Bisma: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan gambar rusak VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
→‎Kematian: Perbaikan kesalahan ketik
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
 
(3 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{other|Bisma (disambiguasi)}}
{{TMH Infobox|
| Image = The scene from the Mahabharata of the presentation by Ganga of her son Devavrata (the future Bhisma) to his father, Santanu..jpg
| Image = Bhisma and Arjuna.jpg
| Caption = Dewi Gangga menyerahkan Dewabrata (Bisma) kepada Prabu Santanu.
| Nama = Bisma
Baris 58:
 
== Perang di Kurukshetra ==
[[Berkas:Mahabharata2.jpg|ka|jmpl|300px|Kesabaran [[Kresna]] habis sehingga ia ingin membunuh Bisma dengan tangannya sendiri, tetapi dicegah oleh [[Arjuna]].]]
{{main|Bhismaparwa}}
Saat perang antara [[Pandawa]] dan [[Korawa]] meletus, Bisma berada di pihak Korawa. Sesaat sebelum pertempuran, ia berkata kepada [[Yudistira]] bahwa dirinya telah diperbudak oleh kekayaan, dan dengan kekayaannya Korawa mengikat Bisma. Meskipun demikian, karena Yudistira telah melakukan penghormatan sebelum pertempuran, maka Bisma merestui Yudistira dan berdoa agar kemenangan berada di pihak Pandawa, meskipun Bisma sangat sulit untuk ditaklukkan. Bisma juga pernah berkata kepada [[Duryodana]], bahwa meski dirinya (Bisma) memihak Korawa, kemenangan sudah pasti berada di pihak Pandawa karena [[Kresna]] berada di sana, dan dimanapun ada Kresna maka di sanalah terdapat kebenaran serta keberuntungan dan dimanapun ada [[Arjuna]], di sanalah terdapat kejayaan.<ref name="Bismaparwa"/>
Baris 67 ⟶ 66:
 
== Kematian ==
[[Berkas:Krishna and Pandavas along with Narada converse with Bhishma who is on bed of Arrows.jpg|ka|jmpl|300px|[[Kresna]], [[Pandawa]], serta [[Narada]] bercakap-cakap dengan Bisma yang terbaring tak berdaya di atas ranjang panah. Ilustrasi dari ''Mahabharata'' Gorakhpur Geeta Press.]]
Sebelum hari kematiannya, [[Pandawa]] dan [[Kresna]] mendatangi kemah Bisma di malam hari untuk mencari tahu kelemahannya. Bisma mengetahui bahwa [[Pandawa]] dan [[Kresna]] telah masuk ke dalam kemahnya dan ia menyambut mereka dengan ramah. Ketika [[Yudistira]] menanyakan apa yang bisa diperbuat untuk menaklukkan Bisma yang sangat mereka hormati, Bisma menjawab:
 
{{cquote|...ketahuilah pantanganku ini, bahwa aku tidak akan menyerang seseorang yang telah membuang senjata, juga yang terjatuh dari keretanya. Aku juga tidak akan menyerang mereka yang senjatanya terlepas dari tangan, tidak akan menyerang orang yang bendera lambang kebesarannya hancur, orang yang melarikan diri, orang dalam keadaan ketakutan, orang yang takluk dan mengatakan bahwa ia menyerah, dan aku pun tidak akan menyerang seorang wanita, juga seseorang yang namanya seperti wanita, orang yang lemah dan tak mampu menjaga diri, orang yang hanya memiliki seorang anak lelaki, ataupun orang yang sedang mabuk. Dengan itu semua aku enggan bertarung...<ref name="Bismaparwa">''The Mahabharata of Krishna Dwaipayana Wyasa''. Buku VI: ''[[Bismaparwa]]''.</ref>}}
 
Bisma juga mengatakan apabila pihak [[Pandawa]] ingin mengalahkannya, mereka harus menempatkan seseorang yang membuat Bisma enggan untuk bertarung di depan kereta [[Arjuna]], karena ia yakin hanya Arjuna dan [[Kresna]] yang mampu mengalahkannya dalam peperangan. Dengan bersembunyi di belakang orang yang membuat Bisma enggan berperang, [[Arjuna]] harus mampu melumpuhkan Bisma dengan panah-panahnya. Berpedoman kepada pernyataan tersebut, [[Kresna]] menyadarkan Arjuna akan kewajibannya. Meski Arjuna masih segan, tetapi ia menuntaskan tugas tersebut. Pada hari kesepuluh, [[Srikandi]] menyerang Bisma, tetapi Bisma tidak melawan. Di belakang [[Srikandi]], Arjuna menembakkan panah-panahnya yang dahsyat dan melumpuhkan Bisma. Panah-panah tersebut menancap dan menembus [[baju zirah]]nya, kemudian Bisma terjatuh dari keretanya, tetapi badannya tidak menyentuh tanah karena ditopang oleh puluhan [[panah]] yang menancap di tubuhnya. Namun Bisma tidak gugur seketika karena ia boleh menentukan waktu kematiannya sendiri. Bisma menghembuskan napasnyanapas terakhirnya setelah ia menyaksikan kehancuran pasukan [[Korawa]] dan setelah ia memberikan wejangan suci kepada [[Yudistira]] setelah perang [[Bharatayuddha]] selesai.
 
== Pewayangan Jawa ==
Baris 79 ⟶ 77:
 
=== Riwayat ===
[[Berkas:Bisma-kl.jpg|ka|275px|jmpl|Bisma dalam versi pewayangan Jawa.]]
 
Bisma adalah anak Prabu [[Santanu]], Raja Astina dengan [[Dewi Gangga]] alias [[Gangga (Hindu)|Dewi Jahnawi]] (dalam versi Jawa). Waktu kecil bernama Raden [[Dewabrata]] yang berarti keturunan Bharata yang luhur. Ia juga mempunyai nama lain Ganggadata. Dia adalah salah satu tokoh [[wayang]] yang tidak menikah yang disebut dengan istilah ''Brahmacarin''. Berkediaman di pertapaan Talkanda. Bisma dalam tokoh perwayangan digambarkan seorang yang sakti, di mana sebenarnya ia berhak atas tahta [[Astina]] akan tetapi karena keinginan yang luhur dari dirinya demi menghindari perpecahan dalam negara [[Astina]] ia rela tidak menjadi [[raja]].