Goembrek: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Thesillent (bicara | kontrib)
Tag: kemungkinan menambah konten tanpa referensi atau referensi keliru Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(43 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox person
|honorific-prefix =
|name = dr<br>Goembrek
|image = [[File:Raden Mas Goembrek.jpg|thumb|]]
|alt =
|caption = Potret. Gumbrek (tokoh Boedi Utomo 1908)
|birth_name = Raden Mas Gumbrek
|birth_date = {{Birth date|1885|6|28}}
|birth_place = {{flagicon|Belanda}}<!-- tidak menggunakan ikon bendera --> [[Karanganyar, Kebumen]] (saat itu [[Kabupaten Karanganyar (Kebumen)|Kabupaten Karanganyar]]), [[Jawa Tengah]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = {{Death date and age|1968|1|19|1885|6|28}}
|death_place = {{flagicon|Indonesia}}<!-- tidak menggunakan ikon bendera --> [[Banyumas]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]
|nationality = Indonesia (Jawa)
|other_names =
|alma_mater = {{unbulleted list|School tot Opleiding van Inlandsche Artsen ([[STOVIA]])|Eropeeshe Lagere School ([[ELS]])}}
|occupation = [[Dokter]]
|known_for = {{unbulleted list|Salah satu pendiri [[Boedi Oetomo]]-sebagai Komisaris. <ref>Para pendiri "Boedi OEtomo" : Para pelajar STOVIA, a.l. R. Soetomo, M. Goenawan, Moh. Saleh, M. Goembrek, dan R. Angka. Mereka adalah para pendiri Boedi Oetomo yang merupakan awal Kebangkitan Nasional. Jakarta : Yayasan Idayu, 1908. [https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=611514]</ref> |Dokter Boemiputra lulusan School tot Opleiding van Inlandsche Artsen ([[STOVIA]])}}
|religion =
|spouse = Raden Adjeng Samsidah
Baris 21:
}}
 
'''Raden Mas Goembrek''' ({{lahirmati|[[Karanganyar, Kebumen]], [[Jawa Tengah]]|28|6|1885|[[Banyumas]]|19|1|1968}}) adalah salah satu tokoh pendiri [[Boedi Oetomo]] asalyang berasal dari [[Banyumas]], [[Jawa Tengah]].<ref>{{Cite web |url=https://opacperpus.sonobudoyo.com/index.php?p=show_detail&id=11832&keywords= |title=9 Tokoh Pendiri Boedi Oetomo |access-date=2023-02-05 |archive-date=2023-02-05 |archive-url=https://web.[archive.org/web/20230205011844/https://opacperpus.sonobudoyo.com/index.php?p=show_detail&id=11832&keywords=] |dead-url=no }}</ref> iaIa juga menerima gelar dokter Jawa dari School tot Opleiding van Inlandsche Artsen [[STOVIA]]-gelar ini diberikan untuk orang-orang Boemiputra setelah lulus dari STOVIA.
 
==Riwayat Hiduphidup==
 
Raden Mas Goembrek lahir 28 Juni [[1885]], dari pasangan Raden Mas Padmokoesoemo dengan Raden Adjeng Marsidah. Ia sekolah di Eropeeshe Lagere School ([[ELS]]) dan lulus pada [[1901]]. Setelah lulus, Goembrek mengikuti ujian matrikulasi dan berhasil lolos masuk [[STOVIA]], 25 Januari [[1902]].
Raden Mas Goembrek dilahirkan pada permulaan [[wuku]] gumbreg 28 Juni [[1885]], dari pasangan [[Raden Mas Padmokoesoemo]], Onderkolektur [[Karanganyar]] ([[1897]]-[[1913]]) dengan [[Raden Adjeng Marsidah]]. Ayahnya pernah menjabat asisten wedana (camat) [[Purwodadi]] Kawedanan (kabupaten) [[Kutoarjo]], yang kemudian dengan beslit 15 Desember [[1886]] diangkat menjadi Wedana (bupati) Ambal [[Kebumen]], ibu kota kabupaten, selama 11 tahun. Di sinilah ketika masih kecil Goembrek bersaudara telah menjadi anak yatim. Kedua kakeknya adalah bupati di [[Karesidenan Bagelen]]. Perkawinan kedua orang tuanya merupakan besanan antara dua rekan sejawat elite birokrat (pejabat teras), bukan perkawinan keluarga yang menjadi prioritas tradisional masa itu. Ayahnya, Raden Mas Padmokoesoemo, terlahir dengan nama Raden Mas Soeseno dari pasangan [[Raden Adipati Tjokronagoro II]], bupati [[Purworejo]] II ([[1856]]- [[1876]])<ref>Daftar Nama Bupati Purworejo.[[https://dilut.com/daftar-nama-bupati-kabupaten-purworejo/]]</ref> dengan istri Padmi (Bendara Raden Adjeng Tjokronagoro II) yang merupakan cucu turunan dari Susuhunan [[Pakubuwono IV]], raja [[Kasunanan Surakarta Hadiningrat]] ([[1788]]-[[1820]]). Kakeknya adalah putra bupati pertama cikal bakal pendiri [[Kabupaten Purworejo]], seorang veteran Kolone Kerajaan Surakarta, bernama [[Raden Adipati Tjokronagoro I]]. Sedangkan ibunya, Raden Adjeng Marsidah dari pasangan [[Raden Adipati Kartanegara I]], bupati [[Karanganyar]] II ([[1864]]-[[1885]]) dengan istri Padmi (Raden Adjeng Kartanegara I), putra dari [[Raden Adipati Tjakrawedana II]], Bupati [[Cilacap]] keturunan langsung dari [[Raden Adipati Tjakrawedana I]], bupati [[Banyumas]] XIII ([[1815]]-[[1831]]). Kakek Goembrek dari garis ibu ini adalah putra [[Raden Adipati Poerbonegoro]], bupati Ambal ([[Kebumen]]) ([[1832]]-[[1971]]). Kemungkinan besar perkawinan orang tua Goembrek itu terjadi setelah pengangkatan Bupati [[Karanganyar]] Tahun [[1864]]. Mengingat suksesi bupati pada masa itu umumnya berdasarkan atas asas keturunan, maka para trah bupati ini dapat mendominasi  jabatan daerah yang penting di Karesidenan Bagelen. Sehingga dapat dikatakan pula bahwa Goembrek merupakan keturunan para pejabat teras di [[Banyumas]] pada masa itu.
 
Pada tahun [[1903]], Goembrek bergabung dengan [[Soetomo]], dan menjadi salah satu pendiri organisasi tersebut. Ia berperan penting dalam pendirian [[Boedi Oetomo]] karena getol melakukan pendekatan dengan para bupati yang sejalan dengan perjuangan untuk mendukung Boedi Oetomo. Pada saat wabah pageblug pes melanda kota [[Malang]], ia bersama pelajar lainnya diturunkan untuk menangani para korban yang terjangkit wabah pes tersebut, dan kemudian dilantik menjadi inlandsh arts (dokter bumiputera ), lulus tanpa ujian pada 11 April [[1911]].
Goembrek adalah putra ke- 7 dari 8 bersaudara. Ketika ibunya meninggal di [[Kebumen]], Goembrek masih kecil. Kemudian ayahnya menikah lagi dengan adik kandung ibunya, bernama [[Raden Adjeng Marsiyah]], dikaruniai lima putra. Goembrek tumbuh dalam keluarga besar yang santun dalam adat istiadat Jawa. Sesuai perhitungan [[tarikh Jawa]], Goembrek dilahirkan di tahun [[1885]]. Namun dalam matrikulasi ([[STOVIA]]), kelahirannya tertulis 21 Juni [[1886]]. Mungkin itu data kelahiran yang sudah disesuaikan dengan tarikh Masehi. Generasi sekarang mungkin mempertanyakan atau bahkan mempertanyakan nama Goembrek, karena terdengar asing dan aneh. Namun bagi generasi masa peralihan abad yang lalu, kata ‘Goembrek’ sama sekali tidak asing, karena kata itu adalah salah satu nama wuku, salah satu [[kalender Jawa]], yaitu [[wuku]] ke-6, yang biasa disebut lebih tegas gumbreg.
 
==Masa Pemerintahanpemerintahan Hindia Belanda==
Masa kecil dr. RM. Goembrek, ketika bayi hingga menjelang sekolah dihabiskan di [[Kebumen]]. Ayahnya Raden Mas Padmokoeseomo diangkat sebagai wedana (bupati) Kebumen ([[1886]]-[[1897]]). Saat itu, sekolah dasar Belanda Eropeeshe Lagere School ([[ELS]]) hanya terdapat di ibu kota karesidenan, [[Purworejo]]. Maka ketika Goembrek mendapatkan fasilitas untuk mengikuti pendidikan [[ELS]] dan harus bersekolah di purworejo, ia mondok di tempat pakdhenya, Bupati [[Purworejo]] [[Raden Mas Tumenggung Tjokronagoro II]]. Goembrek dapat menyelesaikan sekolahnya di ELS tahun [[1901]].
 
Sejak lulus dari [[STOVIA]], pada [[1911]] sampai masa pensiun tahun [[1941]]. ia pernah bertugas di 34 kota. Ia juga pernah menjadi anggota Vereeniging voor Inlandsche Artsen atau asosiasi dokter dalam negri, yang didirikan pada 29 September [[1911]].
Sebenarnya ayahnya menginginkan ia dapat menjadi  pangreh praja. Pada saat itu pendidikan dokter tidak menjadi favorit bagi orang tua kalangan pangreh praja, karena letak geografis sekolah yang cukup jauh, di Batavia, dan biaya sekolah termasuk pemondokan yang tinggi serta ketidakpastian akan kesuksesan di masa depan. Sementara untuk menjadi pangreh praja, tinggal mengikuti ujian klein ambtenaar (pegawai rendah) setelah tamat ELS, bagi anak cucu keturunan wedana (bupati) ada prioritas dan status sosial terjamin. Sejak muda, Goembrek sering menentang pendirian orang tuanya tersebut. Pada akhirnya memilih mengikuti jejak kakaknya, Raden Mas Arnad yang sejak tahun [[1900]] menjadi pelajar Inlandsch Arts (Sekolah Dokter Bumiputera). Goembrek mengikuti ujian matrikulasi dan berhasil lolos masuk STOVIA 25 Januari [[1902]], bersama [[Soewarno]], dari [[Boyolali]], juga sebagai salah satu pendiri [[Boedi Oetomo]].
 
Pada 22 Februari [[1920]], Goembrek menikahi Raden Adjeng Samsidah, perempuan kelahiran Banjarnegara 6 Januari [[1920]], putri bungsu Raden Mas Mangkoesoebroto, patih (setara gubernur) Banjarnegara ([[1908]]-[[1920]]).
Goembrek memasuki [[STOVIA]] pada masa-masa pelajar yang sedang menuntut ilmu di sana mengalami gejolak menumbuhkan sikap nasionalis. Goembrek sebagai anak pangreh praja yang kental dengan feodalisme pada masa itu, telah merasakan langsung sistem kekolotan suksesi bupati berdasarkan keturunan. la tidak tinggal diam, bergabung dengan kelompok [[Soetomo]] yang baru masuk matrikulasi [[STOVIA]] pada tahun [[1903]] dan sering ikut berdiskusi masalah kebangsaan. Ketika organisasi modern pertama Boedi Oetomo diserukan pada tanggal 20 Mei [[1908]], Goembrek termasuk sebagai pendiri [[Boedi Oetomo]] dan duduk dalam kepengurusan sebagai komisaris. Pada rentang waktu dari pembentukan sampai menjelang kongres I Boedi Oetomo, para pelajar STOVIA pendiri perhimpunan ini sibuk mengobarkan dan mencari dukungan bagi gerakan. Dengan latar belakang yang kental dari keluarga besar keturunan bupati, Goembrek berperan penting dalam melakukan pendekatan dengan bupati-bupati yang sejalan dengan perjuangan untuk mendukung Boedi Oetomo.
 
Pada [[1925]], Goembrek bertugas di [[Wonosobo]], rumah sakit Zending van Gereformeerde Kerken (misi gereja reformasi). Ia kembali ditugaskan ke [[Semarang]] tahun ([[1925]]-[[1926]]), sebagai pemimpin pemberantasan penyakit cacing pita dan propaganda kesehatan higinis. Setelah itu bertugas di [[Kendal]]. Goembrek pensiun pada [[1941]] sebagai kepala dokter pemerintahan Hindia saat usianya 55 tahun dan kembali ke daerah [[Banyumas]].
Goembrek yang datang dari sarang feodalisme di daerah asalnya, aktif dan terus bergerak pada masa awal pergerakan. Dokter [[Wahidin Soedirohoesodo]] menyebutkan bahwa Goembrek bersama dengan Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Soewarno, Moechamad Saleh, dan Soelaiman, merupakan 6 orang pelajar STOVIA yang hendak mendirikan [[studiefonds]]. Dan Goenawan Mangoenkoesoemo dalam tulisan di bukunya, menyebutkan Soewamo, Goembrek, Saleh, dan Soelaiman adalah orang-orang yang selalu setia berada di sekeliling perjuangan Soetomo.
 
==Masa pemerintahan Jepang==
Pada tahun [[1908]], kakak Goembrek. Raden Mas Amad lulus dokter tepat waktu. Saat itu Goembrek masih mengalami bantuan pelajaran bahasa [[Jerman]], karena sejak tahun [[1909]] didatangkan seorang dokter Jerman dari Siam ([[Thailand]]) sebagai salah satu staf pengajar. Karena kekurangan dokter dan ada pageblug pes di [[Malang]] yang menyebabkan puluhan ribu jiwa terjangkit, Goembrek bersama sembilan pelajar, yaitu Ramelan Tirtohoesodo, Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Mohamad Saleh, Latumeten, AB Andu, R Slamet, dan Mohamad Soelaiman diturunkan ke medan wabah pes, dan kemudian dilantik menjadi inlandsh arts (dokter bumiputera ), lulus tanpa ujian pada 11 April [[1911]].<ref>M. Goembrek : pelajar STOVIA dan pendiri "Boedi Oetomo" pada tanggal 20 Mei 1908, sebagai Komisaris. Jakarta : Yayasan Idayu, 1908.[https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=562216]</ref>
 
Setelah Pemerintah [[Jepang]] berkuasa, Goembrek diangkat menjadi pegawai negeri [[Karesidenan Banyumas]], sebagai Pemimpin PPPOK ([[1943]]-[[1948]]), menggantikan Soemedi.
==Masa Pemerintahan Hindia Belanda==
 
==Masa Pemerintahanpemerintahan RI==
Selanjutnya dr RM Goembrek mengikuti program ikatan dinas, paling sedikit harus bekerja 10 tahun pada pemerintah [[Hindia Belanda]]. Setelah 10 tahun berlalu, ia tetap berada di bawah pengawasan pemerintah dan tidak pernah membuka praktik swasta. Data ''"Gunseikanbu"'' (kelompok eksekutif) 19 Juli [[1943]] hanya menyebutkan secara singkat, dr RM Goembrek bekerja pada pemerintah Hindia Belanda sejak lulus [[1911]] sampai masa pensium tahun [[1941]]. Pada masa itu, ia pernah bertugas di 34 kota. Sebagai dokter bumiputra, ia menjadi anggota VIG ''"Vereeniging voor Inlandsche Artsen"'' (asosiasi dokter dalam negri) yang didirikan pada 29 September [[1911]].
 
Pada 1 Desember [[1945]], Goembrek diangkat menjadi pegawai tinggi: dokter karesidenan di PPPOK dan sekolah mantra kesehatan di Banyumas. Pada masa pendudukan Belanda di Banyumas, dr. RM. Goembrek kemudian bekerja di Pemerintah [[Recomba]].  Sejak 1 Agustus [[1947]] ditetapkan sebagai GouvernementsKelas ArtsI IsteDokter KlassePemerintah, PlaatselijkeDinas GezondheidsdienstKesehatan Daerah di Banyumas, termasuk tunjangan tidak. praktik, tetap sebagai pemimpin Demonstratie Centrum. Antara 4 Agustus [[1947]] sampai 16 Juni [[1948]], ia dibantu oleh penggantinya di [[Kendal]] pada tahun [[1941]], dr. Raden Angka Prodjosoedirdjo, yang selanjutnya dimutasikan ke RSU [[RSU Purwokerto]].  Setelah setahun bekerja, dr. RM. Goembrek secara resmi pensiun per 1 Agustus [[1948]], pada usia 62 tahun.
Ada pengalaman menarik yang tak terlupakan dan selalu diceritakan kepada teman-teman terdekat, yaitu saat bertugas di daerah [[Banten]] yang waktu itu dijangkiti penyakit malaria. Saat itu rakyat Banten tidak menyadari adanya wabah, dan banyak korban yang meninggal karena kecurigaan sebagai perbuatan setan. Sehingga usaha pengobatan yang akan dilakukannya ditentang rakyat. Bahkan Goembrek dilempari batu, hingga akhimya menyelamatakan diri dengan berlindung dalam gorong-gorong. Pada awal 9 tahun sebagai dokter, ia membujang, sampai akhirnya dijodohkan dengan Raden Adjeng Samsidah, kelahiran Banjarnegara 6 Januari [[1920]]. la adalah putri bungsu patih Banjarnegara ([[1908]]-[[1920]]), [[Raden Mas Mangkoesoebroto]]. Pasangan ini menikah pada 22 Februari [[1920]]. Ibu mertuanya adalah adik kandung ibunya. Tahun [[1925]], Goembrek bertugas di [[Wonosobo]] sebagai dokter BGD merangkap dokter pemerintah yang diperbantukan pada rumah sakit ''"Zending van Gereformeerde Kerken"'' (misi gereja reformasi). Tahun ([[1925]]-[[1926]]), ia ditugaskan di [[Semarang]]. Setelah itu di [[Kendal]], tahun ([[1926]]-[[1941]]), hingga pensiun dan kembali ke daerah [[Banyumas]]. Tugasnya, seperti yang disebutkan dalam memori Residen Semarang, [[Johannes Bijleveld]], bahwa Goembrek sebagai pemimpin pemberantasan penyakit cacing pita dan propaganda kesehatan higinis. Tiap tahun beberapa ribu orang diobati.
 
Setelah menjalani masa pensiun selama 2 tahun lebih, Goembrek melaksanakan pengabdian lagi kepada Pemerintah RI. Sejak 1 Desember [[1950]], ia ditetapkan sebagai pegawai bayaran bulanan Dokter Kelas 1 Sementara, Sanatorium Karangmangu. Sejak 3 Maret [[1952]], dr. RM. Goembrek (ketika itu berusia 66 tahun) tampil sebagai Pemimpin Sanatorium [[Karangmangu]].  Pada 18 Desember [[1955]] sampai dengan 21 Desember [[1956]] merangkap jabatan sebagai pemimpin RSU Banyumas.  Tanggal 1 Juli [[1957]], ia pensiun sebagai Pemimpin Sanatorium Karangmangu, dan sejak 1 Desember [[1960]] diangkat sebagai tenaga pensiunan, Pemimpin Poliklinik RSU Banyumas.  Sejak 1 Oktober [[1964]], dalam usia 78 tahun berhenti sebagai dokter pengawas LP Banyumas. Perjalananan pengabdian di bidang kedokteran yang sangat panjang telah dijalankannya, ditempuh tanpa henti dan berliku. Demikian besar kecintaannya pada dunia kedokteran dan pengabdian masyarakat, hingga menjelang akhir hayatnya tahun [[1967]] pun masih secara sukarela bekerja di RSU Banyumas.
Dalam sidang ''"Vereeniging"'' (asosiasi) ''"Afdeeling"'' Semarang (sebuah wilayah administratif pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda setingkat Kabupaten) 12 April [[1933]], dr. RM. Goembrek termasuk salah satu pembicara yang memaparkan pekerjaannya. Prestasi kegiatan higinis Kabupaten Kendal selalu paling tinggi. Juni [[1941]], pada usia 55 tahun ia pensiun sebagai ''"hoofd-gouvernements Indisch arts"'' (kepala dokter pemerintahan Hindia) diperbantukan di Kabupaten Kendal. Lalu pindah ke [[Yogyakarta]], di Jl Setasiun 5. Sejak Juli [[1941]], posisinya di Kendal berteman dengan temannya yang tidak asing lagi, dr. [[Angka Prodjosoedirdjo]], yang baru dimutasi dari [[Boyolali]].
 
Dokter Goembrek meninggal 19 Januari [[1968]] pada usia 82 tahun, di rumahnya Jl Pangeranan Banyumas, dan tidak meninggalkan keturunan. Dimakamkan Ia dimakamkan di samping makam istrinya, yang lebih dulu wafat pada saat dr. RM. Goembrek berusia 69 tahun, di [[PesareanPasarean Dawuhan Banyumas]], di pemakaman keluarga besar trah bupati.
==Masa Pemerintahan Dai Nippon==
 
==Lihat pula==
Setelah Pemerintah [[Jepang]] berkuasa, kedua sekolah dokter pendidikan di bekas wilayah [[Hindia Belanda]] di [[Batavia]] dan [[Surabaya]] ditutup. Pemerintah Bala Tentara Dai Nippon kekurangan dokter, 200 orang dokter [[Belanda]] ditawan, sedangkan penggantinya dokter Jepang tidak sebanyak itu. Pemerintah membuka kembali sekolah dokter 29 April [[1943]] di [[Jakarta]] saja, tetapi hanya satu, yaitu [[Djakarta Ika Daigaku]] (Sekolah Thabib Tinggi Djakarta). Karena dr Soemedi, pimpinan PPPOK (Poesat Pertjontohan dan Pendidikan tentang Oesaha Kesehatan), sebuah instansi pelayanan jasa kesehatan bidang preventif, yang hanya terdapat di Kabupaten [[Banyumas]], diangkat sebagai dosen Djakarta Ika Daigaku, dr. RM. Goembrek untuk kedua kalinya pada tahun [[1943]] diangkat menjadi pegawai negeri [[Karesidenan Banyumas]], sebagai Pemimpin PPPOK ([[1943]]-[[1948]]), menggantikan dr Soemedi.
 
*[[Asmaoen]]
==Masa Pemerintahan RI==
*[[Margono Sukarjo]]
*[[Angka Prodjosoedirdjo]]
*[[Wahidin Soedirohoesodo]]
 
== Referensi ==
Dokter Goembrek tetap bekerja pada pemerintah dengan jabatan seperti semula. Bahkan pada 1 Desember [[1945]], ia diangkat menjadi pegawai tinggi: dokter karesidenan di PPPOK dan sekolah mantra kesehatan di Banyumas. Ketika diadakan gencatan senjata RI-Belanda pasca-persetujuan [[Linggarjati]], dan tak lama kemudian [[Belanda]] secara sepihak melawan perjanjian tersebut, Banyumas menduduki tentara Belanda, sejak 31 Juli [[1947]]. Seluruh karesidenan Banyumas berhasil menguasai Belanda kecuali Kabupaten [[Banjarnegara]]. Namun dr. RM. Goembrek tidak mengungsi dan tetap bertahan di Kota [[Banyumas]].
{{Reflist}}
 
{{lifetime|1885|1968|}}
Pada masa pendudukan Belanda di Banyumas, dr. RM. Goembrek kemudian bekerja di Pemerintah Recomba. Sejak 1 Agustus [[1947]] ditetapkan sebagai Gouvernements Arts Iste Klasse, Plaatselijke Gezondheidsdienst di Banyumas, termasuk tunjangan tidak praktik, tetap sebagai pemimpin Demonstratie Centrum. Antara 4 Agustus [[1947]] sampai 16 Juni [[1948]], ia dibantu oleh penggantinya di [[Kendal]] pada tahun [[1941]], dr. Raden Angka Prodjosoedirdjo, yang selanjutnya dimutasikan ke [[RSU Purwokerto]]. Setelah setahun bekerja, dr. RM. Goembrek secara resmi pensiun per 1 Agustus [[1948]], pada usia 62 tahun.
 
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
Setelah penyerahan gelar Belanda kepada Republik Indonesia Serikat (RIS), jadi setelah menjalani masa pensiun selama 2 tahun lebih, dr. RM. Goembrek melaksanakan pengabdian lagi kepada Pemerintah RI. Sejak 1 Desember [[1950]], ia ditetapkan sebagai pegawai bayaran bulanan Dokter Kelas 1 Sementara, Sanatorium Karangmangu, tetap berdomisili di Banyumas. Sebagai dokter yang tidak berpraktik swasta, ia tidak dapat menolak pasien berobat di luar jam dinas, tetapi menolak dibayar.
[[Kategori:Tokoh Kebumen]]
 
[[Kategori:Tokoh dari Kebumen]]
Sejak 3 Maret [[1952]], dr. RM. Goembrek (ketika itu berusia 66 tahun) tampil sebagai Pemimpin Sanatorium [[Karangmangu]]. Pada 18 Desember [[1955]] sampai dengan 21 Desember [[1956]] merangkap jabatan sebagai pemimpin RSU Banyumas. Tanggal 1 Juli [[1957]], ia pensiun sebagai Pemimpin Sanatorium Karangmangu, dan sejak 1 Desember [[1960]] diangkat sebagai tenaga pensiunan, Pemimpin Poliklinik RSU Banyumas. Sejak 1 Oktober [[1964]], dalam usia 78 tahun berhenti sebagai dokter pengawas LP Banyumas. Perjalananan pengabdian di bidang kedokteran yang sangat panjang telah dijalankannya, ditempuh tanpa henti dan berliku. Demikian besar kecintaannya pada dunia kedokteran dan pengabdian masyarakat, hingga menjelang akhir hayatnya tahun [[1967]] pun masih secara sukarela bekerja di RSU Banyumas.
[[Kategori:Tokoh dari Purwokerto]]
 
Dokter Goembrek meninggal 19 Januari [[1968]] pada usia 82 tahun, di rumahnya Jl Pangeranan Banyumas, dan tidak meninggalkan keturunan. Dimakamkan di samping makam istrinya, yang lebih dulu wafat pada saat dr. RM. Goembrek berusia 69 tahun, di [[Pesarean Dawuhan Banyumas]], di pemakaman keluarga besar trah bupati.