Museum Gereja Batak Karo Protestan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Sofi Solihah (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
k menghapus templat pengembangan artikel karena telah lama tidak dilanjutkan
 
(5 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{inuse}}
{{Infobox museum|name=Museum Gereja Batak Karo Protestan|image=Museum GBKP atau Gereja Batak Karo Protestan.jpg|location=[[Bandar Baru, Sibolangit, Deli Serdang|Bandar Baru]], [[Sibolangit, Deli Serdang|Sibolangit]], [[Kabupaten Deli Serdang|Deli Serdang]], [[Sumatera Utara]]|founder=|established={{start date and age|2007|8|11}}|caption=Tampak depan bangunan Museum Gereja Batak Karo Protestan.|owner=|visitors=|curator=|key_holdings=}}
 
Baris 9 ⟶ 8:
 
Museum GBKP berlokasi di Taman Jubelium 100 Tahun GBKP, di Bandar Baru, Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, tempat di mana batu pertama diletakkan pada tanggal 30 Juli 1990, bersamaan dengan pembukaan Taman Jubelium tersebut. Museum ini menampilkan 143 koleksi yang meliputi berbagai bidang seperti etnografi, arkeologi, sejarah, filologi, dan keramik.
 
=== Peran museum dalam menyebarkan agama ===
Proses pendirian Gereja Batak Karo Protestan mengawali dengan pekabaran Injil pertama ke wilayah Karo, dianggap sebagai tindakan ilahi untuk menyampaikan pesan Keselamatan kepada penduduknya. Penyampaian Injil dibagi menjadi dua periode oleh Lembaga Penelitian dan Studi DGI.
 
Pertama, periode awal dari tahun 1890 hingga 1906, ditandai dengan penolakan keras oleh masyarakat Karo terhadap Belanda yang mereka anggap telah mengambil tanah untuk kepentingan perkebunan tembakau. Masyarakat Karo menunjukkan perlawanan dengan sabotase terhadap kegiatan perkebunan Belanda, termasuk membakar gudang penyimpanan tembakau. Untuk meredam ketegangan, Mr. J.T. Cremer dari Deli Mij mengumpulkan dana untuk menyebarkan agama Kristen di antara orang Karo, yang percaya bahwa upaya tersebut akan memperbaiki hubungan dan mengamankan perkebunan Cremer mengadakan kesepakatan dengan ''Nederlandsche Zending Genoothchac'' (NZG) di Belanda untuk mengirimkan para pengkhotbah Injil ke Deli.<ref name=":0">{{Cite web|title=oneclickgbkp|url=https://gbkp.or.id/new/?page=organisasi_bahasa&lang=bahasa|website=gbkp.or.id|access-date=2024-05-20}}</ref>
 
Pada tanggal 18 April 1890, Pdt. H.C. Kruyt dan Nicolas Pontoh, yang berasal dari Minahasa, tiba di Belawan untuk melakukan penginjilan terhadap masyarakat Karo. Kruyt dan Pontoh memilih desa Buluh Awar sebagai tempat pos pelayanan. Di Buluh Awar, mereka mulai mempelajari bahasa Karo dan adat istiadatnya. Dengan melakukan tindakan-tindakan baik, mereka berusaha menciptakan hubungan yang baik dengan masyarakat setempat.<ref name=":0" />
 
Pekabar Injil Pertama, berkomitmen untuk menyebarkan Injil di kalangan orang Karo. Para penginjil menghadapi berbagai kendala, termasuk ketidaksetujuan masyarakat Karo terhadap orang Belanda, kesulitan dalam berkomunikasi dalam bahasa Karo yang belum mereka kuasai, dan ancaman terhadap keselamatan.
 
Pada awal masa penginjilan, para penginjil memberikan layanan pendidikan umum di lima desa, dengan mendirikan satu pos pelayanan di setiap desa. Setiap sekolah dipimpin oleh seorang Guru Injil dari Minahasa dan bekerja sama dengan kepala desa setempat. Penyebaran pos pelayanan adalah sebagai berikut:
 
* Pdt H.C.Kruyt dan Nicolas Pontoh di desa Buluh Awar.
* Gr. Injil Benyamin Wenas di desa Salabulan.
* Gr. Injil Johan Pinontoan di desa Sibolangit.
* Gr. Injil Ricardo Tampenawas di desa Pernengenen.
* Gr. Injil Hendrik Pesik di desa Tanjung Baringin.<ref name=":0" />
 
== Pengelolaan ==
Museum GBKP juga sebagai pelengkap sarana dan prasarana serta penataan benda-benda budaya Karo dan bahan-bahan dokumen sejarah GBKP dilaksanakan 31 Maret 2007. Pembukaan dan peresmiannya dilaksanakan pada 11 Agustus oleh Gubernur Sumatera Utara, [[Rudolf Pardede]].

== Koleksi ==
Museum GBKP memiliki 143 koleksi di antaranya [[etnografi]], [[arkeologi]], historis, [[filologi]] dan [[keramik]].<ref>{{Cite web|title=Museum GBKP – Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Sumatera Utara|url=http://disbudpar.sumutprov.go.id/objek_wisata/museum-gbkp/|language=en-US|access-date=2024-05-20}}</ref> Koleksi etnografi mencerminkan kehidupan masyarakat lokal, sementara artefak arkeologi memberikan wawasan tentang masa lalu. Museum ini memperlihatkan sejarah agama Kristen di tengah masyarakat Karo melalui koleksi sejarahnya, sementara koleksi filologi menyediakan sumber tentang bahasa dan tulisan kuno. Koleksi keramik juga menjadi bagian dari kekayaan museum ini sebagai pusat pengetahuan dan apresiasi terhadap warisan budaya.

== Informasi detail ==
Adapun waktu berkunjung setiap Senin, Selasa dan Rabu pukul 10.00-16.00. Tiket masuk museum sukarela. Museum GBKP dilengkapi ruang pameran tetap, ruang perpustakaan, ruang administrasi dan toilet. Jika berkunjung kemari, jarak tempuh dari [[Pangkalan Udara Soewondo|Bandara Udara Polonia]] ke Museum 45&nbsp;km, dari [[Pelabuhan Belawan]] 60&nbsp;km, dari terminal Bus Amplas 45&nbsp;km, dari Stasiun Kereta Api Medan 45&nbsp;km. Museum Gereja Batak Karo beralamat di komplek Taman Jubelium GBKP, Jl. Jamin Ginting Km 45, [[Suka Makmur, Sibolangit, Deli Serdang|Suka Makmur]], Kecamatan [[Sibolangit, Deli Serdang|Sibolangit]], Kabupaten [[Kabupaten Deli Serdang|Deli Serdang]], Provinsi [[Sumatera Utara|Sumatera Utara]].
 
== Referensi ==