Perang Bali III: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 2 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q2661091
Angayubagia (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
 
(32 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Warbox
[[Berkas:Aanval der Baliers bij Kasoemba.jpg||400px|thumb|Serangan pasukan Bali di [[Kusamba]].]]
| conflict = Intervensi Belanda di Bali (1849)
'''Perang Bali III''' merupakan [[perang]] yang terjadi antara [[Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger]] dengan [[Kerajaan Bali]] pada tahun [[1849]].
| image = Puputan of the Raja of Boeleleng.jpg
| image_size = 250px
| caption = Raja [[Buleleng]] membunuh dirinya bersama 400 pengikutnya, pada ''puputan'' tahun 1849 melawan Belanda. ''[[Le Petit Journal (newspaper)|Le Petit Journal]]'', 1849.
| date = 1849-1850
| place = [[Bali]], [[Indonesia]]
| result = Kemenangan Belanda yang menentukan. Kontrol Belanda atas Bali Utara.
| combatant1 = [[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|25px]] [[Netherlands]]<br>[[Lombok]]
| combatant2 = [[Kerajaan Buleleng|Buleleng]]<br>[[Kerajaan Jembrana|Jembrana]]<br>[[Kerajaan Klungkung|Klungkung]]
| commander1 = [[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|25px]] [[Andreas Victor Michiels]] {{KIA}}
| commander2 = [[Gusti Ngurah Made Karangasem]] {{KIA|bunuh diri}}<br>[[I Gusti Ketut Jelantik]] {{KIA}}
| strength1 = 100 kapal<br>3,000 pelaut<br>5,000 prajurit yang terlatih
| strength2 = 33,000 penduduk laki-laki
| casualties1 = 34
| casualties2 = sekitar 1.000
}}
[[Berkas:Aanval der Baliers bij Kasoemba.jpg||400px250px|thumbjmpl|Serangan pasukan Bali di [[Kusamba]]. Lukisan J.P. de Veer dari G.L. Kepper: ''Wapenfeiten van het Nederlandsch-Indisch Leger'' (1902)]]
[[Berkas:Mars van het zevende bataljon door de Sangsit.jpg||350px250px|thumbjmpl|Barisan Batalyon VII di [[Sangsit]]. Lukisan dari G.Kepper: ''Wapenfeiten van het Nederlandsch-Indisch leger'', 1902]]
 
'''Perang Bali III''' (dikenal juga dengan '''Perang Kusamba''') adalah intervensi militer Belanda yang utama di Selatan [[Bali]], menyusul dua intervensi yang gagal, [[Perang Bali I]] dan [[Perang Bali II]]. Belanda menggunakan intervensi militer ini sebagai dalih klaim penyelamatan Bali atas hak tawan karang, yang merupakan kebiasaan rakyat Bali, tetapi tidak dapat diterima berdasarkan hukum internasional.<ref>[https://books.google.com/books?id=ZRewlYFRXqgC&pg=PA31 ''Bali & Lombok'' oleh Ryan Ver Berkmoes p.31]</ref>
 
== Latar belakang ==
Bermula dari terdamparnya dua ''[[Sekunar|skoner]]'' (perahu) milik G.P. King, pedagang Belanda yang berkedudukan di [[Ampenan, Mataram|Ampenan]], Lombok di pelabuhan Batulahak, di sekitar [[Pesinggahan, Dawan, Klungkung|Pesinggahan]]. Kapal ini kemudian dirampas oleh penduduk Pesinggahan dan Dawan. Raja Klungkung sendiri menganggap kehadiran kapal yang awaknya sebagian besar orang-orang Sasak itu sebagai pengacau sehingga langsung memerintahkan untuk membunuhnya. Oleh Mads Lange, seorang pengusaha asal Denmark yang tinggal di Kuta, melaporkan kejadian tersebut kepada wakil Belanda di [[Karesidenan Besuki|Besuki]]. Residen Belanda di Besuki memprotes keras tindakan Klungkung dan menganggapnya sebagai pelanggaran atas perjanjian 24 Mei 1843 tentang penghapusan hukum Tawan Karang. Kegeraman Belanda bertambah dengan sikap Klungkung membantu Buleleng dalam [[Perang Bali II|Perang Jagaraga]], April 1849. Ekspedisi Belanda yang baru saja usai menghadapi Buleleng dalam [[Perang Bali II|Perang Jagaraga]], langsung dikerahkan ke ''Padang Cove'' (sekarang [[Padangbai, Manggis, Karangasem|Padang Bai]]) untuk menyerang Klungkung. Diputuskan, tanggal 24 Mei 1849 sebagai hari penyerangan.
Sudah sejak lama Kerajaan Bali menjalankan ''tawan karang'', yakni hak untuk merampas kapal-kapal yang terdampar di perairan Bali dan seisinya termasuk [[anak buah kapal]] sebagai aset mereka. Pada tahun [[1841]], hak ini diberlakukan atas kapal Belanda; yang kemudian menimbulkan protes, di mana [[Kerajaan Buleleng]], [[Kerajaan Karangasem|Karangasem]] dan [[Kerajaan Klungkung|Klungkung]] beserta penerusnya bersungguh-sungguh menerapkan hak itu dan menawarkan [[perompak]] dan [[pedagang]] [[budak]] untuk melawan; hingga tahun [[1844]] perjanjian tersebut dijalankan. Pada tahun itu juga, ketika sebuah kapal milik Belanda terdampar di Bali, kapal itu dirompak dan protes atas perlakuan itu diabaikan, yang berarti penguasa Bali melanggar kesepakatan, sehingga pemerintah kolonial di [[Jawa]] tak bisa lagi mentoleransi dan melancarkan ekspedisi.
 
Sudah sejak lama Kerajaan Bali menjalankan ''tawan[[Tawan karangKarang]]'', yakni hak untuk merampas kapal-kapal yang terdamparkaram di perairan Bali dan seisinya termasuk [[anak buah kapal]] sebagai aset mereka. Pada tahun [[1841]], hak ini diberlakukan atas kapal Belanda; yang kemudian menimbulkan protes, di mana [[Kerajaan Buleleng]], [[Kerajaan Karangasem|Karangasem]] dan [[Kerajaan Klungkung|Klungkung]] beserta penerusnya bersungguh-sungguh menerapkan hak itu dan menawarkan [[perompak]] dan [[pedagang]] [[budak]] untuk melawan; Diperkirakan hingga tahun [[1844]] perjanjian tersebut tetap dijalankan. Pada tahun itu juga, ketika sebuah kapal milik Belanda terdampar di Bali, kapal itu dirompak dan protes Belanda atas perlakuan itu diabaikan, yang berarti penguasa Bali melanggar kesepakatan, sehingga pemerintah kolonial di [[Jawa]] taktidak bisadapat lagi mentoleransi dan melancarkan ekspedisi ini.
 
== Kegagalan dua ekspedisi terdahulu ==
Pada bulan [[Juni]] [[1846]], [[pasukan]] dan [[kapal]] [[Perang Bali I|dikerahkan]] bersama dan dipimpin oleh [[schout-bij-nacht]] [[Engelbertus Batavus van den Bosch]]; pasukan itu terdiri atas 1.700 [[prajurit]], dan hanya 400 orang saja yang berasal dari [[Eropa]]. Pasukan itu dipimpin oleh [[Letkol]]. Bakker. Setelah 24 [[jam]], setelah memberikan [[ultimatum]], pada tanggal [[28 Juni]] Buleleng jatuh, [[suku Bali|orang Bali]] menarik diri dan berlindung di [[Singaraja]]. Hampir tidak mungkin bagi pasukan Hindia- Belanda kembali ke [[Batavia]] atau hak tawanTawan karangKarang itu diperbaharui terhadap kapal-kapal Inggris dan Belanda .
 
[[Perang Bali II|Ekspedisi kedua]] dipimpin oleh [[Jenderal|Jend.]] [[Carel van der Wijck]]; pada tanggal [[7 Juni]] pasukan tersebut mendarat di pantai utara Buleleng. [[Desa]] [[Bungkulan, Sawan, Buleleng|Bungkulan]] adalah desa yang pertama kali takluk setelah perlawanan gencar dandi [[Jagaraga]], pusat kekuatannya, jatuh;. setelahSetelah perlawanan berkepanjangan, pasukan Hindia- Belanda harus kembali ke Jawa; sepersepuluh bagian dari ABK-nya yang tak ikut bertempur diculik, banyak perwira yang dibunuh. SekarangTak lama berselang, [[panglima tertinggi]]nya memutuskan kembali ke Jawa dan ekspedisi ketiga harus diluncurkan untuk membalas kekalahan itu.
 
== Ekspedisi ketiga ==
Pimpinan ekspedisi ketiga dipegang oleh Jend. [[Andreas Victor Michiels]], yang dipanggil dari [[Pesisir Barat Sumatra]]. Pada bulan [[November]] [[1848]], ia mendapatkan kesempatan inspeksi ke Bali. Dengan urusan tersebut, yang sejauh itu bisa diketahui, ia kemudian ditempatkan untuk memimpin angkatan perang sebanyak 100 kapal, 5.000 prajurit terlatih dan 3.000 [[pelaut]] di bulan Maret 1849.<ref name="Ring">''International Dictionary of Historic Places: Asia and Oceania'' by Trudy Ring p.69 [https://books.google.com/books?id=vWLRxJEU49EC&pg=PA69]</ref><ref name="Pringle">''A short history of Bali: Indonesia's Hindu realm'' Robert Pringle p.98''ff'' [https://books.google.com/books?id=5TOBKsLvjjkC&pg=PA98]</ref>
[[Berkas:Mars van het zevende bataljon door de Sangsit.jpg||350px|thumb|Barisan Batalyon VII di [[Sangsit]].]]
 
Pimpinan ekspedisi ketiga dipegang oleh Jend. [[Andreas Victor Michiels]], yang dipanggil dari [[Pesisir Barat Sumatera]], dan pada bulan [[November]] [[1848]] mendapatkan kesempatan inspeksi ke sana. Dengan urusan tersebut, yang sejauh itu bisa diketahui, ia kemudian ditempatkan untuk memimpin angkatan perang sebanyak 5.000 prajurit dan 3.000 [[kuli]] di bulan [[Maret]] 1849, dan semuanya diberangkatkan ke Bali. Pada tanggal [[28 Maret]] 1849, Michiels memimpin pasukannya ke Buleleng dan 2 hari kemudian ke Singaraja tanpa banyak perlawanan, dan esoknya sebuah perundingan diusahakan terhadap kerajaan tersebut; namun gagal. Dari sini, Michiels merencanakan serangan ke Jagaraga; di saat yang sama sebagian pasukan, di bawah pimpinan [[Jan van Swieten]], sibuk menahan pasukan di depan, dan [[Mayor|May.]] [[Cornelis Albert de Brauw]] (bersama tokoh lain seperti [[Willem Lodewijk Buchel]], [[Johannes Root]] dan [[Karel van der Heijden]]) melakukan beberapa kerja tak resmi yang dengan cepat dapat menduduki Goa Lawah dan Kusamba. Hingga pagi hari, penguranganpengepungan di bagian barat dirasakan rakyat Bali dan serangan di depan oleh Van Swieten diulang kembali, yang setelah itumembuat Jagaraga jatuh dan pasukan Bali melarikan diri.
 
=== Kampanye Bali Selatan ===
Karena enggan mengikuti jejak ekspedisi sebelumnya yang melalui jalur darat, Belanda kembali ke kapal mereka dan berlayar ke Bali Selatan, di mana mereka mendarat di [[Padangbai, Manggis, Karangasem|dusun Padang]] untuk menyerang Klungkung, penguasa nominal Buleleng.<ref name="Pringle"/> Sementara itu, Belanda berhasil membangun aliansi dengan tetangga Bali, Kerajaan [[Lombok]] untuk melawan Karangasem, musuh lama Lombok. Pasukan Lombok dikirim ke kapal Belanda, dan menyerang para pemimpin Buleleng. Dalam pertemuan ini baik [[I Gusti Ketut Jelantik]] dan [[Raja]] Buleleng terbunuh, dan penguasa Karangasem melakukan ritual bunuh diri.<ref name="Ring"/>
 
Belanda melanjutkan kampanye mereka ke [[Klungkung]], menduduki [[Goa Lawah]] dan [[Kusamba]].<ref name="Pringle"/> Iklim dan penyakit mengambil korban pada pasukan Belanda, yang berada dalam posisi genting.<ref name="Ring"/> Wabah disentri di antara pasukan Belanda mencegah mereka melakukan pukulan yang menentukan. Belanda menderita banyak korban ketika [[Dewa Agung Istri Kanya]] memimpin serangan malam terhadap Belanda di Kusamba, menewaskan komandan Major General Michiels.<ref name="Pringle"/> Belanda terpaksa mundur ke kapal mereka, dihadapkan oleh kekuatan 33.000 orang Bali dari [[Badung]], [[Gianyar]], [[Tabanan]] dan [[Klungkung]].<ref name="Pringle"/> Kampanye ini menghasilkan jalan buntu.<ref name="Ring"/><ref name="Pringle"/>
 
== Kronologi ==
=== 24 Mei 1849, 05.30 ===
Pemimpin Belanda, Mayor Jendral [[Andreas Victor Michiels|A.V. Michiels]] memerintahkan pasukannya meninggalkan Padangbai menuju [[Pura Goa Lawah|Goa Lawah]]. Pasukan Belanda yang berangkat mendekati benteng Goa Lawah dibagi dua kekuatan. Kelompok pertama, berangkat untuk menyelidiki kedudukan ''sikep'' (laskar) Klungkung dengan merintis jalan bagi pasukan kedua. Pasukan Belanda pertama ini dipimpin Letnan Kolonel [[Jan van Swieten|van Swieten]]. Pasukannya sendiri terdiri dari batalion infanteri XIII sebesar tujuh kompi dan batalion V sejumlah tiga kompi dilengkapi dengan seksi regu penembak, empat mortir 11,5cm dan sejumlah tenaga pengangkut. Pasukan ketiga terdiri atas batalion II sebanyak tujuh kompi infanteri dan batalion VII sebanyak empat kompi. Pasukan kedua dipimpin langsung Mayor Jenderal Michiels juga dilengkapi dua seksi meriam lapangan, pasukan pembantu dari Madura berupa 1.000 orang kuli pengangkut makanan untuk tiga hari pertempuran.<ref>{{Cite web|last=balisaja.com|title=Detik-detik Perang Kusamba 24-25 Mei 1849|url=https://www.balisaja.com/2021/05/detik-detik-perang-kusamba-24-25-mei.html|website=balisaja.com - Bernas dan khas Bali|language=id|access-date=2022-05-25}}</ref>
 
=== 24 Mei 1849, 08.00 ===
Pasukan van Swieten tiba di dekat Pura Goa Lawah dan mengambil tempat sekitar 300 meter dari pusat pertahanan Klungkung. Pasukan kedua pimpinan Jenderal MIchiels dibantu beberapa perwira angkatan darat dan laut, seperti Letnan Kolonel Helbach, Letnan Kolonel Le Bron, Letnan Kolonel Poland, Kapten van Mannen Kallermen, Bouricius dan Kapten Sorg kemudian mengikuti. Pasukan Letkol van Swieten naik ke punggung bukit lalu menembak ke arah pertahanan ''sikep'' Klungkung. Pertempuran pun pecah. ''Sikep'' Klungkung berharap pasukan Belanda menyerang, tapi mereka tetap bertahan. Senjata keris, pedang, tombak yang digunakan ''sikep'' Klungkung pun tak dapat difungsikan.
 
=== 24 Mei 1849, siang ===
Setelah lima jam bertempur, sikep Klungkung mundur ke barat menuju Kusamba. Benteng Kusamba terletak sekitar 4 kilometer dari Goa Lawah dan merupakan pertahanan kedua kerajaan Klungkung. Benteng ini kuat karena dibangun tembok perbentengan dan pagar berlapis di segala arah tepi desa. Kusamba juga pemukiman penduduk yang sangat luas dengan lorong berliku-liku menjadikan benteng yang tangguh bagi Klungkung. Tercatat sekitar 3.000 sikep terlibat memperkuat pertahanan Klungkung di Kusamba. Pasukan Belanda yang tidak memahami medan memilih menjaga jarak. Sikep Klungkung mulai menyerang pasukan Belanda yang datang dari tengah. Belanda menembakkan artileri ke arah sikep Klungkung sehingga banyak laskar Klungkung gugur. Sikep Klungkung kembali menyerang pasukan Belanda dari kiri dan mendekati pertahanan Kusamba dari arah pantai selatan. Tembakan artileri Belanda menghalau serangan sikep Klungkung. Pertempuran hebat juga terjadi di depan Puri Kusamba.
 
Sore hari, Kusamba jatuh ke tangan Belanda. Mereka menguasai Kusamba dan menyiapkan perkemahan untuk menginap sebelum melanjutkan serangan ke Kota Klungkung. Sementara sikep Klungkung memilih mundur ke desa-desa di sekitarnya, seperti Gunaksa, Sampalan, Satrya, dan Dawan. Berkemah di Kusamba yang saat itu masih dikepung ''sikep'' Klungkung menjadi satu-satunya pilihan bagi Michiels. Tapi, pasukannya yang lelah bertempur selama hampir sembilan jam mesti diistirahatkan.
 
Jatuhnya Goa Lawah dan Kusamba membuat hati Ida Dewa Agung Istri Kanya benar-benar mendidih. Tengah malam itu juga, [[Dewa Agung Istri Kanya|Ida I Dewa Agung Istri Kanya]] bersama Mangkubumi Anak Agung Ketut Agung serta Anak Agung Made Sangging memutuskan melakukan serangan balasan ke Kusamba.
 
=== 25 Mei 1849, 03.00 ===
Dini hari, barisan depan Klungkung mencapai daerah barat Puri Kusamba dan langsung menyerang kedudukan kemah pasukan Belanda. Semua anggota pasukan Belanda yang dipercayakan menjaga pos sedang tertidur karena kelelahan sehingga tak menyadari Klungkung menyerang. Serangan Klungkung dilakukan dalam tiga gelombang sambil membakar Desa Kusamba sehingga seluruh pasukan Belanda yang tertidur bangun dan panik. Mayor Jendral Michiels panik dengan serangan tiba-tiba itu. Dalam gelap gulita, Mayor Jenderal Michiels yang berdiri di depan Puri Kusamba tidak bisa membedakan pasukannya sendiri. Batalion XII yang sedang berkumpul di dekat halaman dengan puri juga berada dalam kegelapan sehingga Michiels menyangka mereka sebagai sikep Klungkung. Michiels memerintahkan komandan Batalion XIII menembak pasukan tersebut. Komandan Batalion XIII menolak perintah komandan ekspedisi karena mengetahui pasti anak buahnya sendiri. Peluru cahaya kemudian ditembakkan dengan maksud memastikan orang-orang yang dicurigai. Saat peluru cahaya ditembakkan, seisi puri yang sebelumnya gelap gulita menjadi terang, termasuk posisi Michiels menjadi terlihat jelas. Saat itulah, sikep Klungkung menembakkan senjata api ke arah Michiels dan menghantam pahanya sampai hancur. Mayor Jendral Michiels tumbang. Dalam cerita lisan masyarakat Klungkung, senjata api yang menumbangkan Michiels itu disebut dengan nama ''I Seliksik''.
 
=== 25 Mei 1849, 06.30 ===
Mayor Jenderal Michiels memerintahkan Letnan Kolonel van Swieten meneruskan serangan, namun dia menolak perintah itu karena persediaan makanan tidak cukup. Selain itu, hampir semua tenaga pengangkut melarikan diri meninggalkan Kusamba. Tak hanya itu, para tenaga pengangkut itu juga terkena penyakit diare, moral pasukan juga merosot karena pucuk pimpinan mereka terluka parah. Pukul 06.30, Jenderal Michiels diangkut ke Padangbai untuk diobati dan tiba di sana sekitar pukul 12.00. Namun, malam hari sekitar pukul 23.00, Jenderal Michiels menemui ajalnya.
 
Letkol van Swieten memerintahkan pasukannya kembali ke Padangbai. Sepanjang perjalanan, pasukan Belanda lesu, terjangkit penyakit diare dan beberapa meninggal dunia. Setelah pasukan Belanda meninggalkan Kusamba menuju Padangbai, sikep Klungkung kembali menduduki desa itu. Selain kehilangan Jendral Michiels, dalam Perang Kusamba, Belanda juga kehilangan Kapten H Everste. tujuh tentara Belanda tewas termasuk 28 orang luka-luka. Klungkung sendiri kehilangan sekitar 800 laskar Klungkung termasuk 1000 orang luka-luka<ref>''Sejarah Klungkung: Dari Smarapura sampai Puputan'' (Pemkab Dati II Klungkung, 1983)</ref><ref>''Bali Pada Abad XIX'' (Agung, 1989)</ref><ref>''Ida I Dewa Agung Istri Kanya: Pejuang Wanita Rakawi Melawan Kolonialisme Belanda di Kerajaan Klungkung Abad ke-19'', Pemkab Klungkung, 2002</ref>
 
== Perjanjian pasca perang ==
Kematian [[I Gusti Ketut Jelantik|Jelantik]] menjadi pukulan besar bagi perlawanan rakyat Bali.<ref name="Ring"/> Melalui intervensi dari pedagang [[Mads Lange]] dan penguasa Kesiman [[Badung]], sebuah perjanjian baru ditandatangani pada Juli 1849, yang memberikan kendali atas Buleleng dan Jembrana kepada Belanda.<ref name="Ring"/><ref name="Pringle"/> Penguasa Lombok mendapat kendali atas Karangasem.<ref name="Pringle"/> Belanda mendirikan kantor pusat mereka di Singaraja, di mana seorang Pengawas Belanda memerintah raja setempat sejak tahun 1855.<ref name="Ring"/>
 
Pada tanggal [[12 Juni]] 1849, persetujuan tercapai, di mana [[Kerajaan Jembrana|Jembrana]] dinyatakan sebagai bagian dari [[Hindia Belanda]] dan [[Kerajaan Bangli]] digabungkan ke Buleleng. Penyelesaian itu diratifikasi oleh [[Jan Jacob Rochussen]] dan menjadi dasar bagi penguasaan Belanda atas Bali.
 
== Lihat pula ==
* [[Sejarah Bali]]
 
== Pasca perangReferensi ==
{{reflist|30em}}
Pada tanggal [[8 Mei]], Michiels bertolak ke [[Teluk Labuhan Amuk]] di Padang Cove (sekarang [[Padangbai]]), Karangasem, yang sebelumnya [[Toontje Poland]] sudah tiba. Pada tanggal [[24 Mei]], Michiels meneruskan perjalanan ke [[Kusamba]] dan menguasai kampung itu tanpa masalah. Di pagi berikutnya perjalanan itu berlanjut, namun di malam hari pasukan Bali melancarkan serangan atas kampung itu, dan dalam serbuan itu Michiels terluka parah di [[paha]]nya dan tewas saat itu juga setelah di[[amputasi]]. Di pagi berikutnya Van Swieten, yang sudah diangkat sebagai [[panglima]], juga kembali ke Padang Cove; setelah perundingan di Kusamba gagal kembali ([[10 Juni]]) dan meminta penyerahan mereka. Pada tanggal [[12 Juni]] persetujuan tercapai, di mana [[Kerajaan Jembrana|Jembrana]] dinyatakan sebagai bagian dari [[Hindia-Belanda]] dan [[Kerajaan Bangli]] digabungkan ke Buleleng. Penyelesaian itu diratifikasi oleh [[Jan Jacob Rochussen]] dan menjadi dasar bagi penguasaan Belanda atas Bali.
 
=== RujukanDaftar Pustaka ===
* [[1900]]. W.A. Terwogt. ''Het land van Jan Pieterszoon Coen. Geschiedenis van de Nederlanders in oost-Indië.'' P. Geerts, Hoorn.
* 1900. G. Kepper. ''Wapenfeiten van het Nederlands Indische Leger''; 1816-1900. M.M. Cuvee, Den Haag.
* [[1876]]. A.J.A. Gerlach. ''Nederlandse heldenfeiten in Oost Indë.'' 3 jilid. Gebroeders Belinfante, Den Haag.
{{LembaranSejarah hitamkonflik di Nusantara}}
 
[[Kategori:Konflik dalam tahun 1849]]
{{Lembaran hitam Nusantara}}
[[Kategori:PerangKonflik melibatkandalam Belanda|Balitahun III1850]]
[[Kategori:SejarahHindia NusantaraBelanda dalam tahun 1849]]
[[Kategori:KonflikSejarah tahun 1849Bali]]
[[Kategori:Perang yang melibatkan IndonesiaBelanda]]
[[Kategori:Penaklukan Belanda di Indonesia]]