Dyah Raṇawijaya: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Naval Scene (bicara | kontrib) k +{{refimprove}}, perlu catatan kaki lebih banyak lagi |
k Penambahan referensi Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(21 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox royalty
| embed =
| name = Dyah Ranawijaya
| title = Paduka Sri Maharaja Sri Wilwatiktapura-Janggala-Kaḍiri<br> Girindhrawardhana Ranawijaya
| titletext = ꦥꦴꦢꦸꦏꦯꦿꦷꦩꦲꦴꦫꦴꦗꦯꦿꦷꦮꦶꦭ꧀ꦮꦠꦶꦏ꧀ꦠꦥꦹꦫꦗꦔ꧀ꦒꦔꦏꦝꦶꦫꦶ
| more =
| type =
| image =
| image_size =
| alt =
| caption = Ilustrasi Dyah Raṇawijaya
| succession = Maharaja [[Majapahit]]
| moretext =
| reign = {{flag|Majapahit}} (
| reign-type =
| coronation =
Baris 23 ⟶ 22:
| regent =
| reg-type =
| reign1 =
| reign-type1 =
| coronation1 =
Baris 48 ⟶ 47:
| birth_date = <!-- For Gregorian dates: {{birth date and age|YYYY|MM|DD|df=y}} -->
| birth_place = {{flag|Majapahit}}
| death_date =
| death_place =
| burial_date =
| burial_place = panarukan
| spouse =
| spouse-type =
| consort = <!-- yes or no -->
| issue =
| issue-link =
| issue-pipe =
Baris 67 ⟶ 66:
| house =
| house-type =
| father = [[Singhawikramawardhana]] (Suraprabhawa)
| mother = Rajasawardhanadewi Dyah Sripura (Bhre Singhapura)
| religion = [[Siwa]] - [[Buddha]]
Baris 75 ⟶ 74:
| module =
}}
'''Girindrawardhana Dyah Ranawijaya''' atau '''Bhre Keling'''
== Identifikasi Dyah Ranawijaya dan Brawijaya ==
{{Main|Girindrawardhana}}
[[File:Rajasa-Dynasty id.svg
Seorang raja dalam tradisi [[Majapahit]] memiliki gelar kerajaan dan nama muda yang dicirikan dengan penggunaan gelar kebangsawanan atau abhiseka '''Dyah''', terutama berlaku untuk tokoh laki-laki dan perempuan.
Baris 86 ⟶ 85:
Pada Prasasti Jiwu I bertarikh 1486, yang menceritakan penganugerahan tanah oleh 'Dyah Raṇawijaya' kepada kepada pendukungnya 'Sri Brahmaraja Gangadhara' dalam perang saudara melawan '''[[Kertabhumi|Bhre Kertabhumi]]''' dan menyebutkan bahwa '''Girīndrawardhana Dyah Raṇawijaya''' adalah raja yang berkuasa atas Wilwatiktapura (nama lain Majapahit), Janggala ([[Janggala|Kahuripan]]), dan Kaḍiri ([[Daha]]).{{sfn|Djaraf|1977}}
Sedangkan gelar [[Brawijaya]] juga dianggap identik dengan ''Dyah Ranawijaya'', yang namanya terdapat dalam penutupan naskah Pararaton. Kemungkinan hal ini berasal dari ejaan Batara Vojyaya yang terdapat pada naskah Suma Oriental (Ejaan Portugis untuk Bhatara Wijaya) yang disederhanakan menjadi Bhra Wijaya, yang kemudian familiar disebut Brawijaya di era Jawa Baru.
== Mengalahkan Bhre Kertabhumi ==
Baris 92 ⟶ 91:
== Masa Akhir Majapahit ==
===Patih
{{Main|Patih Udara}}
Pada tahun 1513 saat [[Tomé Pires]] mengunjungi Jawa, ibu kota sudah pindah ke Dayo (ejaan Portugis untuk Daha). Saat itu raja sudah tidak berkuasa penuh. Dyah Raṇawijaya hanya sebagai raja simbol belaka. Yang menjalankan roda pemerintahan adalah ''Guste Pate'' (ejaan Portugis untuk ''Gusti Patih'') yang sebelumnya dikenal dengan nama ''Pate Amdura'' (ejaan Portugis untuk ''Patih Mahodara'').<ref name="Suma Oriental 2015"></ref> Cerita ini diperkuat oleh catatan [[Duarte Barbosa]] dari Italia yang menyebutkan pada tahun 1518 yang berkuasa atas Jawa pedalaman bernama Pate Udra ([[Patih Udara]]).
Baris 100 ⟶ 99:
=== Perang Majapahit - Demak ===
{{Main|Pati Unus|Trenggana}}
Ketika Tomé Pires datang ke Jawa (1513), peperangan terjadi antara Daha melawan Demak. Terkadang Demak yang menyerang dahulu, kadang Daha yang ganti menyerang. Pihak Daha selaku penerus [[Majapahit]] ingin merebut kembali deretan kota pelabuhan utara yang dikuasai Dĕmak. Hanya [[Tuban]] saja di wilayah pantura yang masih setia kepada Daha, sedangkan [[Surabaya]] kadang melawan Daha, kadang menjadi kawan.<ref name="Suma Oriental 2015"></ref>
Pada tahun 1522 penulis Italia bernama [[Antonio
Sementara itu, Babad Sĕngkala mencatat [[Tuban]] dan Daha (sekarang [[Kediri]]) baru bisa ditaklukkan oleh [[Demak]] pada tahun 1527. Saat itu yang menjadi raja Dĕmak adalah Sultan [[Trenggana]] (Pati Rodim) putra [[Raden Patah]].
Sisa-sisa keluarga Majapahit keturunan Girindrawardhana kemudian melarikan diri ke wilayah [[Kerajaan Blambangan|Blambangan]] (sekarang daerah [[Kabupaten Banyuwangi]]).
== Referensi ==
|