Mangkunegara I: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
WinantuNJ (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Nusantara1945 (bicara | kontrib)
k Perbaikan pengetikan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 17:
| place of burial = [[Astana Mangadeg]], [[Matesih, Karanganyar]]
| queen = Kangjeng Ratu Bandara, BRAy. Kusumapatahati
| spouses = '''''Garwa Padmi : '''''RAy. Kusumapatahati, Kangjeng Ratu Bandara, (putri HB I / Cucu Panembahan Herucokro madiun).
BRAy. Kusumapatahati .
{{plainlist|
'''Selir''' (''ampil'') :
* Nyi Ajeng Megatsari
Baris 38 ⟶ 40:
 
== Riwayat ==
RM. Said lahir di [[Kartasura]] dengan ayah [[Mangkunegara dari Kartasura|KPA. Mangkunegara (Kartasura)]], yang merupakan putra tertua Susuhunan Amangkurat IV, raja Mataram ke-8. Dengan demikian, sebenarnya beliaulah yang memiliki hak sebagai [[pewaris takhta|pewaris tahta]]. Namun [[Mangkunegara dari Kartasura|KPA. Mangkunegara]] secara politik terang-terangan menyatakan sikap anti-[[VOC]], dan sikap ini dianut pula oleh adik lain ibu yang bernama, [[Hamengkubuwana I|RM. Sujana / Pangeran Mangkubumi]], dan RM. Said sendiri selaku anak sendiri. Sikap politik ini juga yang membuat [[Mangkunegara dari Kartasura|KPA Mangkunegara]] diasingkan oleh [[VOC]] ke Ceylon, [[Sailan Belanda|Srilanka.]] Sejak saat itu [[Mangkunegara I|RM. Said]] diasuh oleh neneknya yang bernama BRAy. Kusumanarsa dan diharapkan kelak akan membuat perubahan besar bagi Karaton Kartasura.<ref>{{Cite journal|last=Hastuti|first=Dhian Lestari|last2=Imam Santosa|last3=Achmad Syarief|last4=Pribadi Widodo|date=2021-02-18|title=PERAN DAN KEDUDUKAN PEREMPUAN MANGKUNEGARAN DALAM SEJARAH PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN JAWA MASA MANGKUNEGARA I-VIII|url=https://dipro.isi-ska.ac.id/index.php/SemHas/article/view/138|journal=PROSIDING: SENI, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT|volume=3|pages=68–80|doi=10.33153/semhas.v3i0.138|issn=2715-4351}}</ref>
 
== Perjuangan melawan Belanda ==
Baris 84 ⟶ 86:
Tradisi Karaton Mataram mengenai Putra Mahkota yang memakai gelar "Mangkunegara" dimulai saat putra sulung Susuhunan Amangkurat Jawi (Amangkurat IV) yaitu RM. Sura / KPA. Mangkunegara Kartasura dijadikan sebagai Pangeran Pati dengan gelar "Kangjeng Pangeran Adipati Arya Mangkunegara".
 
Namun ketika terjadi penggeseran kedudukan putra mahkota yang dilakukan oleh kelompok GRM. Prabasuyasa (kelak menjadi Susuhunan Pakubuwana II). Maka kedudukan gelar pangkat Pangeran Pati yang memakai nama Mangkunegara tidak dilepas, hanya saja bagian "Arya" diganti menjadi "Anom" yang berarti muda.
 
Penggantian nama ini sekaligus menggeser kedudukan Putra Mahkota yang tadinya harus bersyarat sebagai "Arya" yang berarti harus menguasai ilmu keprajuritan, menjadi "Anom" yang artinya tidak harus mengharuskan menguasai ilmu keprajuritan alias awam soal kemiliteran. Dan nama "Mangkunegara" pun sedikit ditambah menjadi "Hamengkunegara / Amangkunegara".
Baris 108 ⟶ 110:
* ''Babad Memengsahanipun Kanjeng KGPAA Mangkoenagoro I, Kaliyan Kanjeng Sultan Ngayogya (HB I)'', Naskah koleksi Museum Radya Pustaka Surakarta, cat, MS/J; no. 308:237 halaman.
* ''Babad Tutur'', naskah transliterasi Th.G.Th. Pigeaud, tercatat dalam Perpustakaan Reksa Pustaka Mangkunagaran dengan judul ''Babad Nitik'', no. cat.B29 MS/L x 590 halaman.
* Ricklefs, M.C., ''Samber Nyawa, Pangeran Mangkunegara I (1726-1795)''. Penerbit Buku Kompas, 2021.
 
{{kotak mulai}}