Ungku Saliah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Menambah Kategori:Tokoh Minangkabau menggunakan HotCat |
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(11 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 12:
| birth_name = Dawat
| birth_date = {{Birth year|1887}}
| birth_place =
| disappeared_date =
| disappeared_place =
Baris 82:
| box_width =
}}
'''Syekh
Orangtuanya memberi nama Dawat.Dari empat kakak beradik, hanya Dawat yang menjadi [[ulama]]. Pada usia belasan tahun Dawat merantau untuk belajar ilmu [[tarekat]] kepada Syekh Muhammad Yatim, Tuanku Mudiak Padang di Surau Kalampalan, Ampalu Tinggi. Budi pekertinya yang santun membuat Dawat diberi gelar Saliah oleh gurunya. Saliah artinya anak yang saleh. Sedangkan Ungku adalah panggilan untuk guru ngaji. Gelar inilah yang melekat sepanjang hayat pada dirinya. Dawat juga berguru kepada Syekh Aluma Nan Tuo di Koto Tuo, [[Kota Bukittinggi|Bukittinggi]] dan Syech Abdurrahman di [[Surau
Ungku Saliah dikenal dengan gelar Syekh Kiramatullah, karena ia diyakini sebagai orang keramat yang memiliki kesaktian. Dikisahkan semasa perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia (1945 – 1949) ketika [[Agresi Militer Belanda|agresi militer Belanda]] memasuki Sungai Sariak, banyak rakyat yang berdatangan untuk berlindung di suraunya. Ungku Saliah memimpin [[zikir]] hasilnya mortir yang dijatuhkan pesawat di samping surau, tidak meledak, hanya tercebur ke kolam. Rakyat semakin banyak yang datang. Tiba-tiba Ungku Saliah berkata : ”ampang lapeh” artinya penghambat lepas, serangan pasukan Belanda tak bisa dibendung lagi. Pasukan Belanda pun menyerbu lalu menangkap banyak laki-laki di surau, kemudian dibawa dan diikat, serta digiring gengan jalan kaki ke [[Sicincin, 2x11 Enam Lingkung, Padang Pariaman|Sicincin]] yang berjarak 27 KM yang merupakan Markas Besar Belanda.
Ungku Saliah juga ditangkap, kabarnya walaupun dikurung dalam sel bila waktu [[salat]] tiba ia bisa keluar menembus jeruji besi. Setelah salat masuk kembali tanpa membuka pintu sel besi. Suatu hari Ungku Saliah memperingatkan rakyat di Pasar Lubuak Aluang Pariaman untuk segera mengangkat padi yang terjemur, akan turun hujan lebat katanya, padahal saat itu panas terik.
Orang sakit pun banyak yang berobat kepada Ungku Saliah, obatnya apa saja yang ada di depan mata. Pernah juga suatu ketika datang air bah lalu Ungku Saliah melemparkan batu kerikil ke arah bah, air bah pun berbelok, kampung pun selamat. Kesaktian lainnya, Ungku Saliah bisa meraga sukma, dia bisa di tempat yang berbeda pada waktu yang bersamaan.
Kesaktian Ungku Saliah yang melegenda adalah perjalanannya dari balai ke balai selingkaran Pariaman. Ada budaya pasar bergilir. Dikisahkan Ungku Saliah ke balai hendak membeli sesuatu tapi uangnya kurang, bila pedagang itu tidak memberikan maka sepanjang hari dagangannya tak akan laku, sebaliknya bila si pedagang memberikan apa yang hendak dibeli Angku Saliah walaupun uangnya kurang maka dalam sekejap laris manis dagangan warungnya. Angku Saliah pun tidak mau menerima gratis jika dtawarkan. Angku Saliah lebih sering tidak mengambil kembalian jika uangnya berlebih, dia tidak terlalu acuh akan uang.<ref name=":0" />
Ketika Angku Saliah berpulang pada 3 Agustus 1974, makamnya dibuat dalam suraunya, karena semasa hidup Angku Saliah pernah berwasiat jika ia meninggal agar dikuburkan di suraunya. Makamnya di Korong Lareh Nan panjang, Nagari Sungai Sariak, orang Pariaman menyebutnya Gubah Syeck Tuangku Saliah.
<references />
Baris 108:
[[Kategori:Ulama Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh dari Padang Pariaman]]
|