Linguistika forensik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
YuwanaPere (bicara | kontrib)
Penulisan, Paragraf, dan Kategori
Nyilvoskt (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh Dunia Bahasa (bicara) ke revisi terakhir oleh ClarissaAugustine2003
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 26:
Faktanya, mempekerjakan ahli bahasa forensik sebagai saksi ahli memainkan peran penting dalam menyelesaikan kasus pidana, seperti yang digambarkan dalam kasus [https://www.fbi.gov/history/famous-cases/unabomber Unabomber]. Pemboman berantai terjadi antara tahun 1978 dan 1995 di beberapa negara bagian di AS, yaitu Illinois, Washington DC, Utah, Tennessee, California, Connecticut, dan New Jersey. Kasus ini diselesaikan oleh James Fitzgerald, seorang pensiunan anggota FBI, pada tahun 1996. Pelaku ditemukan setelah analisis berbasis linguistik dilakukan pada serangkaian surat. Analisis tersebut mencakup sintaksis, diksi, dan fitur linguistik lainnya seperti transposisi kata kerja.<ref>{{Cite web|title=Language Log: Forensic linguistics, the Unabomber, and the etymological fallacy|url=http://itre.cis.upenn.edu/~myl/languagelog/archives/002762.html|website=itre.cis.upenn.edu|access-date=2020-08-23}}</ref><ref name=":2" />
 
Di Indonesia, linguistik forensik pernah diterapkan dalam kasus [[Akseyna Ahad Dori|Akseyna]], seorang mahasiswa jurusan biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI angkatan 2013, yang jasadnya ditemukan di Danau Kenanga, Universitas Indonesia. Pemeriksaan awal oleh Polresta Depok: Akseyna diduga bunuh diri lantaran depresi. Polisi mengacu fakta cerita kekecewaan yang diutarakan Akseyna kepada ibunya dan memo bunuh diri yang ditemukan di kamar kos. Kesimpulan Polresta Depok bahwa Akseyna bunuh diri karena depresi dapat dibantah dengan analisis linguistik dengan pendekatan ''authorship analysis'' atau analisis kepengarangan untuk memeriksa keaslian memo bunuh diri yang ditemukan sebagai barang bukti. Hasilnya, setelah membandingkan memo dalam kasus Akseyna dengan korpus memo bunuh diri dan beberapa hasil penelitian sebelumnya, ditemukan beberapa fakta bahwa memo bunuh diri Akseyna adalah memo bunuh diri palsu.<ref>{{Cite web|last=Jazilah|first=Nur Inda|title=Memo Bunuh Diri Akseyna dalam Perspektif Linguistik Forensik|url=https://tirto.id/memo-bunuh-diri-akseyna-dalam-perspektif-linguistik-forensik-eA1x|website=tirto.id|language=id|access-date=2020-08-23}}</ref>
 
Beberapa uraian di atas merupakan urgensi pelibatan ahli bahasa (linguis), atau secara khusus linguis forensik, dalam proses persidangan terutama untuk menyelesaikan kasus-kasus kriminal yang barang buktinya adalah bahasa.