Kesultanan Melaka: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
undo: flag is fictional, see Commons:Deletion requests/File:Coat-of-Arms-Malacca-Sultanate-330px.png Tag: Pengembalian manual |
||
(47 revisi perantara oleh 27 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{otheruses|Malaka (disambiguasi)}}
{{Infobox Former Country
| conventional_long_name = Kesultanan Melayu Melaka<br>
| common_name = Kesultanan Melaka
| p1 = Kerajaan Singapura
| p2 = Kerajaan Sriwijaya
| flag_p2 =
| flag_s1 = Flag Portugal (1640).svg
| s1 = Melaka Portugal
|
| s2 = Kesultanan Pahang
| flag_s3 = White Flag of the Malay Sultanates.svg
| s3 = Sultan Perak
| flag_s4 = Flag of Johor (1855–1865).svg
| s4 = Kesultanan Johor
| year_start = 1400
| year_end = 1511
| date_start =
| date_end =
| event_start =
| event_end = [[Perebutan Melaka (1511)|Portugal Invasi Kota Melaka]]
| image_flag = | | symbol_type =
| image_map = Malacca Sultanate id.svg
| image_map_size = 250px
| image_map_captio =
| capital = [[Melaka]]
| common_languages = [[Bahasa Melayu Klasik|Melayu klasik]]
| government_type = Monarki
| title_leader = Sultan
Baris 40 ⟶ 49:
| HDI =
| HDI_year = Index demokrasi
| today = {{flag|Malaysia}}<br />{{flag|
| flag_caption = Bendera Kesultanan Malaka seperti terlihat di peta Planisfera Cantino
| religion = Islam
| flag_width =
}}
Baris 46 ⟶ 58:
[[Berkas:Malacca Sultanate Palace.JPG|jmpl|ka|Replika istana Kesultanan Malaka, dibangun kembali berdasarkan informasi dari [[Sulalatus Salatin]] ]]
'''Kesultanan Melaka''' atau '''Kesultanan Malaka''' adalah sebuah
== Pendirian ==
{{utama|Parameswara}}
Setelah dilakukan penelitian sejarah, baik dari buku
Dengan jatuhnya
Saat itu,
Sementara itu, berdasarkan [[Sulalatus Salatin]] dan [[Suma Oriental]] Kerajaan ini didirikan oleh Parameswara seorang pangeran yang berasal dari palembang yang melarikan diri karena invasi angkatan laut Majapahit dan Ayutthaya meskipun tidak terucap Ayutthaya. [[Kronik]] [[Dinasti Ming]] juga mencatat [[Parameswara]] sebagai pendiri Malaka<ref>{{Cite web|url=http://lib.ui.ac.id/|title=Dinamika perdagangan Bandar Malaka dari masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah hingga masa pemerintahan Portugis (1456-1641) = Dynamincs trading of Bandar Malacca from Sultan Mansyur Syah periode until Portuguese periode (1456-1641)|last=Suryaningrat|first=Rizal F. Aji, Wisnu M.|date=2011|website=Universitas Indonesia Library|language=en-US|access-date=2019-12-14}}</ref> mengunjungi [[Kaisar Yongle]] di [[Nanjing]] pada tahun 1405 dan meminta pengakuan atas
Laporan dari kunjungan Laksamana [[Cheng Ho]] pada 1409, mengambarkan [[Islam]] telah mulai dianut oleh masyarakat Malaka,<ref name="Kong">Yuanzhi Kong, (2000), ''Muslim Tionghoa Cheng Ho: misteri perjalanan muhibah di Nusantara'', Yayasan Obor Indonesia, ISBN 979-461-361-4</ref> sementara berdasarkan catatan Ming, penguasa Malaka mulai mengunakan gelar [[sultan]] muncul pada tahun 1455. Sedangkan dalam [[Sulalatus Salatin]] gelar sultan sudah mulai diperkenalkan oleh penganti berikutnya ''Raja Iskandar Syah'', tokoh yang dianggap sama dengan [[Parameswara]] oleh beberapa sejarahwan.<ref name="ISAS" /> Sementara dalam [[Pararaton]] disebutkan terdapat nama tokoh yang mirip yaitu ''Bhra Hyang Parameswara'' sebagai suami dari [[Majapahit|Ratu Majapahit]], [[Suhita|Ratu Suhita]]. Namun kontroversi identifikasi tokoh ini masih diperdebatkan sampai sekarang.
Baris 65 ⟶ 75:
== Hubungan dengan kekuatan regional ==
Dengan sangat hati-hati Sultan Muhammad Syah mengendalikan politik luar negerinya. Gangguan dari Majapahit tidak begitu ditakutinya lagi, karena Gajah Mada telah meninggal pada 1364 dan Prabu Hayam Wuruk pun telah meninggal pada 1389. Majapahit pada saat itu hanya menguasai daerahnya di Jawa saja. Kerajaan tetangga yang paling dekat ialah Siam. Dengan Siam, dijagalah politik bertetangga dengan baik. Malaka membayar upeti 40 tahil emas setahun.<ref name=":0" /> Sementara itu, Kerajaan yang amat diseganinya ketika itu ialah Tiongkok. Sebab, hubungan Tiongkok dengan tanah-tanah Melayu sudah lama adanya.
Pada awal tahun 1403, terjadi pergeseran kekuasan di Tiongkok dalam keluarga Dinasti Ming. Maharaja Cheng Tsu merebut kekuasaan dari Maharaja Hwui Ti. Sultan Muhammad Syah memperhitungkan bahwa raja yang baru naik pasti akan menang, jika hubungan dengan negeri-negeri selatan diperkukuh. Dengan tidak ragu lagi, Sultan mengirim utusan ke Tiongkok untuk menghadap raja yang baru menang itu, untuk mengikat tali persahabatan. Karena hubungannya dengan Tiongkok telah kuat, Sultan mulai menghentikan pengiriman upetinya ke Siam. Dengan itu, Maharaja Tiongkok memberikan pengakuan, bahwa Malaka diakui oleh Tiongkok di bawah perlindungannya, kalau ada serangan dari luar.<ref name=":0" />
Baris 74 ⟶ 84:
== Masa kejayaan ==
{{multiple image
| align = right
| direction = vertical
| total_width = 250
| image1 = The Port City of Malacca painted by unknown artist.jpg
| caption1 = Rekonstruksi pelabuhan Melaka setelah pendiriannya, dari Museum Maritim Melaka.
| image2 = Melaka during the reign of Sultan Alauddin Riayat Shah by Maembong Ayoh.jpg
| caption2 = Kesultanan Melaka pada masa pemerintahan Sultan Alauddin Riayat Shah (1477–1488) karya Maembong Ayoh
| header = Penggambaran modern Kesultanan Melaka
}}
Pada masa pemerintahan [[Mudzaffar Syah dari Malaka|Sultan Mudzaffar Syah]], Malaka melakukan ekspansi di Semenanjung Malaya dan pesisir timur pantai [[Sumatra]], setelah sebelumnya berhasil mengusir serangan [[Siam]].<ref name="Raffles"/> Di mulai dengan menyerang [[Kerajaan Aru|Aru]] yang disebut sebagai kerajaan yang tidak menjadi [[muslim]] dengan baik.<ref name="Pires"/> Penaklukan Malaka atas kawasan sekitarnya ditopang oleh kekuatan armada laut yang kuat pada masa tersebut serta kemampuan mengendalikan [[Orang Laut]] yang tersebar antara kawasan pesisir timur [[Pulau Sumatra]] sampai [[Laut Tiongkok Selatan]]. Orang laut ini berperan mengarahkan setiap kapal yang melalui Selat Malaka untuk singgah di Malaka serta menjamin keselamatan kapal-kapal itu sepanjang jalur pelayarannya setelah membayar cukai di Malaka.<ref name="Andaya" />
Di bawah pemerintahan raja berikutnya yang naik tahta pada tahun 1459, [[Mansur Syah dari Malaka|Sultan Mansur Syah]], Melaka menyerbu [[Kedah]] dan [[Pahang]], dan menjadikannya negara [[Vasal|vassal]].<ref name="Samad">Samad, A. A., (1979), ''Sulalatus Salatin'', Dewan Bahasa dan Pustaka</ref> Di bawah sultan yang sama [[Kerajaan Kampar Pekan Tua|Kampar Pekan Tua]], dan [[Kerajaan Siak Gasib|Siak Gasib]] juga takluk.<ref name="Samad" /> Sementara kawasan [[Inderagiri]] dan [[Jambi]]
Hingga akhir abad ke-15 Malaka telah menjadi kota pelabuhan kosmopolitan dan pusat perdagangan dari beberapa hasil bumi seperti emas, timah, lada dan kapur. Malaka muncul sebagai kekuatan utama dalam penguasaan jalur [[Selat Malaka]], termasuk mengendalikan kedua pesisir yang mengapit selat itu.<ref name="Halimi">Halimi, A.J., (2008), ''Sejarah dan tamadun bangsa Melayu'', Utusan Publications, ISBN 978-967-61-2155-4.</ref>
== Penurunan ==
Sultan Mahmud Syah memerintah Malaka sampai tahun 1511, saat ibu kota kerajaan tersebut diserang pasukan [[Portugal]] di bawah pimpinan [[Afonso de Albuquerque|Pewaris]] Serangan dimulai pada [[10 Agustus]] [[1511]] dan pada [[24 Agustus]] [[1511]] Malaka jatuh kepada Portugal. Sultan Mahmud Syah kemudian melarikan diri ke [[Pulau Bintan|Bintan]] dan menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat pemerintahan baru.<ref name="Winstedt">{{cite book|last= Winstedt|first= Richard|title= A History of Malaya|url= https://archive.org/details/historyofmalaya0000wins|publisher= Marican|year= 1962 }}</ref> Perlawanan terhadap penaklukan Portugal berlanjut, pada bulan Januari 1513 [[
Sejak tahun 1518 sampai 1520, Sultan Mahmud Syah kembali bangkit dan terus melakukan perlawanan dengan menyerang kedudukan Portugal di Malaka. Namun usaha Sultan Malaka merebut kembali Malaka dari Portugal gagal. Di sisi lain Portugal juga terus memperkukuh penguasaannya atas jalur pelayaran di [[Selat Malaka]]. Pada pertengahan tahun 1521, Portugal menyerang [[Kesultanan Samudera Pasai|Pasai]], sekaligus meruntuhkan kerajaan yang juga merupakan [[sekutu]] dari Sultan Malaka.
Selanjutnya pada bulan Oktober 1521, pasukan Portugal di bawah pimpinan de Albuquerque mencoba menyerang Bintan untuk meredam perlawanan [[Sultan]] Malaka, tetapi serangan ini dapat dipatahkan oleh Sultan Mahmud Syah. Namun dalam serangan berikutnya pada [[23 Oktober]] [[1526]] Portugal berhasil membumihanguskan Bintan, dan Sultan Malaka kemudian melarikan diri ke [[Pelalawan | Kampar Pekan Tua]], tempat dia wafat dua tahun kemudian.<ref name="Winstedt"/> Berdasarkan [[Sulalatus Salatin]] Sultan Mahmud Syah kemudian digantikan oleh putranya [[Alauddin Syah dari Johor|Sultan Alauddin Syah]] yang kemudian tinggal di [[Pahang]] beberapa saat sebelum menetap di [[Johor]].<ref name="Andaya">{{cite book|last= Andaya|first= Leonard Y.|title= Leaves of the same tree: trade and ethnicity in the Straits of Melaka|url= https://archive.org/details/leavesofsametree0000anda|publisher= University of Hawaii Press|year= 2008|id= ISBN 0-8248-3189-6 }}</ref> Kemudian pada masa berikutnya para pewaris Sultan Malaka setelah [[Mahmud Syah dari Malaka|Sultan Mahmud Syah]] lebih dikenal disebut dengan [[Sultan Johor]].
== Pemerintahan ==
Baris 114 ⟶ 135:
| 1488-1511 || [[Mahmud Syah dari Melaka|Mahmud Syah]] || [[Perebutan Melaka (1511)|Diserang]] Portugis
|-
| 1511-1513 || [[Ahmad Syah dari Melaka|Ahmad Syah]]
|-
| 1513-1528 || Sultan Mahmud Syah ||Klaim tahta Kerajaan Melaka.<br>Kemudian mengungsi<br>dan meninggal di [[
|}
Baris 129 ⟶ 150:
* [http://books.google.co.id/books?id=J9JAAAAAYAAJ&pg=PR3&dq=Malay+annals%2B+Raffles+%2BJohn+Leyden%2BLongman,+Hurst,+Rees,+Orme,+and+Brown&hl=en&ei=UuHZToOGBpCrrAfrrNzmDQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=8&ved=0CE4Q6AEwBw#v=onepage&q&f=false Malay Annals-English version by John Leyden]
<!--DISIMPAN DULU
Parameswara merupakan turunan ketiga dari Sri Maharaja Sang Utama Parameswara Batara Sri Tri Buana (Sang Nila Utama), seorang penerus raja Sriwijaya<ref>{{cite book | last = Singapore. Ministry of Culture, Singapore. Ministry of Communications and Information. Information Divisionl | title = [[Singapore facts and pictures]] | publisher = [[Ministry of Culture]] | year= 1973 | pages = 9 | isbn = 0217-7773 }}</ref>. Sang Nila Utama mendirikan Singapura Lama dan berkuasa selama 48 tahun. Kekuasaannya dilanjutkan oleh putranya Paduka Sri Pekerma Wira Diraja (
{{Kerajaan di Sumatra}}
Baris 137 ⟶ 158:
[[Kategori:Melaka]]
[[Kategori:Kesultanan Malaka| ]]
[[Kategori:Negara prakolonial di Indonesia]]
|