Nasi uduk: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Koreksi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(4 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 15:
}}
[[Berkas:BUMBU NASI UDUK.png|jmpl|Bumbu nasi uduk]]
'''Nasi uduk''' adalah hidangan yang dibuat dari [[nasi putih]] yang diaron dan dikukus dengan [[santan]], serta dibumbui dengan [[pala]], [[kayu manis]], [[jahe]], [[daun serai]], dan [[merica]]., yang populer di [[Hidanganhidangan Betawi]].<ref name="Kompas-Sejarah Nasi Uduk">{{Cite news|author= Alma Erin Mentari |date=2021-02-21 |title=Sejarah Nasi Uduk, Konon Sudah Ada Sejak Ratusan Tahun Lalu |url=https://www.kompas.com/food/read/2021/02/21/183200775/sejarah-nasi-uduk-konon-sudah-ada-sejak-ratusan-tahun-lalu |access-date=2022-10-15 |work=[[Kompas.com]] |language=id|editor-last=Mentari |editor-first=Alma Erin |first=Alma Erin |last=Mentari }}</ref> yang populerHidangan ini adalahmerupakan hidangan persilangan dua budaya [[suku Melayu|Melayu]] dan [[suku Jawa|Jawa]].<ref>Sejarah Nasi Uduk Perkawinan Dua Bangsa[https://kulinear.hops.id/kaki-lima/pr-3032157140/sejarah-nasi-uduk-ternyata-bukan-milik-betawi-saja-tapi-ada-perkawinan-dua-bangsa]</ref><ref>5 Fakta Nasi Uduk, Kuliner Hasil Persilangan Budaya Jawa-Melayu[https://www.idntimes.com/food/dining-guide/siti-anisah-2/fakta-nasi-uduk-c1c2#page-2]</ref><ref>Sejarah Nasi Uduk, Berawal dari Kegemaran Sultan Agung Mataram Menyantap Nasi Arab[https://metro.sindonews.com/read/675915/173/sejarah-nasi-uduk-berawal-dari-kegemaran-sultan-agung-mataram-menyantap-nasi-arab-1643893370]</ref>
 
Nasi uduk biasa dihidangkan dengan [[emping]] goreng, [[tahu]] goreng, telur dadar atau [[telur goreng]] yang teririsdiiris, abon kering, [[tempe]], [[bawang goreng]], [[ayam goreng]], [[timun]], serta [[sambal]] kacang.
 
== Etimologi ==
Baris 27:
 
== Sejarah ==
Menurut buku "Makanan Khas Betawi" (2018) karya Lilly T. Erwin, nasi uduk adalah [[Hidangan Betawi|hidangan khas Betawi]] yang sangat populer dan mudah ditemukan di setiap sudut kota [[Jakarta]].<ref name="Kompas-Sejarah Nasi Uduk"/> Meskipun kini hidangan ini dikaitkan dengan Jakarta, sejarahwansejarawan kuliner berpendapat bahwa asal mula nasi uduk dapat ditelusuri berasal dari pengaruh dua budaya kuliner; yakni [[Hidangan Melayu|Melayu]] dan [[Hidangan Jawa|Jawa]].<ref name="Kompas-Sejarah Nasi Uduk"/><ref>Sejarah Nasi Uduk Perkawinan Dua Bangsa[https://kulinear.hops.id/kaki-lima/pr-3032157140/sejarah-nasi-uduk-ternyata-bukan-milik-betawi-saja-tapi-ada-perkawinan-dua-bangsa]</ref>
 
Menurut sejarahwansejarawan, terdapat hubungan dagang yang erat dan migrasi antara kota bandar pelabuhan [[Malaka]] dan Batavia, yakni pedagang dan pendatang dari Malaka ada yang datang dan bermukim di Batavia. Dalam sebuah diskusi bertajuk "Kuliner Betawiː Silang Budaya", menurut seorang ahli kuliner Betawi, Pudentia, orang Melayu ada yang pindah dari Malaka ke Batavia, yang mana mereka pun membawa masakan khas mereka yakni [[nasi lemak]].<ref name="Kompas-Sejarah Nasi Uduk"/> Sementara itu, pendatang suku Jawa dari Mataram pun terbiasa memasak nasi dengan santan yang disebut ''sega gurih''.<ref name="Kompas-Sejarah Nasi Uduk"/> Apalagi setelah jatuhnya Portugis Malaka ke tangan Belanda pada tahun 1641, maka hubungan dagang bandar Malaka dan Batavia kian erat, karena keduanya dimiliki Belanda. Jejak migrasi suku Melayu ke Batavia dapat terlihat dari adanya nama bernuansa Melayu, yakni Kampung Melayu, dekat Jatinegara, di Jakarta Timur.
 
Ada pula yang mempercayaimemercayai bahwa nasi uduk konon berasal dari buah pikir [[Sultan Agung dari Mataram]], yang terinspirasi oleh pengalamannya memakan [[nasi kebuli]].<ref name=":0" /> Hidangan ini mulai dibuat penduduk pulau Jawa dan dipopulerkan oleh Hindia Belanda setelahnya.<ref name=":0">{{Cite web|title=Story Behind Nasi Uduk|url=https://www.timesindonesia.co.id/read/news/272772/the-story-behind-nasi-uduk-a-typical-betawi-way-of-cooking-rice|url-status=live}}</ref>
 
Menurut [[Babad Tanah Jawi]], sultan [[Mataram]] gemar makan "nasi Arabarab", yang mungkin merujuk pada berbagai jenis [[Plov|Pilaf]] atau nasi bergaya Arab. Hidangan nasi dari arabArab sering disebut [[nasi kebuli]] (populer di kalangan keturunan Arab di Indonesia) atau [[nasi biryani]] (hidangan Muslim India). Kedua hidangan tersebut paling umum dikenal di kalangan Muslim Jawa pada saat itu. Sultan Agung kemudian memutuskan untuk membuat "hidangan Arab" versi lokal, menggunakan bahan-bahan lokal. Ia melakukan ini antara lain untuk mengurangi pengeluaran negara (biaya untuk membeli bahan-bahan impor untuk membuat masakan nasi khas arabArab sangat tinggi) dan untuk meningkatkan kebanggaan lokal.<ref name=":3" />
 
Tak lama kemudian, ''sega uduk'' menjadi bagian dari "syarat" dalam upacara "terima kasih" adat Jawa, yang sering disebut ''banca'an'' (bancakan) atau ''slametan''. Nasi uduk dapat ditemukan dalam ''sega berkat'',<ref>{{Cite news|title=Mengenal Sego Berkat, Nasi Bungkus Daun Jati yang Populer untuk Hajatan|url=https://food.detik.com/info-kuliner/d-5052979/mengenal-sego-berkat-nasi-bungkus-daun-jati-yang-populer-untuk-hajatan|url-status=live|work=[[Detik.com|detikcom]]|first=Yenny Mustika|last=Sari}}</ref> paket makanan (biasanya berisi nasi, sayuran, dan lauk pauk), atau disajikan sebagai tumpeng, untuk dibagikan setelah upacara atau acara selesai. Sega uduk juga menjadi hidangan wajib untuk disajikan saat ''Wiwitan'', ritual persembahan menjelang panen yang biasanya diadakan di beberapa daerah Jawa.<ref>{{Cite news|title=Melestarikan Tradisi Syukuran Wiwitan Padi dan Ajak Pemuda Kembali ke Sawah |url=https://jateng.suara.com/read/2021/09/27/125936/melestarikan-tradisi-syukuran-wiwitan-padi-dan-ajak-pemuda-kembali-ke-sawah |work=Suara.com |access-date=13 Januari 2022 |language=id |date=27 September 2021}}</ref>