Kesultanan Melaka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Illchy (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Mdaniels5757 (bicara | kontrib)
Tag: Pengembalian manual
 
(11 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 20:
| event_start =
| event_end = [[Perebutan Melaka (1511)|Portugal Invasi Kota Melaka]]
| image_flag = Malacca Sultanate flag (pre-colonization).png
| image_coat =
| symbol_type =
| image_map = Malacca Sultanate id.svg
| image_map_size = 250px
| image_map_captio = Kesultanan Melaka pada abad ke-15, berdasarkan keterangan "Atlas Sejarah mekah dan Dunia"
| capital = [[Melaka]]
| common_languages = [[Bahasa Melayu Klasik|Melayu klasik]]
Baris 58:
 
[[Berkas:Malacca Sultanate Palace.JPG|jmpl|ka|Replika istana Kesultanan Malaka, dibangun kembali berdasarkan informasi dari [[Sulalatus Salatin]] ]]
'''Kesultanan Melaka''' atau '''Kesultanan Malaka''' adalah sebuah kerajaan Melayu yang pernah berdiri di [[Melaka]], [[Malaysia]]. Kerajaan ini didirikan oleh [[Parameswara]] imbas perang Jawa dengan Siam di daerah tersebut, kemudian mencapai puncak kejayaan pada abad ke-15 dengan menguasai jalur pelayaran [[Selat Melaka]], sebelum ditaklukan oleh [[Kerajaan Portugal|Portugis]] pada [[1511]]. Kejatuhan Malaka ini menjadi pintu masuknya kolonialisasi [[Eropa]] di kawasan [[Nusantara]].
 
Kerajaan ini tidak meninggalkan bukti arkeologis yang cukup untuk dapat digunakan sebagai bahan kajian sejarah{{cn}}, tetapi keberadaan kerajaan ini dapat diketahui melalui dan k. Dari perbandingan dua sumber ini masih menimbulkan kerumitan akan sejarah awal Malaka terutama hubungannya dengan perkembangan agama Islam di Malaka serta rentang waktu dari pemerintahan masing-masing raja Malaka. Pada awalnya [[Islam]] belum menjadi [[agama]] bagi masyarakat Malaka, tetapi perkembangan berikutnya Islam telah menjadi bagian dari kerajaan ini yang ditunjukkan oleh gelar [[sultan]] yang disandang oleh penguasa Malaka berikutnya.
 
== Pendirian ==
{{utama|Parameswara}}
Setelah dilakukan penelitian sejarah, baik dari buku ''Sejarah Melayu'' karya [[Tun Sri Lanang]], buku ''[[Hikayat Raja-raja Pasai]]'' karya Syekh Nuruddin Raniri, buku ''[[Riwayat Negeri Malaka]]'' dalam [[bahasa Portugis]] karya [[Barros]] pada tahun 1553, catatan orang Tionghoa, juga dengan Babad Tanah Jawa ''[[Pararaton]]'' (raja-raja), dapat diambil kesimpulan bahwa pada permulaan abad ke-14, negeridaerah MalakaTanjung Medini masih diperang bawahantara kekuasaandua [[Siam]]kekuatan.<ref name=":0">Prof. Dr. Hamka (2016) "Sejarah Umat Islam" Jakarta : Gema Insani</ref> Di sana belum ada kerajaan. Akan tetapi, di tanah Jawa, telah muncul kerajaan Hindumultikultural [[Majapahit]] yang menjadi lawan kuat Siam dalam memperebutkan kekuasaan di [[Selat Malaka]], terutama pada tahun 1331, ketika[[Gajah Mada]] mendapat kepercayaan tinggi dari Batara Majapahit. Setelah Gajah Mada naik, digariskanlah politik yang tegas, yaitu memperluas kekuasaannya dan merebut wilayahsebuah kekuasaantanjung yang sering terjadi perang antara penduduk setempat dengan negeri Siam. Majapahit pun menyerang Palembang, Singapura, Brunei, Pasai, sebagian Tembeling, dan Samudrakemungkinan Pasaijuga termasuk Luzon. Padahal, saat itu, di Singapura saat itu masih berdiri sebuah kerajaan Hinduindependen.
 
Dengan jatuhnya kerajaan Melayu Hindu di Singapura karena serangan Majapahit, raja Singapura berangkat melarikan diri dari Singapura. Raja tersebut bernama [[Permaisura]].<ref name=":0" /> Mula-mula, bersembunyilah ia ke sebuah kampung di sebelah utara Pulau Singapura. Dari sana, ia menyeberang ke [[Semenanjung Malaka|Semenanjung Melayu]] melalui [[Johor]]. Kemudian, terus ke negeri Muar. Dari Muar, diteruskannya perjalanan ke Sungai Ujung, hingga akhirnya ia sampai di Malaka. Pada saat itu, Malaka merupakan wilayah kekuasaan Siam.
 
Saat itu, ia mendapati penduduk Malaka sudah mulai ramai, baik dari orang PasaiMelayu, Arab, PersiaCina, GujaratRomawi, Siam, dan Malabarlainnya. Kemudian, Sidi Abdul Aziz, seorang ulama yang berasal dari Jeddah, datang ke Malaka, mengajak ia untuk masuk Islam. Ajakan itu diterima. Sidi Abdul Aziz menganjurkan kepada ia untuk mengganti namanya menjadmenjadi Sultan Muhammad Syah. Ia memeluk Islam sekitar tahun 1384.<ref name=":0" /> Sejak itu, ia resmi menjadi sultan negeri Malaka.
 
Sementara itu, berdasarkan [[Sulalatus Salatin]] dan [[Suma Oriental]] Kerajaan ini didirikan oleh Parameswara seorang pangeran yang berasal dari palembang yyang melarikan diri karena invasi angkatan laut Majapahit dan Ayutthaya meskipun tidak terucap Ayutthaya. [[Kronik]] [[Dinasti Ming]] juga mencatat [[Parameswara]] sebagai pendiri Malaka<ref>{{Cite web|url=http://lib.ui.ac.id/|title=Dinamika perdagangan Bandar Malaka dari masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah hingga masa pemerintahan Portugis (1456-1641) = Dynamincs trading of Bandar Malacca from Sultan Mansyur Syah periode until Portuguese periode (1456-1641)|last=Suryaningrat|first=Rizal F. Aji, Wisnu M.|date=2011|website=Universitas Indonesia Library|language=en-US|access-date=2019-12-14}}</ref> mengunjungi [[Kaisar Yongle]] di [[Nanjing]] pada tahun 1405 dan meminta pengakuan atas wilayahdaerag kedaulatannya.<ref>{{cite book|last= Gungwu|first= Wang|title= Only connect!: Sino-Malay encounters|publisher= Eastern Universities Press|year= 2003|id= ISBN 981-210-243-4 }}</ref> Sebagai balasan upeti yang diberikan, [[Kaisar Tiongkok]] menyetujui untuk memberikan perlindungan pada Malaka,<ref name="ASHM">{{cite book|last= Hooker|first= Virginia M.|title= A Short History of Malaysia: linking east and west|url= https://archive.org/details/shorthistoryofma0000hook|publisher= Allen & Unwin|year= 2003|id= ISBN 1-86448-955-3 }}</ref> kemudian tercatat ada sampai 29 kali utusan Malaka mengunjungi Kaisar Tiongkok.<ref>{{cite book|last= Cleary|first= Mark|coauthors= Kim Chuan Goh|title= Environment and development in the Straits of Malacca|url= https://archive.org/details/environmentdevel0000clea|publisher= Routledge|year= 2000|id= ISBN 0-415-17243-8 }}</ref> Pengaruh yang besar dari relasi ini adalah Malaka dapat terhindar dari kemungkinan adanya berbagai serangan Siamterutama dariJawa utaradan Siam, terutamaapalagi setelah Kaisar Tiongkok mengabarkan penguasa [[Kerajaan Ayutthaya|Ayutthaya]] akan hubungannyarencananya denganterhadap Malakadaerah tanjung tersebut.<ref name="Kong" /> Keberhasilan dalam hubungan diplomasi dengan Tiongkok memberi manfaat akan kestabilan pemerintahan baru di Malaka, kemudian Malaka berkembang menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara, dan juga menjadi salah satu pangkalan armada Ming.<ref name="ISAS" /><ref name="Wink">{{cite book|last= Wink|first= André|title= Indo-Islamic society, 14th-15th centuries|publisher= BRILL|year= 2004|id= ISBN 90-04-13561-8 }}</ref>
 
Laporan dari kunjungan Laksamana [[Cheng Ho]] pada 1409, mengambarkan [[Islam]] telah mulai dianut oleh masyarakat Malaka,<ref name="Kong">Yuanzhi Kong, (2000), ''Muslim Tionghoa Cheng Ho: misteri perjalanan muhibah di Nusantara'', Yayasan Obor Indonesia, ISBN 979-461-361-4</ref> sementara berdasarkan catatan Ming, penguasa Malaka mulai mengunakan gelar [[sultan]] muncul pada tahun 1455. Sedangkan dalam [[Sulalatus Salatin]] gelar sultan sudah mulai diperkenalkan oleh penganti berikutnya ''Raja Iskandar Syah'', tokoh yang dianggap sama dengan [[Parameswara]] oleh beberapa sejarahwan.<ref name="ISAS" /> Sementara dalam [[Pararaton]] disebutkan terdapat nama tokoh yang mirip yaitu ''Bhra Hyang Parameswara'' sebagai suami dari [[Majapahit|Ratu Majapahit]], [[Suhita|Ratu Suhita]]. Namun kontroversi identifikasi tokoh ini masih diperdebatkan sampai sekarang.
Baris 86 ⟶ 84:
 
== Masa kejayaan ==
 
{{multiple image
| align = right
| direction = vertical
| total_width = 250
| image1 = The Port City of Malacca painted by unknown artist.jpg
| caption1 = Rekonstruksi pelabuhan Melaka setelah pendiriannya, dari Museum Maritim Melaka.
| image2 = Melaka during the reign of Sultan Alauddin Riayat Shah by Maembong Ayoh.jpg
| caption2 = Kesultanan Melaka pada masa pemerintahan Sultan Alauddin Riayat Shah (1477–1488) karya Maembong Ayoh
| header = Penggambaran modern Kesultanan Melaka
}}
Pada masa pemerintahan [[Mudzaffar Syah dari Malaka|Sultan Mudzaffar Syah]], Malaka melakukan ekspansi di Semenanjung Malaya dan pesisir timur pantai [[Sumatra]], setelah sebelumnya berhasil mengusir serangan [[Siam]].<ref name="Raffles"/> Di mulai dengan menyerang [[Kerajaan Aru|Aru]] yang disebut sebagai kerajaan yang tidak menjadi [[muslim]] dengan baik.<ref name="Pires"/> Penaklukan Malaka atas kawasan sekitarnya ditopang oleh kekuatan armada laut yang kuat pada masa tersebut serta kemampuan mengendalikan [[Orang Laut]] yang tersebar antara kawasan pesisir timur [[Pulau Sumatra]] sampai [[Laut Tiongkok Selatan]]. Orang laut ini berperan mengarahkan setiap kapal yang melalui Selat Malaka untuk singgah di Malaka serta menjamin keselamatan kapal-kapal itu sepanjang jalur pelayarannya setelah membayar cukai di Malaka.<ref name="Andaya" />