Kampong Wisata Temenggungan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (- + ) |
−Kategori:Wisata sejarah; −Kategori:Wisata Kuliner; −Kategori:Batik; −Kategori:Gamelan menggunakan HotCat |
||
(19 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{untuk|tempat lain yang bernama sama|Temenggungan}}
[[Berkas:Wisata belajar bermain musik tradisional Banyuwangi.jpg|al=Belajar angklung Banyuwangi|jmpl|200x200px|'''Seni Budaya di Kampong Wisata Temenggungan.''' Paket belajar seni budaya bagi wisatawan untuk memperkenalkan dan melestarikan seni budaya di Banyuwangi]]
Kampong [[Pariwisata|Wisata]] [[Temenggungan, Banyuwangi, Banyuwangi|Temenggungan]] atau [[Desa wisata|Desa Wisata]]<ref>'''[[Desa wisata]]''' adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. ''( Nuryanti, Wiendu. 1993. Concept, Perspective and Challenges, makalah bagian dari Laporan Konferensi Internasional mengenai [[Pariwisata]] [[Budaya]]. [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]]: [[Universitas Gadjah Mada|Gadjah Mada University]] Press. Hal. 2-3)'' Village Tourism, where small group of tourist stay in or near traditional, often remote villages and learn about village life and the local enviroment. ( ''Edward Inskeep, tourism Planning an Integrated and Sustainable Development Approach, hal. 166 )''</ref> Temenggungan, adalah sebuah kelurahan yang berada di Kecamatan Banyuwangi, [[Kabupaten Banyuwangi]], [[Jawa Timur]], yang memiliki beragam potensi [[objek wisata]], mulai dari wisata sejarah, wisata heritage, wisata [[spiritual]], dan wisata [[seni]] [[budaya]].
Kampong Wisata Temenggungan terletak di pusat kota Banyuwangi, dan merupakan salah satu kampung pertama yang dibangun pada saat dipindahkannya pusat pemerintahan Kadipaten Blambangan dari Ulupampang ([[Muncar, Banyuwangi|Muncar]]) ke daerah hutan Tirtaganda, yang saat ini menjadi wilayah kota Banyuwangi, pada era Bupati Mas Alit
Semenjak masa lalu, kampung ini telah dikenal sebagai salah satu pusat berbagai
Dengan adanya nilai-nilai sejarah yang tinggi, berbagai bangunan kuno, peninggalan-peninggalan kuno, potensi
== Lokasi ==
[[Berkas:Suasana Kampong Wisata Temenggungan.JPG|al=
Lokasi Kampong Wisata Temenggungan terletak di tengah-tengah kota Banyuwangi, yang secara administratif berada di Kecamatan Kota, Kabupaten Banyuwangi. Kampung ini terletak di sebelah utara dan sebelah timur kawasan [[Taman Sritanjung|Taman Sri Tanjung]] (dulu bernama Lapangan Tegal Masjid). Kawasan ini pada masa lalu mengikuti pola kawasan yang diistilahkan sebagai "sistem pemerintahan Macapat", yaitu di tengah-tengah terdapat alun-alun sebagai lapangan tempat untuk berkumpulnya warga, yang disebut Lapangan Tegal Masjid (Taman Sri Tanjung). kemudian di sisi utara terdapat Pendopo Kabupaten sebagai pusat pemerintahan, pada sisi sebelah barat lapangan terdapat [[Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi|Masjid Jami’]] sebagai tempat ibadah, di sebelah timur lapangan terdapat penjara sebagai perlambang keamanan (kini sudah berubah menjadi Mall of Sri Tanjung), dan pada di sisi sebelah selatan lapangan berdiri Pasar Banyuwangi sebagai pusat kegiatan ekonomi.
== Sejarah ==
Kampung Temenggungan memiliki beberapa catatan perjalanan yang cukup penting dalam sejarah Kabupaten Banyuwangi. Catatan sejarah ini dimulai pada tahun 1774, saat diangkatnya Mas Alit
Perpindahan pusat pemerintahan dari Ulupampang ini sangat terkait dengan sistem kepercayaan di masyarakat. Pusat pemerintahan
Kampung Temenggungan pada masa lalu terbagi menjadi tiga lingkungan, yaitu lingkungan [[Raden|Keradenan]], lingkungan [[Tumenggung]], dan lingkungan [[Abdi dalem|Abdi Dalem]]. Pembagian lingkungan seperti ini pada masa lalu dibuat sesuai tugas dan pekerjaan dari mereka yang bermukim di sana. Lingkungan Keradenan merupakan wilayah pemukiman bagi para pejabat yang berdarah biru, lingkungan Tumenggung merupakan wilayah pemukiman bagi para tumenggung dan [[Senapati|senopati]], sedangkan lingkungan Abdi Dalem merupakan wilayah pemukiman bagi para pengurus rumah tangga pendopo kabupaten.
Baris 26 ⟶ 23:
=== Pasca Kemerdekaan ===
Semenjak masa lalu Kampung Temenggungan dikenal sebagai pusat
Salah satu kelompok kesenian besar di kabupaten Banyuwangi pada era tahun 50-60 an bernama Kelompok Kesenian Sri Muda (Seni Rakyat Indonesia Muda) dibawah pimpinan Muhammad Arif, yang mengembangkan lagu-lagu dan tarian Banyuwangi diiringi oleh angklung. Muhammad Arif dikenal sebagai pencipta lagu “[[Genjer-genjer|Gendjer-Gendjer]]” yang kemudian dilarang dinyanyikan selama pemerintahan orde baru karena dianggap identik dengan PKI. Lagu "Gendjer-Gendjer" diciptakan Muhammad Arif pada tahun 1942, Lirik dalam lagu ini sebenarnya menggambarkan tentang sayuran [[genjer]] ([[limnocharis flava]]) yang menjadi makanan rakyat, karena keadaan rakyat yang melarat akibat pendudukan pasukan Jepang di Banyuwangi pada tahun 1942, yang menguras kekayaan alam Banyuwangi, kemudian rakyat menjadi miskin, kelaparan dan terpaksa memakan sayur genjer yang tumbuh liar di persawahan.<ref>http://regional.kompas.com/read/2014/09/30/19465901/Lagu.Gendjer-gendjer.Siapa.Penciptanya., diakses pada tanggal 1 Mei 2016</ref> Sekitar tahun 1960-1965 an, lagu ini pernah dinyanyikan oleh [[Bing Slamet]] dan [[Lilis Suryani]] di [[Radio Republik Indonesia|RRI]] Jakarta dan tenar hingga beberapa waktu.
[[Berkas:Pertunjukan gamelan anak-anak.jpg|al=Grup kesenian tradisional Banyuwangi Putra Junior|jmpl|267x267px|'''Banyuwangi Putra Junior''', grup kesenian anak-anak dari Kampong Wisata Temenggungan. Grup Banyuwangi Putra berdiri sejak tahun 1977. Sedangkan grup Banyuwangi Putra Junior merupakan generasi keempat dari Banyuwangi Putra]]
Kelompok kesenian Sri Muda menjadi kiblat kesenian di Banyuwangi. Kelompok seni yang bernaung di bawah [[Lembaga Kebudayaan Rakyat|Lekra]] (Lembaga Kebudayaan Rakyat) sebuah organisasi massa di bawah PKI ini kerap melatih musik dan tarian bagi kelompok kesenian dari kampung-kampung lain di Kabupaten Banyuwangi, bahkan dari luar Kabupaten Banyuwangi. Jumlah cabang organ kelompok seni daerah ini pun bertambah mencapai angka 34 cabang di seluruh Kabupaten Banyuwangi. Masa tahun 50-60an menjadi era emas bagi kesenian di Kampung Temenggungan. Kejayaan kesenian ini berlangsung sampai tahun 1965, di mana pasca meletusnya [[Gerakan 30 September|G-30S]] PKI, banyak seniman-seniman Lekra yang sebenarnya tidak tahu-menahu mengenai politik,
Setelah vakum selama bertahun-tahun, baru pada tahun 1977 kesenian di kampung ini mulai dihidupkan kembali oleh Kacung Tarmat, seorang pensiunan tentara. Kacung Tarmat membentuk grup kesenian bernama Banyuwangi Putra, yang bertujuan untuk membangunkan kembali kesenian yang telah lama tidur di kampung tertua di Kota Banyuwangi ini, khususnya untuk seni musik dan tari, Kesenian di kampung ini bangkit dan semarak kembali. Kemudian dalam perjalanannya, Banyuwangi Putra telah berhasil mencetak banyak seniman-seniman berbakat di Kabupaten Banyuwangi, dan sampai hari ini kelompok kesenian Banyuwangi Putra masih tetap ada dan eksis, diwariskan dari generasi ke genari, diajarkan oleh orang tua kepada anak-anaknya, ketika anak-anak ini telah dewasa mereka meneruskan mengajarkan pada anak-anak di generasi selanjutnya. Saat ini kelompok kesenian Banyuwangi Putra telah diteruskan oleh generasi yang keempat.
== Kampung Wisata Temenggungan ==
Sebagai kampung tertua di kota Banyuwangi, tentunya Kampung Temenggungan memiliki banyak sekali potensi pariwisata yang menarik untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai potensi pariwisata. Semenjak tahun 2014 telah dilakukan upaya untuk menggali berbagai potensi yang ada di kampung ini untuk dikembangkan menjadi objek wisata,
=== Rumah Bupati kelima KRT Pringgokusumo ===
[[Berkas:Wisata Sejarah, Rumah Kanjeng Raden Tumenggung Pringgokusumo.jpg|kiri|jmpl|'''Rumah Kanjeng Raden Tumenggung Pringgokusumo'''. Rumah berusia lebih dari 150 tahun di Kampong Wisata Temenggungan]]
Rumah bupati kelima Banyuwangi, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Pringgokusumo, yang menjabat bupati Banyuwangi pada periode 1867-1881, Rumah ini terletak di kawasan pemukiman padat di Lingkungan Sri Tanjung, RT 03, RW III, kelurahan Temenggungan. Dulunya di lokasi tersebut bangunan bergaya arsitektural [[Belanda]] ini adalah satu-satunya bangunan yang ada,
=== Rumah Kuno Berarsitektur Kolonial ===
[[Berkas:Rumah kuno berarsitektur kolonial di Kampong Temenggungan.jpg|al=rumah kuno di Kampong Wisata Temenggungan|jmpl|220x220px|'''Rumah-rumah kuno berarsitektur kolonial''', yang tersebar di kampung Temenggungan|kiri]]
Kampung Temenggungan merupakan kelurahan di Kabupaten Banyuwangi yang memiliki luas wilayah paling sempit,
=== Rumah Tradisional Osing ===
[[Berkas:Rumah Tradisional Osing.JPG|kiri|jmpl|240x240px|'''Rumah Tradisional Osing,''' berusia lebih dari 100 tahun]]
Di Kampong Wisata Temenggungan masih terdapat beberapa rumah Osing yang masih bisa dikunjungi oleh wisatawan. Rumah Osing sendiri adalah [[rumah tradisional]] masyarakat Banyuwangi asli dari [[suku Osing]]. Rumah Osing ini memiliki beberapa ciri khas yaitu struktur rumah berupa susunan rangka 4 ''saka'' (tiang) kayu dengan sistem ''tanding'' tanpa paku, tapi menggunakan ''paju'' (pasak pipih). Pembagian jenis rumah terdiri atas ruang utama dan ruang penunjang. Ruang utama yaitu ''bale'' (ruang tamu, ruang keluarga, ruang kegiatan seremonial), ''jrumah'' (ruang pribadi, ruang tidur), ''pawon'' (dapur, ruang tamu informal, ruang keluarga), ketiga bagian ini selalu ada pada rumah Osing. Sedangkan ruang penunjang meliputi, yaitu ''amper'' (teras depan), ''ampok'' (teras samping), ''pendopo'' (ruang besar di depan rumah), dan ''lumbung'' (ruang penyimpanan padi),
=== Sumur Sri Tanjung ===
Baris 55 ⟶ 52:
=== Musik Tradisional Banyuwangi ===
[[Berkas:Kesenian Gamelan Banyuwangi.jpg|kiri|jmpl|220x220px|Anak-anak kecil Kampong Wisata Temenggungan bermain gamelan]]
Musik tradisional berkembang dan telah ada turun-temurun sejak berdirinya kampung ini. Berbagai jenis musik tradisional sampai hari ini tetap dilestarikan oleh warga kampung Temenggungan. Beberapa jenis musik tradisional yang berkembang di Temenggungan antara lain adalah musik [[gamelan Banyuwangi]], musik angklung, musik patrol, dan hadrah. Musik gamelan Banyuwangi memiliki perbedaan dengan [[gamelan Jawa]] maupun [[gamelan Bali]]. Bila gamelan Jawa dimainkan dengan pentatonik laras [[pelog]] dan [[slendro]], maka gamelan Banyuwangi hanya menggunakan pentatonik laras slendro,
</ref>
[[Berkas:Turis belajar bermain angklung.jpg|kiri|jmpl|220x220px|Turis belajar bermain musik angklung Banyuwangi]]
Selain gamelan Banyuwangi, di Kampung Temenggungan juga terdapat kesenian angklung Banyuwangi. Angklung Banyuwangi adalah alat musik melodis yang terbuat dari bambu yang nada-nadanya dilaras dengan nada pentatonik slendro sesuai nada pentatonik slendro gamelan Banyuwangi. Berbeda dengan angklung Sunda, angklung Banyuwangi memainkannya dengan cara dipukul. Biasanya kesenian angklung bisa dimainkan sendirian, atau dimainkan dengan dua angklung, atau dikombinasikan dengan suling Banyuwangi. Bisa dimainkan hanya sebagai musik instrumentalia, ataupun dimainkan untuk mengiringi penyanyi.
[[Berkas:Musik patrol.jpg|kiri|jmpl|Alat musik ''katir'' dalam Musik patrol Banyuwangi,]]
Musik tradisional lainnya yang cukup banyak dikuasai seniman-seniman Kampong Wisata Temenggungan adalah musik patrol. Musik patrol adalah musik etnik khas Banyuwangi yang seluruh instrumennya terbuat dari Bambu dengan jenis-jenis alat musik yang dimainkan adalah kitir, gong, kempul, angklung renteng, keethuk, kendang, suling Banyuwangi, dan tak jarang dilengkapi pula dengan ''kluncing'' (triangle). Biasanya masyarakat Banyuwangi memainkan alat musik patrol pada malam hari di bulan Romadhan, baik untuk ronda siskamling maupun untuk membangunkan orang sahur. Syair-syair yang dinyanyikan mengambil dari kitab berjanji dan lagu-lagu daerah Banyuwangi dengan teknis tabuh sistem ''timpalan''. Pada saat festival musik patrol, biasanya diikuti grup-grup patrol dari desa dan kelurahan se kabupaten Banyuwangi dengan jumlah personal dalam satu grup sekitar 15 orang.Musik patrol diperkirakan bersumber dari masyarakat pesisir Madura,
[[Berkas:Musik keroncong akustik.jpg|kiri|jmpl|Musik keroncong akustik Banyuwangi-an]]
Selain musik tradisional, di Kampong Wisata Temenggungan juga banyak dimainkan musik semi tradisional berupa keroncong akustik. Musik keroncong akustik ini dimainkan dengan alat-alat musik akustik seperti gitar akustik, bass cello, ukulele, angklung Banyuwangi, suling Banyuwangi, dan ''kluncing (''triangle). Lagu-lagu yang dimainkan mulai lagu-lagu Banyuwangi kuno, lagu Banyuwangi modern, lagu Indonesia, sampai lagu barat,
Keberadaan berbagai kesenian musik tradisional Banyuwangi di Kampong Wisata Temenggungan ini sekarang dikembangkan menjadi paket-paket wisata seni budaya yang ditawarkan kepada wisatawan dalam bentuk paket menonton pertunjukan musik tradisional, ataupun paket belajar musik tradisional Banyuwangi.
Baris 68 ⟶ 65:
=== Tari Tradisional Banyuwangi ===
[[Berkas:Tari Gandrung Banyuwangi.jpg|kiri|jmpl|Tari Gandrung Banyuwangi yang dipentaskan di Temenggungan]]
Selain kesenian musik tradisional, di Kampong Temenggungan juga berkembang tari tradisional yang juga telah secara turun-temurun diwariskan dari generasi ke generasi. [[Tari Gandrung|Tari gandrung]] merupakan tari kebanggaan dan ciri khas Kabupaten Banyuwangi. Kesenian tari gandrung ini telah berusia ratusan tahun, dulu dimainkan sebagai ungkapan rasa syukur saat membuka hutan atau ketika panen pertanian,
Selain tari gandrung, di Kampung Temenggungan juga banyak warga yang menguasai berbagai jenis tari yang lain, karena memang
Saat ini potensi seni tari tradisional di kampung Temenggungan selain dipelajari oleh generasi muda dan pelajar, juga dikembangkan menjadi paket wisata seni budaya, baik dalam bentuk paket wisata menonton pertunjukan tari tradisional, maupun paket wisata belajar tari tradisional Banyuwangi.
Baris 76 ⟶ 73:
== Referensi ==
{{reflist}}
{{Authority control}}
[[Kategori:Desa wisata di Jawa Timur]]
[[Kategori:
[[Kategori:
|