Soesilo Toer: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k gabungkan kategori
Benee Santoso (bicara | kontrib)
 
(18 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox person
| name = Soesilo Toer
| image =
| alt =
| caption =
| birth_name =
| birth_date = {{Birth date and age|1937|2|17}}
| birth_place = [[Blora]], [[Jawa Tengah]]
| death_date =
| death_place =
| residence = Jalan Pramoedya Ananta Toer (ex Jalan Sumbawa) No. 40, Kelurahan Jetis, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah
|nationality = {{negara|Indonesia}} [[Indonesia]]
| nationality = [[Hindia Belanda]]
| other_names =
|known_for = Adik [[Pramoedya Ananta Toer]] dan mendirikan [[Perpustakaan Pataba]].
| employer = [[Perpustakaan Pataba]]
|occupation = Pengurus perpustakaan
| known_for = Adik [[Pramoedya Ananta Toer]] dan mendirikan [[Perpustakaan Pataba]].
| notable_works = Dunia Samin, Republik Jalan Ketiga, Anak Bungsu, Serigala, Pentalogi Pram
| Spouse = *{{marriage|Suciati Atmo|1962}}
*{{marriage|Wiwiek|1979}}
*{{marriage|Suratiyen|1989}}
| children = 1
| mother = Oemi Saidah
| father = Mastoer
| awards = Novel Terbaik Prasidatama 2018
| education = [[Akademi Keuangan Bogor]]
[[Universitas Persahabatan Rakyat Rusia]]
[[Plekhanov Russian University of Economics]]
| occupation = PengurusPengelola perpustakaan, Penulis, Pemulung
| years_active = 1950-sekarang
}}
'''Soesilo Toer''' ({{lahirmati|[[Kabupaten Blora|Blora]], [[Jawa Tengah]]|17|2|1937}}) merupakan adik dari sastrawan Indonesia [[Pramoedya Ananta Toer]]. Selain dikenal sebagai lulusan doktor universitas di [[Uni Soviet]], dia juga mengurusi [[Perpustakaan Pataba]], di rumah masa kecil Pramoedya. Pada usia tuanya, dia masih aktif mengurusi dunia perbukuan.
 
Sehari-hari hidup dari menjual buku, menulis, penyunting, memulung, memelihara ayam dan kambing meskipun ia punya gelar doktoral dan mengelola perpustakaan yang terkenal sampai ke luar negeri.
 
Soesilo memiliki istri bernama Suratiyem dan seorang anak bernama Benee Santoso. Benee sendiri dibanggakannya karena ia salah satu dari sekitar 50 anak dari cucu Mastoer yang menekuni bidang tulis-menulis. IaToer menguasai bahasa Jawa, Rusia, [[bahasa Inggris|Inggris]], [[bahasa Belanda|Belanda]], dan [[bahasa Jerman|Jerman]]. Dan, ia menyebut dirinya sendiri [[diglosia]], karena menguasai beberapa bahasa seperti halnya [[Koesalah Soebagyo Toer]] yang terkenal sebagai penerjemah.<ref name="tempo" /><ref name="kom1" />
 
== Masa kecil ==
Soesilo lahir di [[Blora]] pada tanggal 17 Februari 1937. Rumah masa kecilnya ada di [[Jetis, Blora, Blora|Jetis]], [[Blora, Blora|Kecamatan Blora]], [[Kabupaten Blora]]. Ayahnya bernama Mastoer, yang kemudian mengubah namanya menjadi Toer saja karena menurutnya Mas berbau feodal, seorang guru dan aktivis [[Boedi Oetomo]] dan ibunya bernama Siti Saidah.<ref name=kom2/> Ia lahir sebagai anak ke-7 dari 9 bersaudara.<ref name=kom1/> Di usia yang 4 tahun, ibunya meninggal dunia.<ref name=kom2>{{cite news |url=https://regional.kompas.com/read/2018/06/05/10033231/kisah-soesilo-toer-mengenang-pramoedya-ananta-toer-cinta-tanah-air-dan-islam?page=all |title=Kisah Soesilo Toer Mengenang Pramoedya Ananta Toer, Cinta Tanah Air dan Islam Tulen (3) |author=Nugroho, Puthut Dwi Putranto |editor=Damanik, Caroline |websitework=[[Kompas.com]] |date=4 Juni 2018 |accessdate=7 Juli 2018}}</ref> Ayahnya mendukung aktivitas kemerdekaan [[Indonesia]] di mana ia menjadi kepala sekolah [[Instituut Boedi Oetomo]] yang sebelumnya ditinggalkan oleh Dokter [[Soetomo]]. Ketika ia lahir, keluarganya dalam kondisi ekonomi yang sulit di mana utang menumpuk, surat-surat tanah pun dijual guna melunasi pembelian lahan dan bangunan instituut tersebut. Sekolah tersebut belakangan mengalami kemunduran akibat [[Ordonansi Sekolah Liar|Ordinansi Sekolah Liar]] Hindia-Belanda pada tahun 1932, di mana lulusan sekolah partikelir tak bisa bekerja di Gubernemen; karena itu banyak yang memutuskan untuk keluar dan sekolah pun mengalami kebangkrutan. Ayahnya, terjangkit hobi baru yaitu berjudi ceki.<ref name=suaramerdeka/> Berlainan dengan masa kelahiran kakaknya, Pramoedya Ananta Toer. Pada tahun 1925 ketika keluarga mereka masih berkecukupan, punya simpanan uang, dan memiliki 20 surat tanah yang tersebar di Blora. Soes, Pram, dan saudara-saudaranya yang lain bersekolah di Instituut Boedi Oetomo.<ref name=tempo>{{cite magazine |author=Sujatmiko |date=25 Juni 2018 |title=Cerita dari Blora |magazine=[[Tempo (majalah)|Tempo]] |location=[[Jakarta]] |publisher=Tempo Media Group }}</ref> Pada masa kecilnya, Pram yang telah menjadi yatim-piatu mengasuh adik-adiknya, menganggap Soes ini sebagai adik kebanggaannya. Soes dididik dengan ketegasan—keras seperti ayahnya. Walau demikian, dia tetap menyayangi abangnya, Pram.<ref name=kom2/> Menginjak usia SMP pada tahun 1950, mereka pindah ke Jakarta. Ia bersekolah di Taman Siswa, yang berjarak 6 kilometer dari rumahnya dengan uang saku Rp. 10 per bulan. Manakala ia kekurangan jajan, ia disuruh untuk mencari tambahan sendiri, dan Soes melakukannya dengan menulis pada usia 13 tahun, berbeda dengan kakaknya yang memulai menulis pada umur 15 tahun.<ref name=detik1>{{cite news |url=https://news.detik.com/berita/4050549/kisah-soesilo-toer-doktor-yang-kini-memulung-sampah-di-blora |title=Kisah Soesilo Toer, Doktor yang Kini Memulung Sampah di Blora |author=Jordan, Ray |date=3 Juni 2018 |website=DetikNews |accessdate=7 Juli 2018}}</ref><ref name=suaramerdeka>{{cite news |url=https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/82513/soesilo-toer-saya-sudah-banyak-mengalahkan-pram |title=Soesilo Toer: Saya Sudah Banyak Mengalahkan Pram |author=Susanto, Gunawan Budi |date=6 Mei 2018 |website=[[Suara Merdeka]] |accessdate=7 Juli 2018}}</ref><ref name=kom1>{{cite news |url=https://regional.kompas.com/read/2018/06/04/08110261/kisah-soesilo-toer-adik-pramoedya-ananta-toer-yang-bergelar-doktor-dan-kini?page=all |title=Kisah Soesilo Toer, Adik Pramoedya Ananta Toer yang Bergelar Doktor dan Kini Jadi Pemulung (1) |author=Nugroho, Puthut Dwi Putranto
|editor=Damanik, Caroline |websitework=[[Kompas.com]] |date=4 Juni 2018 |accessdate=7 Juli 2018}}</ref><ref name=suaramerdeka>{{cite news |url=https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/82513/soesilo-toer-saya-sudah-banyak-mengalahkan-pram |title=Soesilo Toer: Saya Sudah Banyak Mengalahkan Pram |author=Susanto, Gunawan Budi |date=6 Mei 2018 |work=[[Suara Merdeka|Suara Merdeka Online]] |accessdate=7 Juli 2018 |archive-date=2018-07-07 |archive-url=https://web.archive.org/web/20180707095056/https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/82513/soesilo-toer-saya-sudah-banyak-mengalahkan-pram |dead-url=yes }}</ref><ref name=detik1>{{cite news |url=https://news.detik.com/berita/4050549/kisah-soesilo-toer-doktor-yang-kini-memulung-sampah-di-blora |title=Kisah Soesilo Toer, Doktor yang Kini Memulung Sampah di Blora |author=Jordan, Ray |date=3 Juni 2018 |work=[[Detik.com|detikcom]] |accessdate=7 Juli 2018}}</ref> Menurut penuturannya, tulisannya yang pertama diterbitkan di Majalah ''Kunangkunang'' terbitan [[Balai Pustaka]] berjudul "Aku Ingin Jadi Jenderal". Semua referensi dari bahan tulisan pada masa mudanya berasal dari majalah loak asing. Hampir semua hal ia tulis, bahkan hingga soal [[cerpen]], [[cerita bersambung|cerbung]], dan novel.<ref name=suaramerdeka/>
 
== Masa dewasa ==
Menginjak masa dewasa, ia berkuliah di [[Universitas Indonesia]] jurusan Ekonomi dan pindah ke Akademi Keuangan Bogor.<ref name=unesa>{{cite web |url=https://www.unesa.ac.id/soesilo-toer-sosok-sastrawan-yang-fenomenal |title=Soesilo Toer Sosok Sastrawan yang Fenomenal |publisher=[[Universitas Negeri Surabaya]] |date=17 Februari 2018 |accessdate=7 Juli 2018}}</ref> Ia ke UI[[Universitas Indonesia]] tanpa tes karena ditopang oleh nilai pelajarannya yang tinggi. Ia berhenti kuliah dari kedua perkuliahan tersebut karena biaya yang tinggi. SoesSoesilo Toer menyelesaikan diplomanya di Akademi Keuangan Bogor yang berada di bawah Badan Pengawas Keuangan (BPK). Selama ia menjadi mahasiswa, ia bekerja pada sebuah penerbitan dengan gaji yang tak begitu besar dan pekerjaannya pun tidaklah tetap. Adapun penyokongnya yang terutama, adalah uang dari keluarga yang ia putar pada pedagang kecil yang butuh modal. Dari pinjaman tersebut, bunga yang ia dapat ia pakai untuk menyokong biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari.<ref name=kom1/>
 
Lulus kuliah, ia bekerja sebagai pegawai pada sebuah perusahaan [[asuransi]] yang dinasionalisasi karena tuntutan buruh. Seketika, hidupnya pun mengingkat, dan ia menjadi sejahtera, tidak melarat. Walau begitu, ia tidak menyukainya karena menurutnya, "membosankan, setiap hari hanya dipenuhi angka-angka. Kantornya berisik oleh suara mesin hitung, mesin bagi, mesin tulis, mesin bagi, dan mesin kali".<ref name="kom1" />
 
SoesSoesilo Toer pernah mengikuti pelatihan militer 2 tahun di penghujung 1950an menjelang [[Operasi Trikora]] mengikuti kebijakan pemerintah untuk [[Operasi Trikora|membebaskan]] [[Papua|Irian Barat]]. Namun, SoesSoesilo Toer tidak jadi mengikuti wajib militer setelah pelatihan. Sekalipun ia tak ikut pembebasan Irian Jaya, ia mendapat pangkat Letnan dari pelatihan tersebut.<ref name="tempo" /> Selain itu, ia pun lolos penjaringan beasiswa otoritas [[Rusia]]. Sekitar 9000 orang mendaftar, hanya 30 yang diterima, ia salah satunya.<ref name="kom1" /> Dia berangkat ke [[Rusia]] pada tahun 1962,<ref name="tempo" /><ref name="kom1" /> setelah menikah terlebiih dahulu dengan istrinyaistri pertamanya yang bernama Suciati Atmo.<ref name="unesa" />
 
SeosiloSoesilo Toer tinggal di Rusia sejak tahun 1962 s/dsampai dengan tahun 1973 untuk menyelesaikan S2nya. Melanjutkan [[pasca-sarjana]] di Fakultas Ekonomi dan Politik [[Universitas Patrice Lumumba]] dan menyabet gelaran doktor dari [[:en:Plekhanov Russian University of Economics|Institut Perekonomian Rakyat Plekhanov]] dalam bidang ekonomi dan politik setelah mendalami filosofi ajaran [[Marxisme]] dan [[Leninisme]] terutama terkait dengan realisme sosial.<ref name="tempo" /> Oleh karena dia tidak lulus dengan predikat ''[[cum laude]]'', dia diharuskan untuk bekerja selama 2 tahun di [[Rusia]].

Selama 11 tahun di Rusia, SoesSoesilo Toer bekerja apa saja, mulai dari penulis, penerjemah, peneliti dan pekerja kasar. Karena latar belakang pendidikannya, SoesSoesilo Toer berpendapatan tinggi. Dia hidup bergelimang harta di [[Rusia]]. Sepekan sekali, ia bisa bersantap di restoran berkelas di [[Rusia]]. Berpindah-pindah lokasi tergantung seleranya. SoesSoesilo Toer mengaku sering mentraktir teman-temannya dan menggelar pesta kecil-kecilan. Selama berkuliah, dia juga dikenal sebagai penggila buku-buku Rusia yang bahkan belum dibaca oleh dosennya.<ref name="kom1" />
 
== Pulang ke Indonesia ==
Pada tahun 1973, pada masa pemerintahan [[Soeharto]], SoesSoesilo Toer ditangkap karena dianggap punya hubungan dengan [[Partai Komunis Indonesia]].<ref name=tempo/> Dia dijebloskan ke penjara selama sekitar 5,5 tahun.<ref name=kom3>{{cite news |url=https://regional.kompas.com/read/2018/06/04/15430691/kisah-soesilo-toer-dituding-pki-jadi-pemulung-lalu-bangun-perpustakaan-untuk?page=all |title=Kisah Soesilo Toer Dituding PKI, Jadi Pemulung Lalu Bangun Perpustakaan untuk Sang Kakak (2) |author=Nugroho, Puthut Dwi Putranto |editor=Damanik, Caroline |websitework=[[Kompas.com]] |date=4 Juni 2018 |accessdate=7 Juli 2018}}</ref> Ia langsung ditangkap ketika turun dari pesawat. Tanpa pembuktian dan pengadilan mengenai penangkapannya, ia dilepas dari penjara pada 28 Oktober 1978, tepat 50 tahun Sumpah Pemuda. Diketahui, sebelum ia ditangkap Kedutaan Indonesia di [[Moskwa|Moskow]] menggelar pengajian untuk mendoakan para korban keganasan [[Partai Komunis Indonesia|PKI]]. SoesSoesilo Toer tidak hadir kala itu karena ia merasa tidak mendapatkan undangan. Namun, ia menduga, akibatnyakarena tidak hadir itulah ia dinilai terlibat [[Partai Komunis Indonesia|PKI]].

Pada tahun 1980, [[Pramoedya lepasAnanta Toer]] keluar dari [[tahanan politik]] setelah mendekam selama 4 tahun di [[Nusakambangan]] dan 10 tahun di [[Pulau Buru]].<ref name="kom3" /> Soesilo Toer awalnya tidak dikenali oleh Pram[[Pramoedya Ananta Toer]] karena dia berpakaian klimis. Banyak orang memberi ucapan selamat pada PramPramoedya Ananta Toer yang baru lepaskeluar dari penjara sampai antrean begitu panjang. Namun SoesSoesilo Toer kabur dulu sebelum ia menyampaikan selamat padakepada abangnya. Pram[[Pramoedya Ananta Toer]] belum sadar sampai ketika Pramdia bertanya kepada istrinyasang istri, barulah SoesSoesilo Toer dikejar dan ia pun dipeluk.<Refref name="detik1" />
 
Berstatus sebagai eks-tapol [[Orde Baru]] menyebabkan kehidupan Soesilo dalamToer kesulitansulit. Beliau sulit mendapat pekerjaan yang layak, dan sulit diterima di masyarakat. Walau begitu, Banyak hal yang dilakoninyadia lakoni, seperti bekerja serabutan dari mulai berdagang kain sampai menulis. Karena jasa temannya, ia dapat menjadi seorang dosen di sebuah universitas swasta selama 6 tahun. Merasa tidak berhasil hidup di Jakarta, ia pun kembali ke kampung halamannya pada tahun 2004. Apalagi rumahnya yang semipermanen di atas lahan 320 m<sub>2</sub> digusur untuk pembangunan jalan tembus Cakung-Kranji. Dari situ, ia mendapat uang ganti yang ia pakai untuk biaya hidup dan merenovasi rumah masa kecil Pram.<ref name="kom3" /> Ia kembali ke Blora pada tahun 2004. Namun sesaat sebelum itu, ia sudah bolak -balik ke Blora untuk memperbaiki keadaan rumah atas permintaan abangnya, Pram[[Pramoedya Ananta Toer]].<ref name="okezone1">{{cite news |url= https://news.okezone.com/read/2018/05/29/337/1903997/pemulung-bergelar-doktor-filsafat-sebuah-kisah-dari-adik-pramoedya-ananta-toer?page=2|title=Pemulung Bergelar Doktor Filsafat, Sebuah Kisah dari Adik Pramoedya Ananta Toer |number=2 |author=Budi, Taufik |websitework=[[Okezone.com]] |date=29 Mei 2018 |accessdate=11 Juli 2018}}</ref>
 
== Kehidupan masa tua ==
=== Memulung dan pekerjaan lain ===
Pada masa tuanya dia bekerja sebagai pemulung untuk melanjutkan hobi yang ia mulai sejak kecil,<ref name=tempo/><ref name=okezone1/> biasanya bergerak memunguti sampah bernilai jual mulai sehabis maghribmagrib hingga dini hari di wilayah perkotaan Blora. Ia mengumpulkan sampah [[botol]], [[kardus]], [[koran]], dan sampah lainnya. Ia melakukannya dengan naik motor bebek pemberian keponakannya. Ini ia lakukan demi menyambung hidup. Setidaknya dari hasil itu, ia memperoleh Rp 25.000, dan itulah yang terus ia lakoni tiap hari di sekeliling kota [[Kabupaten Blora|Blora]].<ref name=detik1/> Sepulang memulung, hasilnya dipilah-pilah dan ditata rapi di halaman rumah.<ref name=kom2/>
 
Selain memulung, ia juga menjual [[ayam]] dan [[kambing]], masih memiliki penerbitan yang bernama Pataba Press,<ref name=okezone1/> dan masih aktif menulis. Karya yang ia tulis setelah mencapai 19 judul, 6 judul bersama penulis lain, dan yang masih belum diterbitkan sebanyak sekitar 20 judul. Pada awal penerbitannya, ia menerbitkan ''[[zine'']] (buletin independen) yang telah ia mulai secara kecil-kecilan sejak tahun 2009 dengan nama Pataba Press. Pataba Press inilah yang ia jadikan nama penerbitannya yang berada di bawah naungan Lembaga Kajian Budaya dan Lingkungan Pasang Surut.<ref name=tempo/><ref name=detik1/>
 
Soesilo Toer juga aktif mengisi berbagai acara di berbagai universitas maupun komunitas seperti [[Universitas Negeri Surabaya]], [[Universitas Airlangga]], [[Universitas Negeri Semarang]], [[Universitas Diponegoro|Universitas Diponegoro,]] [[Universitas Ahmad Dahlan]], [[Universitas Tanjungpura]], [[Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar|Universitas Islam Negeri Alaudddn Makassar]], [[Universitas Nasional Malaysia|Universitas National Malaysia]], [[Universitas Telkom]], [[Universitas Islam Negeri Walisongo]], [[Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati|Universitas Islam Negeri Sunan Gunung]], [[Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya|Universitas Islam Negeri Sunan Ampel]], [[Universitas Islam Nusantara]], [[Universitas Gadjah Mada]], [[Universitas Brawijaya]], [[Universitas Negeri Malang]], [[Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang|Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim]], [[Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta|Universitas Islam Negeri Raden Mas Sahid]], [[Universitas Padjadjaran|Universitas Padjajaran]], [[Universitas Muria Kudus]], [[Universitas Islam Nahdlatul Ulama|Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara]], [[Universitas Jember]], [[Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember]], Universitas Yudharta Pasuruan, dsb.
 
=== Perpustakaan Pataba ===
{{main|Perpustakaan Pataba}}
Perpustakaan Pataba diresmikan tepat pada 30 April 2006, hari meninggalnyameninggal [[Pramoedya Ananta Toer]].<ref name=MInd>{{cite news |url=http://m.mediaindonesia.com/read/detail/162492-menjadikan-rumah-blora-untuk-lebih-mengenal-pramoedya |title=Menjadikan Rumah Blora untuk Lebih Mengenal Pramoedya |author=Safuan, Akhmad |websitework=[[Media Indonesia]] |date=23 Mei 2018 |accessdate=11 Juli 2018}}</ref> Pataba merupakan akronim dari "Pramoedya Ananta Toer Anak Semua Bangsa".<ref name=kumparan>{{cite news |url=https://m.kumparan.com/@kumparannews/mengunjungi-pataba-perpustakaan-yang-dikelola-keluarga-toer-di-blora |title=Mengunjungi Pataba, Perpustakaan yang Dikelola Keluarga Toer di Blora |editor=Khafifah, Nur |author=A'yuni, Nesia Qurrota |websitework=[[Kumparan.com (situs web)|Kumparan]] |date=22 Juni 2018 |accessdate=11 Juli 2018}}</ref> Perpustakaan ini berada pada rumah masa kecil Pram. Di dalamnya terdapat karya-karyanya juga karya salah seorang kakaknya, [[Koesalah Soebagyo Toer]] yang juga ahli [[bahasa Rusia]]. Perpustakaan itu terletak pada satu ruangan yang berukuran 4 × 5 meter. Ada kurang lebih 10 ribu koleksi buku yang tersimpan disanadi sana, termasuk 50 buku karya Toer.<ref name=tempo/><ref name=MInd/> Perpustakaan tersebut didirikan untuk menumbuhkan semangat membaca dan menulis pada masyarakat. Pada awalnya perpustakaan tersebut dikelola oleh Soesilo dan Koesalah. Setelah sepeninggal Koesalah, Soesilo Toer mengelola perpustakaan ini bersama istri dan anaknya.<ref name=kumparan/>
 
Perpustakaan Pataba terkenal sampai luar daerah, — bahkan luar negeri. Perpustakaan ini menjadi rujukan bagi para penulis, mahasiswa, dan para peneliti luar negeri untuk mencari rujukan sastra. Dari [[Amerika]], [[Prancis]], [[Bulgaria]], [[Jerman]], dan termasuk negara-negara Asia.<ref name=okezone1/>
 
== KehidupanApresiasi pribadidan Penghargaan ==
Pada tahun 2015, dua orang mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) Visian Pramudika dan Diana Noviana, yang mengikuti Eagle Award Documentary Contest yang diselenggarakan oleh [[MetroTV|Metro TV]], membuat film yang mengangkat tema tentang [[Soesilo Toer]], dengan judul film Tinta Perajut Bangsa<ref>{{Cite web|last=humas|date=2015-08-28|title=Mahasiswa Unnes Meraih Beasiswa Eagle Award Documentary Competition|url=https://unnes.ac.id/mahasiswa-unnes-meraih-beasiswa-eagle-award-documentary-competition/|website=Universitas Negeri Semarang|language=id-ID|access-date=2024-05-20}}</ref> dan berhasil memenangkan Kategori Film Favorit Pemirsa.<ref>{{Cite web|last=Hens|first=Henry|date=2015-11-16|title=Hanung Bramantyo-Christine Hakim Pilih Film Dokumenter Terbaik|url=https://www.fimela.com/entertainment/read/2366911/hanung-bramantyo-christine-hakim-pilih-film-dokumenter-terbaik|website=fimela.com|language=id|access-date=2024-05-20}}</ref>
Soesilo memiliki istri bernama Suratiyem dan seorang anak bernama Benee Santoso. Benee sendiri dibanggakannya karena ia salah satu dari sekitar 50 anak dari cucu Mastoer yang menekuni bidang tulis-menulis. Ia menguasai bahasa Jawa, Rusia, [[bahasa Inggris|Inggris]], [[bahasa Belanda|Belanda]], dan [[bahasa Jerman|Jerman]]. Dan, ia menyebut dirinya sendiri [[diglosia]], karena menguasai beberapa bahasa.<ref name=tempo/><ref name=kom1/>
 
Pada tahun 2018, novel [[Soesilo Toer]] yang berjudul ''Dunia Samin'' mendapatkan hadiah Prasidatama dari Balai Bahasa Jawa Tengah untuk kategori Novel Terbaik. Pada tahun ini pula Bupati Blora [[Djoko Nugroho]] memberikan hadiah kepada [[Soesilo Toer]] sebagai Mentor kepada Para Penulis Muda.
 
Pada tahun 2019, [[Soesilo Toer]] diundang ke acara Hitam Putih [[Trans7|Trans 7]] yang dibawakan oleh [[Deddy Corbuzier]] setelah berita tentang hobinya sebagai pemulung diangkat ulang oleh Jawa Pos Radar Kudus dan viral. Setelah itu, beberapa media massa elektronik juga membuat film dokumenter tentang Soesilo Toer seperti Kumparan, Asumsi, Beginu, Espos Indonesia, Kompas.com, Jateng Pos TV, TVRI Jawa Tengah, dll.
 
Pada tahun 2023, [[Soesilo Toer]] mendapatkan penghargaan sebagai Tokoh Sastra dan Penulis Aktif hingga Lansia dari Jawa Pos Radar Kudus dalam acara yang diselenggarakan di [[Kabupaten Rembang|Rembang]].
 
Pada tahun 2024, buku anak-anak [[Soesilo Toer]] berjudul ''Komponis Kecil'' yang mengangkat kisah tentang [[Idris Sardi]] masuk dalam Rekomendasi Buku Sastra Masuk Kurikulum untuk SD/MI yang diluncurkan oleh Mendikbudristek, [[Nadiem Makarim]]. Program tersebut dikuratori oleh [[Abidah El Khalieqy|Abidah El-Khalieqy]], [[Dewi Kharisma Michellia]], [[Eka Kurniawan]], Felix K Nesi, [[Oka Rusmini]], [[M. Aan Mansyur|M Aan Mansyur]], [[Mahfud Ikhwan]], Martin Suryajaya, [[Okky Madasari]], Ramayda Akmal, [[Reda Gaudiamo]], [[Saras Dewi]], [[Triyanto Triwikromo]], [[Zen Hae]], Agustinus Prih Adiartanto, Iin Indriyati, dan Sekar Ayu Adhaningrum.
 
== Karya-karyanya ==
 
Di bawah ini merupakan karya-karya Soesilo Toer:<ref name="tempo" />
* ''Suka Duka si Pandir'' (novel, 1963)
* ''Komponis Ketjil dan Tjerita-tjerita Lain'' (Kumpulan cerita anak-anak, 1963)
Baris 83 ⟶ 114:
* ''Kritik Sekitar Hari Pendidikan Nasional dan Pendidikan Nasional'' (esai pendidikan, 2019)
* ''Raja Gembul'' (cerita anak-anak, 2020)
*''Dari Blora ke Siberia'' (Memoarmemoar, 2020)
*''Perjuangan Sebuah Lembaga Pendidikan'' (sejarah, pendidikan, 2022)
*''[[:en:Autobiographies of Maxim Gorky|Masa Kecil]]'' (novel terjemahan, 2022)
*''Antologi Cerpen Dunia'' (kumpulan cerpen terjemahan, 2022)
 
== Rujukan ==
{{reflist}}
 
[[Kategori:AkademisiAkademikus Indonesia]]
{{indo-bio-stub}}
 
[[Kategori:Akademisi Indonesia]]
[[Kategori:Sastrawan Indonesia]]