Putera Sampoerna: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dani1603 (bicara | kontrib)
Yoga Widya 1994 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
(11 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 12:
|successor1 =
|birth_date = {{birth date and age|1947|10|13}}
|birth_place = {{flagicon|Belanda}} [[Schiedam]], [[Belanda]]
|death_date =
|death_place =
Baris 36:
Pria yang menggemari [[9 (angka)|angka sembilan]] itu mulai menjadi figur penting dalam perusahaan setelah menerima tampuk pimpinan tertinggi sebagai ''[[CEO|chief executive officer]]'' dari ayahnya, Aga Sampoerna, pada [[1986]]. Setelah Aga meninggal pada [[1994]], Putera semakin aktif menggenjot kinerja perusahaan dengan merekrut profesional mancanegara untuk turut mengembangkan kerajaan bisnisnya.
 
Putera dikenal luas sebagai nakhoda perusahaan yang tidak hanya lihai dalam melakukan inovasi produk inti perusahaannya, yakni rokok, namun juga jeli melihat peluang bisnis di segmen usaha lain. Di bisnis sigaret, nama Putera tidak bisa dihapus berkembangnya segmen pasar baru, yakni rokok rendah tar dan [[nikotin]]. [[HM Sampoerna|PT HM Sampoerna Tbk]] adalah pelopor produk LTLN di tanah air dengan produknya, [[A Mild]], diluncurkan pada tahun [[19881989]], dan membuat orkes [[tanjidor]] dengan jumlah 234 orang dan melibatkan pria, pada tahun yang sama. Dikabarkan Putera adalah "otak" dari ide rokok tersebut, yang kemudian diracik oleh Muhammad Warsianto dan kawan-kawan.<ref>[https://swa.co.id/swa/listed-articles/bundanya-rokok-mild Bundanya Rokok Mild]</ref><ref>[http://mrcassanova.blogspot.com/2013/01/muhammad-warsianto-sang-maestro-rokok.html Muhammad Warsianto: Sang Maestro Rokok Mild]</ref> Pada masa kepemimpinannya, PT Sampoerna juga memperluas bisnisnya ke dalam bidang pasar swalayan dengan mendirikan [[Transmarket|Alfa Toko Gudang Rabat]] dan [[Alfamart]] serta mendirikan [[Bank Delta|Bank Sampoerna]] pada akhir [[1980-an]], meski bisnis perbankan ini akhirnya gagal.
 
Pada masa kepemimpinannya, PT Sampoerna juga memperluas bisnisnya ke dalam bidang pasar swalayan dengan mendirikan [[Alfamart]] dan mendirikan Bank Sampoerna pada akhir [[1980-an]].
 
Pada tahun [[2000]], Putera mengalihkan kepemimpinan perusahaan kepada anaknya, [[Michael Sampoerna]].
 
Tahun 2005 merupakan masa penting dalam perjalanan bisnis Putera Sampoerna dan keluarganya, di mana Putera memutuskan untuk menjual seluruh saham keluarga Sampoerna di [[HM Sampoerna|PT HM Sampoerna Tbk]] (40%) ke [[Philip Morris International]]. Pengumuman akuisisi itu tidak hanya mengejutkan pihak internal tetapi juga eksternal perusahaan; di mana keputusan untuk menjual bisnis keluarga yang telah dirintis sejak 1913 dinilai berbagai kalangan merupakan langkah bisnis Putera Sampoerna yang sangat berisiko tinggi, mengingat selama ini [[HM Sampoerna|PT HM Sampoerna Tbk]] merupakan sumber utama pendapatan dari keluarga Sampoerna bahkan pada saat dijual kinerja perusahaan sangatlah baik. Kinerja [[HM Sampoerna|PT HM Sampoerna Tbk]] kala itu (2004) berhasil memperoleh pendapatan bersih Rp 15 triliun dengan nilai produksi 41,2 miliar batang dan menduduki posisi pertama perusahaan rokok yang menguasai pasar, yakni menguasai 19,4% pangsa pasar rokok di Indonesia.
 
===Usaha pasca-penjualan HM Sampoerna===
Hingga saat ini alasan Putera Sampoerna untuk melakukan penjualan tersebut kurang diketahui dengan jelas. Setelah penjualan [[HM Sampoerna|PT HM Sampoerna Tbk]], Putera dan keluarga mendirikan [[Sampoerna Strategic Group]] sebagai kendaraan investasi baru. Sampoerna Strategic bergerak di bidang telekomunikasi ([[Sampoerna Telekomunikasi Indonesia#Ceria|Ceria]]), perkebunan sawit ([[Sampoerna Agro]]), perkayuan ([[Samko Timber]]) dan keuangan mikro ([[UKM]] Sahabat). Sampoerna Strategic dinakhodai oleh [[Michael Sampoerna]], anak bungsu Putera.
 
Pada [[2001]] ia mendirikan organisasi sosial [[Putera Sampoerna Foundation]] (PSF) yang dipimpin oleh putrinya [[Michelle Sampoerna]]. Melalui PSF ia berupaya memajukan masyarakat Indonesia melalui empat pilar: Pendidikan, Pemberdayaan Perempuan, Kewirausahaan, dan Bantuan Kemanusiaan. Sebagai pendiri PSF, pada [[12 Desember]] [[2011]], Putera Samporena menerima penghargaan berupa Peace through Commerce Medal Award 2011 dari Administrasi Perdagangan Internasional Departemen Perdagangan [[Amerika Serikat]]. Menurut Wakil Menteri Perdagangan AS, [[Francisco J Sanchez]], di sela-sela penyerahan penghargaan tersebut di Nusa Dua, Bali, Penghargaan itu diberikan atas usaha aktif Putera Sampoerna dalam meningkatkan perdagangan internasional antara [[Amerika Serikat]] dengan Indonesia melalui kerja sama di bidang pendidikan tinggi.<ref name="republika.co.id">[http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/12/12/lw3l2u-pemerintah-as-beri-putera-sampoerna-penghargaan Artikel:"Pemerintah AS Beri Putera Sampoerna Penghargaan" di republika.co.id]</ref> Pada [[2013]], PSF mendirikan [[Universitas Siswa Bangsa Internasional]] yang merupakan hasil penggabungan dari [[Sampoerna School of Education]] (SSE) dan [[Sampoerna School of Business]] (SSB). Putera Sampoerna mempunyai beberapa perusahaan pribadinya yakni [[A Mild]] dan [[Mansion]].
 
==== [[A Mild]] ====
[[A Mild]] didirikan dengan modal sebesar Rp 150 juta pada tanggal [[19 Oktober]] [[1988]] berkaitan dengan 25 tahun perseroan House Of Sampoerna ([[1963]]-[[1988]]). Putera mendirikan pabrik di [[Surabaya]] pada bulan [[April]] [[1987]] yang pada waktu itu nama [[HM Sampoerna|PT HM Sampoerna Tbk]] masih bernama House of Sampoerna. Karyawan A Mild ketika pertama kali berdiri mula-mula berjumlah 38 orang. Peletakan batu pertama pada tanggal [[1 April]] [[1988]] dan dibangun di atas tanah seluas 7.500 meter persegi di [[Surabaya]]. Setelah pembangunan dalam waktu yang panjang antara bulan [[April]] [[1987]] sampai bulan [[Oktober]] [[1988]] yang ketika itu [[A Mild]] belum berdiri, [[A Mild]] berdiri pada tanggal [[19 Oktober]] [[1988]] berkaitan dengan 25 tahun perseroan House of Sampoerna ([[1963]]-[[1988]]), dan produk perdana [[A Mild]] yang waktu itu berisi 12 batang, diluncurkan pada tanggal [[21 Oktober]] [[1988]].
 
Berdirinya [[A Mild]] adalah pada tanggal [[19 Oktober]] [[1988]], karena faktor tuntutan konsumen yang menginginkan rokok kretek yang sehat, yang di mana saat itu konsumen ragu-ragu dengan rokok kretek yang kadar tar dan nikotinnya tinggi, dan rokok putih mempunyai kadar tar dan [[nikotin]] rendah. Dalam pergaulan, rokok yang mereka hisap biasanya rokok putih, sementara kalau mereka menghisap rokok kretek biasanya secara sembunyi-sembunyi di kamar mandi karena takut diketahui oleh temannya.
 
Selain itu, hal-hal yang membuat orang ragu-ragu dengan rokok kretek adalah konsumen mulai sadar kesehatan, seperti tadi dijelaskan bahwa rokok putih mempunyai kadar tar dan [[nikotin]] rendah. Namun, hanya ada satu merek rokok kretek dengan penjualan tertinggi pertama di [[Indonesia]], [[Asia Tenggara]], dan [[Asia]], serta tertinggi kelima di dunia, yaitu [[Dji Sam Soe]], dan hanya [[Dji Sam Soe]] yang banyak dinikmati ketimbang rokok kretek lainnya, seperti merek [[Djarum]] dan [[Gudang Garam]], yang banyak memakan korban tewas sebanyak 12 orang dalam setahun.
 
Berkat pengalaman yang Putera dapatkan dari luar negeri, ia mendapat ide untuk membuat rokok dengan tar dan nikotin rendah dan kretek. Putera memohon bantuan kepada [[M. Warsianto]] untuk meneliti kandungan tar dan nikotin yang tepat. Akhirnya, didapatkanlah ukuran yang sesuai, yaitu diameter batang 7,5 milimeter dan kandungan tar 14&nbsp;mg dan [[nikotin]] 1&nbsp;mg. Tar dan nikotin itu tepat, hampir menyamai rokok putih bermerek [[Marlboro]] yang berkadar tar 13&nbsp;mg dan [[nikotin]] 1&nbsp;mg.
 
Salah satu pelanggan [[A Mild]] yaitu kontraktor pembangunan jalan tol [[Anyer]]-[[Panarukan]], [[Hyundai]]. Dari para insinyur [[Korea Selatan]] itu, kebiasaan menghisap rokok [[kretek]] berembel LTLN pun menular kepada rekan kerja pribumi mereka. Melalui penularan semacam itulah akhirnya rokok [[kretek]] berembel LTLN diterima di masyarakat Indonesia.
 
Maka, sejak [[November]] [[1988]], tuntutan akan rokok kretek berembel LTLN makin meningkat, dan sejak [[1995]], perang antar rokok LTLN sampai saat ini tetap berlangsung.
 
Putera Sampoerna berpergian ke luar negeri, tepatnya pada [[1987]]. Selama satu tahun antara bulan [[Januari]] sampai [[Oktober]], ia selalu berobservasi dengan negara mana pun yang ia kunjungi. Sesampainya ia di [[Indonesia]], banyak tamu-tamu dari luar negeri yang tidak enak pada rokok mereka, merek rokoknya adalah [[Djarum]] dan [[Gudang Garam]]. Ada yang batuk-batuk, pilek, dan flu. Sehingga, pada tahun [[1988]], ia mulai melaksanakan apa yang ia cita-citakan.
 
Ia pergi ke luar negeri lagi, tepatnya ke [[Bangkok]], [[Thailand]], bersama para koleganya, termasuk [[Gubernur Jawa Timur]] waktu itu, [[Soelarso]], untuk mempelajari cara memproduksi rokok rendah tar dan nikotin (LTLN) berdiameter 7.5&nbsp;mm. Waktu itu, ada banyak merek rokok LTLN, tetapi tidak ada di Indonesia, dan mereknya pun bukan merek rokok kretek. Tetapi, ia bersikukuh dengan pilihannya, "Tetap LTLN dan harus [[kretek]]", karena di Indonesia sama sekali tidak ada. Sampai-sampai [[Soelarso]] bilang, "Aneh Putera ''iki'', rokok [[kretek]] ''kok ukuranne cilek.''"
 
{{cquote|
<poem>
Banyak pengalaman yang Pak Putera dapatkan ketika ia pergi ke luar negeri. Yang dimana, karena dari satu tahun itu kira-kira 9 bulan, dia ditugaskan oleh Pemerintah Provinsi [[Jawa Timur]] untuk mendatangkan tamu-tamu dari luar negeri. Dia selalu berobservasinya dengan sangat tinggi sekali terhadap suasana dan keadaan di negara-negara manapun yang ia kunjungi. Setelah Pak Putera sampai di Indonesia, kita-kira bulan [[Oktober]] [[1987]], ada banyak sekali kebutuhan dari banyak tamu-tamu yang diterima oleh Pak Putera. Tamu-tamu yang dia terima itu merasakan hal-hal yang tidak enak dengan rokok mereka. Mereka merasakan [[batuk]], [[pilek]], dan [[flu]]. ''Pokoknya'', mereka kurang enak dengan rokok yang mereka hisap. Kemudian, setelah itu, pada tahun [[1988]], ketika dia berencana akan berpergian ke luar negeri lagi, barulah dia mempunyai ide untuk melaksanakan apa yang dia cita-citakan.
 
Dia berusaha dalam mengirimkan beberapa kolega-koleganya, untuk pergi ke [[Bangkok]], [[Thailand]], termasuk [[Gubernur Jawa Timur]] waktu itu, Pak [[Soelarso]], untuk mempelajari cara-cara produksi rokok rendah tar dan rendah nikotin atau LTLN yang berdiameter 7.5mm. Waktu itu, ada banyak merek rokok LTLN, tetapi tidak ada di Indonesia, dan mereknya pun bukan merek rokok kretek. Tetapi, ia bersikukuh dengan pilihannya : "tetap LTLN dan harus [[kretek]]”, karena di Indonesia sama sekali tidak ada. Sampai-sampai sempat ada selentingan dari [[Gubernur Jawa Timur]] waktu itu, Pak [[Soelarso]] : "Aneh Putera ''iki'', [[rokok]] [[kretek]] ''kok ukuranne cilek''".
Kathleen Chow Liem.
</poem>
}}
 
Pada masa-masa awal A Mild diluncurkan, dua sampai tiga hari penjualan hanya begitu-begitu saja, bahkan kadang-kadang menurun, kadang-kadang juga meningkat. Sehingga, Putera Sampoerna meningkatkan harga A Mild dengan perhitungan biaya per batang sebesar Rp 50, perhitungan biaya per batang paling kecil untuk kelompok rokok segmen harga kelas atas saat itu. Setelah disetujui, penjualan A Mild bukannya menurun, malahan naik. Dan melalui hal itu, merupakan akar dari pertumbuhan A Mild sampai sedemikian besar seperti saat ini.
 
{{cquote|
<poem>
Perjalanannya dari tahun [[1988]] mulai produksi. Kami mulai berjualan pada tahun [[1988]]. Setelah berjalan dua sampai tiga hari, penjualan ya ''segitu-segitu aja'' ya, malahan kadang-kadang merosot, kadang-kadang naik, ''gitu''. Sehingga pada akhirnya, setelah lima hari, setiap hari, kami harus selalu minta uang ke Pak Putera terus untuk biaya operasional. Akhirnya, pak Putera mengultimatum kita, dan ia mengatakan : "Saya sudah tidak sanggup lagi membiayai kalian. Kalau kita memang masih rugi terus", istilahnya pada waktu itu : "Kalau memang kita masih tekor terus tiap hari". "Terpaksa kita tutup".
 
Sukurlah, keputusan Pak Putera itu bukan keputusan akhir. Kalau itu keputusan akhir, ya ''udah'', bangkrut. Percuma kami membangun merek yang belum apa-apa bangkrut, membangun merek lagi, bangkrut lagi, berarti ''habis-habisin'' uang. ''Mumpung'' keputusan Pak Putera belum keputusan akhir, kita masih banyak waktu untuk berpikir mencari jalan keluar. Karena, setiap kali kami mencari jalan keluar memang ''nggak'' ada jalan keluar, ''gitu lho''. Karena, pasar tidak bisa menerima.
 
Dalam rapat-rapat tersebut, akhirnya tercetuslah suatu pertanyaan dari saya : "Bagaimana kalau kita naikkan harganya secara ekstrem, supaya bisa diterma oleh masyarakat".
 
Saya tanya ke bagian penjualan "Kalau misalkan kita naikkan harga A Mild ini secara ekstrem, bagaimana dampaknya terhadap penjualan?". Maka, keluarlah perhitungan biaya per batang sebesar Rp 50, perhitungan biaya per batang yang paling kecil untuk kelompok rokok segmen harga kelas atas pada masa itu. Maka, kami putuskan bersama pada waktu itu : "Baiklah, kita putuskan, naikkan harga!".
 
Ternyata penjualan bukannya turun, tapi malahan naik.<ref>"Produsen rokok kretek, HOS (House Of Sampoerna), naikkan produksi A Mild 2x lipat, investasi lagi Rp 40 miliar". [[Bisnis Indonesia]], [[1991]]</ref>
 
Dan dari situlah, pada akhirnya, titik balik itu merupakan akar daripada pertumbuhan [[A Mild]] sampai sedemikian besar seperti sekarang.
 
Yos Adiguna Ginting.
</poem>
}}
 
Sampai saat ini, tuntutan akan rokok LTLN tetaplah tinggi, sehingga akhirnya, [[A Mild]] menang telak dalam ajang penghargaan produk, yaitu di ajang Indonesian Best Brand Award 2002 dan Top Brand 2002. Mulai diberlakukannya Kesepakatan Kerja Bersama (KKB 2005) saat A Mild diambil alih oleh [[Dji Sam Soe]].
 
=== Mansion ===
Baris 128 ⟶ 79:
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]
[[Kategori:Filantropis]]
[[Kategori:Keluarga Sampoerna]]
[[Kategori:Miliarder Indonesia]]