Masjid Pusaka Banua Lawas: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wadaihangit (bicara | kontrib) k Menambah Kategori:Masjid di Kabupaten Tabalong menggunakan HotCat |
|||
(34 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox religious building
|image = Masjid Pusaka Banua Lawas.jpg
'''Masjid Pusaka''' adalah sebuah [[masjid]] tua yang terletak di kecamatan [[Banua Lawas, Tabalong|Banua Lawas]], [[Kabupaten Tabalong]], [[Kalimantan Selatan]]. Masjid ini juga sering disebut '''Masjid Pusaka Pasar Arba''' karena pada hari [[rabu]] (''arba''), jumlah para pengunjung/peziarah lebih banyak dari hari-hari yang lain.▼
|caption = Masjid Pusaka dilihat dari samping kanan
|building_name = مسجد بوساكا بانوا لاوس<br />Masjid Pusaka Banua Lawas
|location = [[Tabalong]], [[Kalimantan Selatan]], [[Indonesia]]
|religious_affiliation = [[Islam]]
|website =
|architect =
|architecture_type = Masjid
|architecture_style =
|groundbreaking =
|year_completed =
|construction_cost =
|capacity =
|dome_quantity =
|dome_height_outer =
|dome_dia_outer =
|minaret_quantity =
|minaret_height =
}}
▲'''Masjid Pusaka Banua Lawas''' adalah sebuah [[masjid]] tua yang terletak di
Di masjid tertua di Kabupaten Tabalong yang "dikeramatkan" itu, selain menjadi tempat ibadah, juga menjadi tonggak atau bukti sejarah diterimanya Islam bagi suku Dayak di [[Tabalong]].▼
▲Di masjid tertua di Kabupaten Tabalong yang
Masjid ini ramai dikunjungi atau diziarahi umat Islam, termasuk dari [[Kaltim]]. Di Masjid Pusaka ini, selain masih tersimpan beduk asli dan petaka sepanjang 110 cm. Tidak ditemukan inskripsi mengenai kapan masjid didirikan, tetapi diperkirakan dibangun pada abad ke-17<ref>{{Cite web|last=bpcbkaltim|date=2021-05-31|title=Sejarah Masjid Pusaka Banua Lawas|url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbkaltim/sejarah-masjid-pusaka-banua-lawas/|website=Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Kalimantan Timur|language=en-US|access-date=2022-04-19}}</ref> diprakarsai Khatib Dayan dan saudaranya Sultan Abdurrahman (dari [[Kesultanan Banjar]] yang berpusat di [[Kuin]]). Khatib Dayan dibantu tokoh-tokoh masyarakat Dayak, juga Datu Ranggana, Datu Kartamina, Datu Saripanji, Langlang Buana, Taruntung Manau, Timba Sagara, Layar Sampit, Pambalah Batung dan Garuntung Waluh.<ref name="KP"/>
== Peninggalan ==
[[Berkas:Tajau Masjid Pusaka Banua Lawas.jpg|jmpl|ka|''Tajau'' atau guci yang merupakan salah satu peninggalan yang terdapat di Masjid Pusaka.]]
Di teras depan Masjid Pusaka, ada dua ''tajau'' (guci tempat penampungan air yang dulunya digunakan suku Dayak untuk memandikan anak yang baru lahir). Kendati diterpa atau disengat [[matahari]], namun dua tajau yang usianya mencapai 400 tahun itu tak berubah Para peziarah ke sana tak lupa membawa pulang air dalam tajau itu karena diyakini warga memiliki berkah digunakan
Mereka menyempatkan diri ziarah, selain untuk beribadah antara lain sembahyang sunat [[tahiyatul masjid]] dan membaca [[surah Ya Sin]], juga ada yang mengaku membayar nazar, karena harapannya terkabul.<ref name="KP"/>
Di samping [[masjid]] terdapat pekuburan warga setempat sejak dahulu dan salah satu yang mencolok adalah bangunan (kubah) yang merupakan makam pejuang Banjar bernama [[Penghulu Rasyid]].<ref name="KP"/>
== Awalnya tempat pemujaan Kaharingan ==
Versi lain terdapat dalam tradisi lisan yang berkembang di daerah Banua Lawas dan sekitarnya yang menyebutkan bahwa tepat di lokasi Masjid Pusaka Banua Lawas yakni masjid tua berarsitektur tradisional beratap tumpang tiga, jauh sebelum agama [[Hindu]] dan [[Islam]] berkembang, sudah berdiri semacam pesanggrahan atau tempat pemujaan kepercayaan Kaharingan [[suku Maanyan]] dalam bentuk yang sederhana.
Tempat pemujaan itu dianggap sakral, dan manfaatnya terasa sangat penting bagi [[Suku Maanyan|orang-orang Maanyan]] yang pada masa itu banyak bermukim di Banua Lawas.<ref>http://www.freelists.org/post/nasional_list/ppiindia-Putri-Banjar-Di-Tanah-Dayak,1</ref>
Mereka kemudian menyebut daerah lokasi
Kemungkinan peristiwa besar terjadi yang memaksa mereka harus meninggalkan kampung halaman dan bermukim atau membangun pemukiman baru, dan akhirnya mereka menyebut kampung yang ditinggalkan tersebut sebagai Banua Lawas.
Tradisi lisan yang berkembang di Banua Lawas menyebutkan bahwa sebagian orang-orang Maanyan menyingkir karena mereka tidak bersedia menerima [[Islam]] sebagai agama mereka.
Tetapi kemungkinan lainnya adalah berkaitan dengan para imigran pelarian dari Jawa yang datang akibat kerusuhan politik di daerah asalnya dan mendirikan kerajaan baru di pulau Hujung Tanah bernama [[Negara Dipa]].<ref>[http://bubuhanbanjar.wordpress.com/2009/05/12/dari-kerajaan-tanjung-pura-ke-masjid-pusaka-2/ Dari Kerajaan Tanjung Pura ke Masjid Pusaka]</ref>
== Referensi ==
{{reflist}}
{{DEFAULTSORT:Pusaka Tabalong}}▼
{{Masjid di Indonesia}}▼
== Pranala luar ==
[[Kategori:Masjid di Indonesia]]▼
* [http://bahasamaanyan.blogspot.com/2008/08/balai-adat-jadi-lambang-persaudara.html Balai Adat Jadi Lambang Persaudaraan Orang Maanyan, Banjar dan Madagaskar ]
* https://www.youtube.com/watch?v=Uw1n2cXkSzU Sejarah Mesjid Pusaka Banua Lawas
▲{{Masjid di Indonesia}}
[[Kategori:Kabupaten Tabalong]]
[[Kategori:Masjid Kesultanan|Pusaka Banua Lawas]]
[[Kategori:Bangunan bersejarah di Kalimantan Selatan]]
[[Kategori:Masjid di Kabupaten Tabalong]]
|