun buta huruf namun ayahnya mampu menjadi dalang wayang kulit dalam 3 bahasa (Jawa, Sunda, dan Indonesia).
Ia dan kakak perempuannya, Nining, sama-sama bersekolah di [[Kartini School]] yang didirikan oleh Van Devanter di [[Bogor]]. Sekolah tersebut merupakan Sekolah Dasar selama tujuh tahun khusus perempuan dan setingkat dengan [[HIS]]. Suwarsih bersekolah di sana selama 1919-1926. Ia kemudian meneruskan dengan beasiswa ke [[MULO]], [[Sekolah menengah pertama|Sekolah Menengah Pertama]] di zaman Belanda, pada [[1926]]-[[1929]] di [[Bogor]]. Setelah itu, ia juga mendapatkan beasiswa penuh berupa pembayaran uang sekolah dan penyediaan asrama untuk bersekolah di [[Europeesche Kweekschool]] di [[Surabaya]] pada [[1929]]-[[1932]]. [[Europeesche Kweekschool]] merupakan sekolah guru Belanda saat itu. Ketika Suwarsih bersekolah di sana, hanya ada 2 orang pribumi dari 28 murid.
== Biografi ==
Baris 43:
Setelah lulus pada tahun 1932, Suwarsih pindah ke [[Purwakarta]] dan mendapat kesempatan menjadi guru di sana. Setahun setelahnya, ia menikah dengan [[Sugondo Djojopuspito]] di Cibadak dan pindah ke [[Bandung]]. Di sana, Suwarsih menjadi guru di Perguruan Tamansiswa Bandung, di mana Sugondo menjadi kepala sekolahnya. Meskipun memiliki ijazah sebagai guru sekolah Belanda dan memiliki kesempatan untuk mengajar di sekolah Belanda namun ia lebih memilih bekerja di perguruan pribumi. Ia juga aktif dalam ''Perkoempoelan Perempoean Soenda'' sebagai anggota. Kakaknya, yang bernama Suwarni, menikah dengan [[A.K.Pringgodigdo]].
Pada [[1934]], suami Suwarsih terkena larangan mengajar (''Onderwijs Verbod'') oleh Pemerintah [[Hindia Belanda]] di bawah pimpinan Gubernur General [[Bonifacius Cornelis de Jonge]]. Namun kemudian pada [[1935]] larangan ini dicabut oleh Pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun yang sama, Suwarsih mendirikan sekolah Loka Siswa, namun sekolah tersebut terpaksa harus ditutup karena tidak ada murid. Ketika suaminya diterima bekerja sebagai guru di Tamansiswa [[Semarang]] pada [[1936]], Suwarsih pun ikut pindah ke kota tersebut dan bekerja di sekolah Drs. Sigit. Kemudian pada tahun [[1938]], ia pindah ke Bandung dan mengajar di Pergoeroean Soenda.
Ketika keadaan Eropa genting, menjelang Perang Dunia II, maka pada tahun 1940 Soewarsih pindah ke Batavia mengisi lowongan guru yang ditinggal pergi orang Balanda. Ia menjadi guru di GOSVO (Gouvernement Opleiding School voor Vak Onderwijzeressen Paser Baroe Batavia - Sekolah Guru Kepandaian Putri Negeri Pasar Baru Batavia - sekarang SMKN 27 Pasar Baru). Seperti diketahui pada waktu itu hanya ada 2 SGKP, yang lain adalah OSVO Soerabaia. Ia juga dipercaya oleh kenalannya yang pulang ke Eropa untuk menjaga rumah di daerah elite Menteng (Tjioedjoengweg, sekarang Jl. Teluk Betung belakang HI).
Baris 56:
Awalnya pada tahun 1951 ia menjadi guru SGKP Lempuyangan Yogyakarta, kemudian berhenti menjadi guru tahun 1953 setelah ke Amsterdam, karena mendapat undangan dari Pemerintah Kerajaan Belanda untuk tinggal di Amsterdam selama 6 bulan atas biaya Pemerintah Kerajaan Belanda (tinggal di rumah kontrakan bilangan Kijzerkracht).
Ketika kembali ke Indonesia, ia mulai kegiatan menulis atau menterjemahkan buku-buku (dari [[bahasa Prancis]], Belanda, Jerman, maupun Inggris karena mahir berbahasa tersebut), yaitu untuk menambah keuangan keluarga (pensiun suami sebagai bekas Menteri sangat kecil). Banyak novel ditulis pada masa ini.
=== Senang Main Piano dan Menyanyi ===
Seperti halnya dengan [[Ibu Sud]] belajar biola dan [[Amir Pasaribu]] belajar piano, yang berkesempatan belajar musik di Hogere Kweek School (HKS - Sekolah Guru Atas) Bandung, maka Ny. Soewarsih juga belajar piano di Eropeesche Kweekschool Surabaya, dan juga senang menyanyi. Anak-anaknya semua kemudian diajarkan piano juga. Pada waktu menidurkan anak bungsunya, ia suka menyanyikan '''Wiegenlied''' Ciptaan '''W.A. Mozart''' dengan terjemahan ''Tidurlah Putra Bunda''. Teks lagu itu adalah:
|