Wayang Menak: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Kesalahan jenjang Subbagian (Headline)) |
Menambah referensi Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(10 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Houten wajangpop Amir Hamza alias Menak alias Jayengrana voorstellend TMnr 6148-5-4a.jpg|jmpl|250px|Amir Ambyah, tokoh Wayang Menak]]
'''Wayang Golek Menak''' atau disebut juga '''Wayang
Sebelum sampai pada saduran Bahasa Jawa, Serat Menak lebih dulu dikenal dalam kesusastraan Melayu, dengan judul [[Hikayat Amir Hamzah]]. Di Pulau Jawa, Wali Songo punya peran besar dalam menyusun dan mengonsep Serat Menak sebagai medium dakwah. Secara empiris, Wali Songo, khususnya [[Sunan Giri]] dan [[Sunan Bonang]] punya peran besar dalam menyusun konsep Wayang Menak.
Babon induk dari Kitab Menak berasal dari Persia, menceritakan Wong Agung Jayeng Rana atau Amir Ambyah (Amir Hamzah), paman Nabi Muhammad SAW. Isi pokok cerita adalah permusuhan antara Wong Agung Jayeng Rana yang beragama Islam dengan Prabu Nursewan yang belum memeluk agama Islam.▼
Dalam kitab [https://www.sastra.org/bahasa-dan-budaya/kagunan/826-kawruh-asalipun-ringgit-hazeu-1915-1112-hlm-001-129 Asalipun Kawruh Ringgit], disebut bahwa pada 1485 Saka (1563 M), Sunan Giri menciptakan Wayang Menak, dengan bentuk wujudnya yang menyerupai Wayang Purwa. Kemudian pada Pada tahun 1486 Saka (1564 M), Sunan Bonang juga menciptakan Wayang Beber Menak, untuk memodifikasi wayang Beber Purwa. Tabuhannya rebab, kendhang, trebang, angklung, kenong, serta keprak.
Wayang ini diciptakan oleh Ki Trunadipura, seorang dalang dari Baturetno, Surakarta, pada zaman pemerintahan Mangkunegara VII (1916 – 1944). Induk ceritanya bukan diambil dari Kitab Ramayana dan Mahabarata, melainkan dari Kitab Menak. Latar belakang cerita Menak adalah negeri Arab, pada masa perjuangan Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam.▼
▲Babon induk dari Kitab Menak berasal dari Persia, menceritakan Wong Agung Jayeng Rana atau Amir Ambyah ([[Hamzah bin Abdul-Muththalib|Amir Hamzah]]), paman [[Nabi Muhammad SAW]]. Isi pokok cerita adalah permusuhan antara Wong Agung Jayeng Rana yang beragama [[Islam]] dengan [[Prabu Nursewan]] yang belum memeluk agama Islam.
Wajib diketahui, secara populer, Serat Menak sudah beredar di [[Jawa|Pulau Jawa]] sejak abad ke- 17 M. Pada awal abad ke-17 M, terdapat naskah Menak (Jawa) dalam bentuk lontar sebanyak 119 lembar. Pada 1627 M, Andrew James menyerahkan naskah lontar itu ke [[Bodleian Library]]. Artinya, sekitar satu abad sebelum Para Pujangga Surakarta menulisnya, Serat Menak sastra Amir Hamzah telah masuk dan beredar luas di Jawa (Ricklefs & Voohoeve, 1977:43, dikutip Sedyawati dkk, 2001:319).
Pada periode-periode berikutnya, Wayang Menak mengalami sejumlah perubahan dan modifikasi. Di daerah [[Kudus]] pada masa pemerintahan Sunan [[Pakubuwana II|Paku Buwana II]], yang ditulis oleh [[Ki Carik Narawita]] menantu [[Waladana]] atas kehendak [[Kanjeng Ratu Mas Balitar]], permaisuri Sunan [[Pakubuwana I]] pada tahun 1717 M. Saat penulisannya adalah hari Jumat, tanggal 17 bulan Rajab, tahun Dal, wuku Marakeh, mangsa Kasa, dengan sengkalan: Lenging welut rasa purun (1639 AJ atau 1717 AD)
▲Sekitar 4 abad setelah era Wali Songo, Wayang
Walaupun tokoh ceritanya sebenarnya orang Arab dan latar belakang ceritanya juga budaya Arab, peraga Wayang Golek Menak diberi pakaian mirip dengan Wayang Kulit Purwa, antara lain dengan memberinya kuluk, jamang, sumping, dsb. Namun, pemakaian jubah dan tutup kepala mirip orang Arab, juga dipakai untuk sebagian tokoh-tokohnya.
== Asal Cerita Menak ==
Cerita Menak disadur dari kepustakaan [[Persia]], judulnya [[Qissai Emr Hamza]]. Kitab ini dibuat pada zaman pemerintahan Sultan [[Harun Ar-Rasyid|Harun Al-Rasyid]] (766 – 809). Sebelum sampai pada saduran bahasa Jawanya, kitab ini lebih dulu dikenal dalam kesusastraan Melayu, dengan judul [[Hikayat Amir Hamzah]].
Secara populer, Serat Menak sudah beredar di [[Jawa|Pulau Jawa]] sejak abad ke- 17 M. Pada awal abad ke-17 M, terdapat naskah Menak (Jawa) dalam bentuk lontar sebanyak 119 lembar. Pada 1627 M, Andrew James menyerahkan naskah lontar itu ke [[Bodleian Library]]. Artinya, sekitar satu abad sebelum Para Pujangga Surakarta menulisnya, Serat Menak sastra Amir Hamzah telah masuk dan beredar luas di Jawa (Ricklefs & Voohoeve, 1977:43, dikutip Sedyawati dkk, 2001:319).
Pada periode-periode berikutnya, Serat Menak mengalami bermacam modifikasi. Serat Menak gubahan pujangga besar Surakarta, [[Yasadipura I]] (1729 – 1802) dari Surakarta, sebenarnya bukan hanya berupa penerjemahan dari [[Bahasa Persia|bahasa Arab Parsi]] ke [[bahasa Jawa]], juga mengubah filsafat cerita itu sehingga lebih mudah dicerna oleh ma-syarakat Jawa. Lagi pula Yasadipura I bukan mener-jemahkannya langsung dari [[bahasa Melayu]] aslinya — melainkan menggubah kembali dari Kitab Menak hasil terjemahan pujangga sebelumnya, yakni dari zaman Kartasura. Pujangga penerjemah aslinya, tidak tercatat namanya.
Serat Menak Kartasura masih dekat sekali dengan Hikayat Amir Hamzah. Karya itu berbahasa Melayu yang ditengarai masih adanya kata-kata Melayu, di antaranya temen sira nora kasih, tumpesen donemu (=olehmu), sang nata dhateng turut dan Ambyah kang dipun beri (Poerbatjaraka, 1940:2). Naskah Menak Kartasura dikelola oleh Perpustakaan Nasional RI, dengan nomor koleksi BG 613, ditulis pada dluwang ukuran 24×35 cm sebanyak 1.188 halaman, dalam bentuk tembang dan aksara Jawa corak keraton pada masa itu (Poerbatjaraka, 1940:9).
Baris 79 ⟶ 89:
== Padanan tokoh cerita wayang Menak dengan tokoh cerita wayang Purwa ==
Ada sejumlah tokoh cerita wayang Menak yang persamaan (padanan) dengan tokoh cerita wayang Purwa. Inilah nama-nama tokoh cerita wayang Menak yang menunjukkan padanan itu: Bekti Jamal (Abiyasa), Aklas (Sengkuni), Betal Jemur (Abiyasa), Nursewan (Suyudana), Patih Bestak (
Dikarenakan berbagai dalih, wayang Golek Menak dan sastra Menak sekarang ini dalam kondisi mati suri, hidup tak hendak mati tak mau.Masyarakat pendukung/peminat wayang golek Menak mulai kurang berminat menonton pertunjukan tradisional.Pertunjukan pun jarang dilakukan, tanggapan sepi.Kelanjutannya seniman penyaji menjadi lesu, daya berkreasi mundur.Hadirnya Sekolah Tinggi Seni dan Institut Seni sedikit banyak menahan laju perjalananan seni pertunjukan tradisional menuju ambang kepunahan.
== Tokoh dalam Wayang Menak ==
* [[Hamzah bin Abdul-Muththalib|Wong Agung Jayeng Rana]] / Amir Ambyah Raja [[Kerajaan Kuparman]]
* [[Prabu Sarehas]] Raja [[Kerajaan Medayin|Medayin]] ayah [[Prabu Kobatsah]]
* Prabu Kobatsah Raja Medayin ayah [[Prabu Nursewan]]
* Prabu Nursewan Raja Kerajaan Medayin
* [[Patih Abujantir]]
* [[Patih Aklaswajir]]
* [[Patih Bestak]]
* [[Ki Nimdahu]] Juru Masak Istana
* [[Raden Lukman Hakim]]
* [[Raden Bekti Jamal]]
* [[Raden Betal Jemur]]
* [[Umar Maya]]
* [[Umar Madi]]
* [[Sultan Agung Jayusman Samsulrijal]]
* [[Prabu Lamdahur]] Raja [[Kerajaan Selam|Selam]] atau Serandil
* [[Prabu Menak Kajun]] Raja [[Negara Parang Akik]]
* [[Prabu Hong Te Te]] Raja Negara [[Mongolia]]
* [[Tamtanus]] dan [[Samtanus]] Panglima perang [[Yunani|Negara Yunan]]
* [[Dewi Retna Muninggar]]
* [[Dewi Marpinjun]]
* [[Dewi Ismayawati]]
* [[Dewi Kelaswara]]
* [[Dewi Sudarawreti]]
* [[Dewi Sekarkedathon]]
*
Baris 181 ⟶ 191:
=== 02 Menak Lare ===
Di
Amir Ambyah juga ahli dalam berperang. Mahir dalam memainkan senjata [[panah]], [[pedang]] dan [[cemeti]]. Ia juga mempunyai kesaktian berupa petak dan perang mengangkat
Suatu hari ketika Abdulmutalib pergi ke negeri [[Yaman]] untuk menyerahkan upeti, Amir Ambyah dan Umarmaya turut serta. Di tengah perjalanan mereka diserang [[Raden Maktal|Maktal]], putra raja [[Raja Ngalabani|Ngalabani]]. Amir Ambyah melawan. Dalam perkelahian Maktal kalah dan tunduk pada Amir Ambyah. Raja Yaman pun akhirnya juga tunduk pada Amir Ambyah. Amir Ambyah juga memenangkan sayembara yang diadakan oleh Umandhitahim, putri raja Yaman. Namun oleh Amir Ambyah, [[Umandhitahim]] diserahkan kepada [[Tohkaran]], putra raja [[Ngabesah]].
Ketika Mekah kedatangan musuh dari [[Kebar]] di bawah pimpinan raja putra [[Huksam]], Amir Ambyah segera datang menghadapi musuh. Dalam pertempuran itu Huksam tewas. Demikian pula ketika Umarmadi, raja [[Kohkarib]] menyerang Mekah, ia pun kalah dan akhirnya tunduk pada Amir Ambyah.
Mendengar tentang keperkasaan Amir Ambyah, Prabu Nusirwan dari Medayin mengirim utusan untuk memanggil Amir Ambyah. Namun diperjalanan utusan tersebut diserang oleh Umarmaya dan Umarmadi. Prabu Nusirwan lalu meminta tolong kepada [[Betaljemur]] agar Amir Ambyah datang ke Medayin. Betal jemur lalu mengutus Wahas, putranya untuk menemui Amir Ambyah, disertai surat dan dikirimi payung pusaka bernama Tunggulnaga.
Amir Ambyah datang menghadap ke Medayin dengan mengendarai kuda Kalisahak, serta diiringi oleh para raja dan paras atria. Di perjalanan, Amir Ambyah berhasil membunuh binatang hutan bernama [[Wabru]] yang banyak menimbulkan kerusakan di Medayin. Amir Ambyah kemudian memerintahkan Maktal untuk mendahului ke Medayin dan menyerahkan Wabru kepada Raja Nusirwan. Setibanya di Medayin, oleh Prabu Nusirwan Maktal diadu kesaktian melawan Hirjam, Panglima Medayin. Ternyata Hirjam kalah. Prabu Nusirwan kemudian menyambut kedatangan Amir Ambyah dengan segenap tentaranya di Medayin.
Pada saat itu Prabu Nusirwan dengan permaisurinya telah dikaruniai 5 orang putra, 2 putri dan 3 pria, yaitu Dewi Retna Muninggar, Dewi Marpinjun, Herman, Hurmus dan Semakun. Banyak raja dan para kesatria yang hendak mempersunting Muninggar. Raja Kistaham dan Kobat, anaknya sangat membenci Amir Ambyah. Selain Amir Ambyah dan Umarmaya diambil sebagai putra angkat Betaljemur, Amir Ambyah juga sangat disayang oleh Raja Nusirwan.
Selain itu, Muninggar menaruh hati pada Amir Ambyah. Akhirnya terjadilah perkelahian antara Kistahan dan Kobat melawan Amir Ambyah. Kistaham dan Kobat kalah. Mereka kemudian melarikan diri minta perlindungan Raja [[Raja Jobin|Jobin]] dari [[Kerajaan Kaos|negara Kaos]].
Suatu ketika Halkamah, raja Kebar, menyerang Medayin. Prabu Nusirwan memerintahkan Amir Ambyah untuk menghadapinya. Dalam pertempuran yang seru itu, Halkamah tewas. Kedudukannya kemudian digantikan oleh Yusupati yang telah takluk kepada Amir Ambyah. Pesta besar diselenggarakan di Istana Medayin untuk menyambut kemenangan Amir Ambyah. Pada waktu itulaah Amir Ambyah berkenalan dengan Muninggar. Mereka berdua saling jatuh cinta dan mengikrarkan janji naik ke pelaminan sebagai jejaka dan
=== 03 Menak Serandil ===
Sadalsah, raja Selam atau Serandil, memperistri Basirin putri Bakarabunisyah, keturunan [[Nabi Idris]]. Mereka mempunyai seorang putra bernama Lamdahur. Pada waktu Lamdahur belum dewasa, raja Saldasah wafat dan digantikan oleh Sahalsah, adiknya yang mempunyai anak bernama Jibul. Setelah dewasa Lamdahur mempunyai perawakan yang tinggi besar, gagah perkasa dan sakti. Khawatir kalau-kalau Lamdahur akan menuntut tahta kerajaan, Sahalsah menangkap Lamdahur dan dipenjarakannya. Tersebutlah di negeri Nglaka, Dewi Prabandini putri raja Nglaka bermimpi bersuamikan Lamdahur. Ia lalu pergi mencari Lamdahur dan menemukannya di dalam penjara di Serandil. Lamdahur dikeluarkaan dari penjara dan diajak ke Nglaka, kawin dengan Dewi Prabandini,dan dinobatkan menjadi raja di Nglaka. Beberapa waktu kemudian Lamdahur mengerahkan pasukan menyerang Serandil. Dalam peperangan itu Raja Sahalsah kalah dan tunduk. Ia kemudian diangkat menjadi raja di Negara Sulebar, sedangkan Serandil di kuasai oleh Lamdahur.
Suatu ketika timbul keinginan Lamdahur hendak menyerang Medayin. Prabu Nusirwan yang tahu rencana tersebut, segera minta bantuan Amir Ambyah, yang segera berangkaat ke Serandil. Pada waktu itu, Umarmaya mimpi bertemu Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi Iskak dan Nabi Sulaeman, semua menganugerahi kesaktian, antara lain Kasang yang dapat mengabulkan semua apa yang menjadi keinginannya, tahu separoh bahasa dunia, sehingga ia bisa menjadi juru bahasa sebanyak 260 negara, dan dapat berganti rupa apa saja sesuai kehendaknya. Sahalsah, raja Sulebar yang membantu Lamdahur, akhirnya tunduk pada Amir Ambyah. Umarmaya kemudian diutus Amir Ambyah untuk menantang Lamdahur. Pertempuran terjadi di hutan. Lamdahur kalah, dan menyatakan tunduk pada Amir Ambyah.
Baris 217 ⟶ 227:
Amir Ambyah dan pasukannya berhasil menundukkan Ngerum. Tetapi ketikan menyerang mesir, Amir Ambyah terperangkap dan dipenjarakan di Pulau Sulub. Tamtanus dan Maktal berusaha melepaskan Amir Ambyah.
Sementara itu, [[Jarahbanum]], putri raja Mesir penguasa pulau Sulub mendapat firasat agar bersuamikan Maktal. Ia segera bertemu dengan Maktal yang sedang mencari Amir Ambyah. Terjadi permufakatan, Maktal akan memperistri Jarahbanum asalkan ia bisa membantu membebaskan Amir Ambyah dari penjara. Permintaan itu berhasil dipenuhi oleh Jarahbanum. Amir Ambyah bebas dan perangpun berkobar kembali. Raja [[Mesir]] yang tak mau tunduk, akhirnya mati dibunuh Amir Ambyah. Sebagai gantinya Asanasir, adiknya diangkat sebagai Raja Mesir. Sebagai balas budi, Asanasir menyerahkan putrinya, Sekar kedhaton untuk diperistri Amir Ambyah. Terjadilah perkawinan kembar, Amir Ambyah dengan Sekar Kedhaton, dan Maktal dengan Jarahbanum.
Sementara itu Kistaham mendatangi Raja Jobin di negeri Kaos, minta bantuan mengalahkan Amir Ambyah. Jobin bersedia asal dikawinkan dengan Muninggar. Permintaan disanggupi, tetapi ditangguhkan dulu, dan Jobin dimintanya tinggal diperistirahatan.
Baris 223 ⟶ 233:
Amir Ambyah segera kembali ke Medayin, langsung dating ke Istana mengawini Muninggar, dan terus membawanya
=== 05 Menak
Di Negara Ngajrak, Taminasar, raja jin kalah berperang melawan raksasa. Berdasarkan kitab Adam Makna, Asanasil mengusulkan pada Taminasar agar minta bantuan kepada Amir Ambyah. Usul tersebut diterima, dan patih Asanasil bersama anaknya, Sadatsatir
Amir Ambyah kemudian pergi ke Ngajrak. Di kota Emas, Amir Ambyah ditemui [[Nabi Kilir]] yang memberikan pelajaran cara melawan raksasa. Berkat pelajaran tersebut, akhirnya Amir Ambyah berhasil menumpas pasukan para raksasa.
Raja jin Taminasar sangat berterimakasih kepada Amir Ambyah. Ia menghadiahi cemeti wasiat peninggalan [[Sulaiman|Nabi Sulaeman]], serta mengangkat Amir Amyah sebagai menantunya, dinikahkan dengan putrinya, Dewi Ismayawati. Dari perkawinan ini lahir seorang putri yang diberi nama Dewi Kuraisin.
Selama Amir Ambyah tinggal di Ngajrak, Mekah kembali dikepung pasukan Medayin. Dewi Muninggar dan pasukan pengawalnya berhasil diselamatkan oleh Betaljemur, diungsikan
Suatu ketika Amir Ambyah bertemu raksasa bernama [[Rames]], yang berhasil membawa terbang Amir Ambyah dan Melemparkannya ke tengah laut. Amir Ambyah berhasil ditolong [[Malaikat|malaekat]]. Ketika bertemu lagi dengan Rames, Rames meminta maaf dan diampuni Amir Ambyah, oleh Amir Ambyah, Rames dikawinkan dengan sesama raksasa, dan mempunyai anak berujut kuda yang diberi nama Sekardiyu, yang setelah besar
Sementara itu bahaya kekurangan makanan menimpa negara Katijah. Umarmadi berusaha mencari makanan ke Negara Karsinah. Ia kemudian diambil menantu oleh raja Karsinah dan dinobatkan menjadi raja. Tiba-tiba putri raja Karsinah meninggal. Menurut adat Negara tersebut, suami harus ikut dikuburkan. Umarmadi tidak mau, ia disergap dan ditangkap banyak orang. Untunglah Amir Ambyah tiba di negara Karsinah dan menolong Umarmadi. Adat di
=== 06 Menak Demis ===
Begitu mendengar kedatangan kembali Amir Ambyah, Raja Nusirwan dan Raja Jobin segera melarikan diri ke negara Demis. Amir Ambyah kemudian mengutus Umarmaya untuk menantang raja Demis. Tantangan tersebut diterima oleh raja Demis. Umarmaya kemudian menggunakan pusaka siluman,
Perang pun berkobar antara pasukan Demis melawan pasukan Arab. Dalam peperangan tersebut Amir Ambyah terluka lalu muncul ke negeri Katijah. Pada saat yang
Hati Muninggar sangat kecewa begitu tahu Amir Ambyah telah mempunyai anak sebelum mengawini dirinya yang berarti Amir Ambyah telah mengingkari janjinya. Umarmaya berusaha menjelaskan pada Muninggar bahwa perkawinan Amir Amyah dengan Sekarkedhaton hanya terjadi dalam mimpi. Tapi Muninggar tetap tidak percaya. Terjadilah pertengkaran dengan Amir Ambyah. Muninggar diusirnya, agar pergi ke negeri Bangid, karena raja Bangid dahulu ingin memperistrinya
Baris 265 ⟶ 275:
Mendengar Mekah dikepung pasukan Abesi, Amir Ambyah dan Umarmaya segera meninggalkan Kaos menuju Mekah. Pertempuran berkobar. Pasukan Abesi kalah dan Sadatkabulumar menyatakan tunduk pada Amir Ambyah.
Merasa dirinya tertipu dan diperalat, Sadatkabulumar menangkap raja Nusirwan, dan dipejara di Negara Abesi. Padahal sesungguhnya Nusirwan tidak tau apa-apa, semua itu karena ulah
Dari Mekah, Amir Ambyah kemudian menyerang Negara Kuparman. Nurham, raja Kuparman tewas dalam pertempuran, pasukan menyerang dan negara Kuparman diduduki Amir Ambyah. Sejak saat itu Amir Ambyah mendapat gelar Sultan Kuparman.
Beberapa waktu kemudian, Kaladaran, raja [[India|Indi]] mengerahkan pasukannya untuk menyerang
=== 09 Menak Biraji ===
Baris 285 ⟶ 295:
Berita tewasnya Amir Ambyah tersebar luas. Umarmaya yang tidak percaya berusaha mencarinya dan menemukan Amir Ambyah di desa Surukan. Amir Ambyah kemudian memerintahkan Umarmaya untuk mengungsikan anak istrinya dan mengundurkan pasukan. Pada kesempatan itu, Amir Ambyah mengangkat Sahsiar sebagai kepala desa Surukan. Setelah kesehatannya pulih kembali, Amir Ambyah kembali mengerahkan pasukan untuk menyerbu Kaos. Akhir pertempuran, Raja Bahman tewas ditangan Maryunani, sedangkan raja Hirman dan Jobin melarikan diri. Karena mengkhawatirkan keselamatan Amir Ambyah, suaminya, Ismayawati dan Kuraisin, putrinya pergi menengok Amir Ambyah ke negeri Kaos. Setelah beberapa lama tinggal di Kaos, mereka berdua kembali ke Ngajrak.
Sementara itu raja Hirman dan jobin mengungsi ke negara Kuwari. Maryunani yang terus mengejarnya tersesat sampai
=== 11 Menak Gandrung ===
Baris 294 ⟶ 304:
Umarmaya yang menyusul ke Abesi, berhasil membebaskan Amir Ambyah dari telaga berbisa dan melepaskan tali ikatan Maktal. Kuda Sekarduwijan mengamuk dan menghancurkan pasukan Abesi. Kadarisman, putra raja Abesi tunduk pada Amir Ambyah, dan menyatakan kesanggupannya untuk menangkap raja Nusirwan. Amir Ambyah, Umarmaya dan Maktal segera kembali ke Kaos.
Dengan pasukan pencuri sakti yang sanggup menghancurkan pasukan Amir Ambyah, Sadakabulumar dan Jobin berangkat dari Medayin menuju Kaos. Pada malam hari, Pada malam hari, mereka behasil membunuh Kobatsarehas. Dewi
Akibat kematihan Muninggar dan Kobatsarehas, Amir Ambyah menderita sakit ingatan. Para raja bawahan disuruhnya pulang ke negara masing-masing. Hanya Maktal yang tidak boleh berpisah. Ia diajak menunggui makam Muninggar dan Kobatsarehas.
Baris 326 ⟶ 336:
=== 15. Menak Cina ===
Hongtete, raja [[Cina]], mempunyai dua orang putri. Adaninggar dan Widaninggar. Adaninggar sangat tergila-gila pada Amir Ambyah, lalu pergi mencarinya. Ia pergi ke Negara Yujana, menyerahkan diri pada raja Medayin. Kepada semua orang ia mewartakan sebagai calon istri Raja Nusirwan. Taktik ini ia
Adaninggar seorang prajurit terpilih bersenjata lengkap, panah, talikentular (semacam selendang sakti), ia juga dapat menghilang. Begitu besar keinginannya untuk menjadi istri Amir Ambyah, sehingga pada suatu malam dengan kesaktiannya ia berhasil menculik Amir Ambyah dan membawanya ke dalam sebuah goa di sebuah pegunungan. Dengan terus terang ia menyatakan cintanya pada Amir Ambyah, tetapi Amir Ambyah tak menanggapinya, karena tetap menganggap Adaninggar sebagai ibu calon mertua.
Baris 347 ⟶ 357:
=== 16. Menak Malebari ===
Dari Negara Cina, Amir Ambyah mengirimkan surat lamaran
Sementara itu, Kiswapangindrus, raja negara Sindhangbarang keturunan raksasa Jabalkab, juga calamar Kusmaryati. Namun ditolak. Ia kemudian meminta bantuan kepada Jablullawal, raja negara Dhayaksengari. Oleh Jablullawal, Kiswapangindrus disuruh bertapa labih dahulu sebelum berlawanan dengan Amir Ambyah.
Baris 428 ⟶ 438:
=== 23 Menak Talsamat ===
Amir Ambyah kedatangan pendeta dari Ngajam yang baru saja mengembara dari tanah Arab. Pendeta itu menceritakan kelahiran Nabi Muhammad, dan bahwa syariat Nabi [[Ibrahim]] diganti dengan syariat Nabi Muhammad. Amir Ambyah amat tertarik hatinya hendak bersujud pada Nabi Muhammad, tetapi ia hendak menetapi kewajibannya dulu sebagai prajurit Allah menumpas pendurhaka dunia.
Amir Ambyah lalu menyerang negara Mukabumi, Pildandani dan Talsamat. Negara-negara tersebut berhasil itundukkan, tetapi prajurit Amir Ambyah banyak yang gugur dalam peperangan. Menurut raja Gulangge, telah tidak ada lagi negara yang pantas diserang. Maka Amir Ambyah lalu pulang ke [[Medinah]], hendak menjadi sahabat Nabi Muhammad. Prajurit yang masih hidup, diperintahkan turut serta.
=== 24 Menak Lakat ===
Baris 439 ⟶ 449:
Pada wakti itu Baginda Ngali, panglima pasukan Arab sedang sakit. Begitu mendengar bahwa pamanda Amir Ambyah gugur di medan perang dan Nabi Muhammad lolos, seketika sembuh dari sakitnya, lalu maju berperang. Ia berhasil menangkap raja Lakat dan menundukkan pasukannya. Sedangkan raja Jenggi melarikan diri.
Sementara itu Dewi Kuraisin, putri Amir Ambyah dengan Dewi Ismayawati dari Ngajrak, menyusul ke Medinah langsung menghadap [[Fatimah|Fátimah]], istri Nabi Muhammad. Setelah diberitahu bahwa Amir Ambyah dan Nabi Muhammad telah lama maju perang, ia segera menyusulnya. Setelah bertemu Nabi Muhammad dan diberitahu kalau ayahandanya,
Dalam suatu pertempuran, Kuraisin berhasil mengalahkan raja Jenggi, mengikatnya dan menyerahkan kepada Nabi Muhammad. Raja Lakat dan raja Jenggi tidak dihukum mati. Mereka berdua hanya dicukur rambutnya
*
|