Masa Bersiap: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(16 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Taknetral|note=Tidak sama sekali menunjukkan apa saja yang terjadi selama masa Bersiap dan terkesan menutupi kebenaran}}
{{Sejarah Indonesia}}
{{Campaignbox Revolusi Nasional Indonesia}}
{{Italictitle}}
'''''Masa Bersiap''''' adalah sebuah [[istilah]] yang diberikan oleh Belanda
Periode ini ditandai dengan terjadinya huru-hara, pembantaian, dan perampokan massal yang dilakukan oleh masyarakat pro-kemerdekaan, atau yang biasa disebut sebagai ''Pemoeda'' dan ''Pelopor''. Orang-orang Eropa dan [[orang Indo]] menjadi target utama dalam kekacauan ini, walaupun banyak juga korban yang merupakan orang Maluku dan orang
Awal masa ini bermula dengan dijarah dan dirampoknya [[Kota Depok|Depok]] oleh para ''Pemoeda'' atau ''Pelopor'' pada tanggal
== Istilah ==
Fase revolusi nasional Indonesia ini disebut "'''Bersiap'''" oleh orang-orang [[Orang Indo|Indo Belanda]] (Eurasia) yang selamat dari periode penuh konflik ini dan digunakan dalam karya akademis Belanda dan Inggris. Istilah ini berasal dari seruan perang pro-Republik Indonesia dan seruan terus-menerus untuk mengangkat senjata: "Siap!" - "Siap!"
== Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ==
Pada tanggal [[15 Agustus]] 1945 [[Tentara Kekaisaran Jepang]] [[Hari Kemenangan atas Jepang|menyerah kepada Sekutu]]. Karena kemenangan ini bukan karena penaklukkan kembali oleh [[Blok Sekutu|Tentara Sekutu]] atas Indonesia, Tentara Kekaisaran Jepang masih menduduki Indonesia, tetapi telah menerima perintah khusus untuk mempertahankan [[status quo]] sampai pasukan Sekutu tiba. Soekarno, Hatta, dan pimpinan Republik yang lebih senior ragu untuk bertindak dan tidak ingin memprovokasi konflik dengan pihak Jepang.<ref name="Ricklefs 1991, p. 210">Ricklefs (1991), p. 210</ref> Laksamana [[Tadashi Maeda]], yang takut akan kelompok 'pemuda' yang mudah terpancing dan tentara Jepang yang terdemoralisasi, menginginkan perpindahan kekuasaan yang cepat kepada para pemimpin senior Indonesia.<ref name="Ricklefs 1991, p. 210"/>
Sementara kepemimpinan kelompok nasionalis yang lebih senior, termasuk Soekarno dan Hatta enggan terhadap perpindahan kekuasaan ini, anggota elit muda yang lebih muda yang sering disebut 'pemuda Indonesia', percaya bahwa mereka memiliki kewajiban untuk mendorong revolusi. Sebuah kelompok yang terkait dengan "[[Menteng 31]]" menculik Soekarno dan Hatta dan memaksa mereka untuk menyetujui untuk mengumumkan kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal [[17 Agustus]] 1945, dua hari setelah Jepang menyerah terhadap Sekutu, Soekarno dan Hatta mendeklarasikan kemerdekaan Republik Indonesia di rumah Soekarno di Jakarta.<ref>Ricklefs (1991), page 213; {{cite book | last =Taylor | first =Jean Gelman | title =Indonesia: Peoples and History | publisher=Yale University Press | year =2003 | page = 325 | url = | isbn = 0-300-10518-5 }}; Reid (1973), page 30; Vickers (2005), p. 95</ref> Staf Indonesia sempat merebut radio Jakarta dari atasan Jepang mereka dan menyiarkan berita tentang deklarasi tersebut di seluruh Jawa.<ref>Taylor (2003), p. 323</ref>
==Lihat juga==
*[[Pemulangan orang Indo ke Belanda]]
== Referensi ==
|