Suku Bugis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Putera Ramadhan (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(48 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{ethnic group|
|group=Orang Bugis<br />''To Ugi''ᨈᨚ ᨕᨘᨁᨗ<br />اورڠ بوݢيس
|native_name=''To Ugi''<br />ᨈᨚ ᨕᨘᨁᨗ
| image = Pengantin bugis - panoramio.jpg
| caption = Pasangan Bugis dalam kostum tradisional
Baris 50 ⟶ 51:
|pop13 = 96.146
|ref13 =
|region14 = [[SumatraSumatera Selatan]]
|pop14 = 42.977
|ref14
Baris 65 ⟶ 66:
 
|region19 = '''Diaspora Bugis'''
|region20 = {{MAS}}
|pop20 = '''728.465'''
|ref20 =
Baris 73 ⟶ 74:
|langs=Asli: [[bahasa Bugis|Bugis]]<br>Juga: [[bahasa Indonesia|Indonesia]], [[bahasa Melayu|Melayu]], [[bahasa Inggris|Inggris]], dan lain-lain
|rels='''Mayoritas'''<br />[[Islam]] (99%)<br />
'''Minoritas'''<br /> [[KristenTolotang]] &(0,7%), [[TolotangKristen]] (0,3%)<ref>{{cite web
<ref>{{cite web
| title = Aris Ananta, Evi Nurvidya Arifin, M Sairi Hasbullah, Nur Budi Handayani, Agus Pramono. Demography of Indonesia's Ethnicity. Singapore: ISEAS: Institute of Southeast Asian Studies. p. 271.
| date = 2015
Baris 81:
|related=[[Suku Makassar|Makassar]], [[Suku Mandar|Mandar]], [[Suku Selayar|Selayar]]
}}
'''Suku Bugis''' ([[aksara Lontara|Lontara]]: '''ᨈᨚ ᨕᨘᨁᨗ'''; [[Jawi]]: '''اورڠ بوݢيس''') merupakan [[kelompok etnik]] denganyang wilayahberasal asaldari wilayah [[Sulawesi Selatan]]. Penciri utama kelompok etnik ini adalah [[bahasa]] dan [[adat -istiadat]], sehingga pendatang [[Suku Melayu|Melayu]] dan [[Orang Minangkabau|Minangkabau]] yang merantau ke [[Sulawesi]] sejak abad ke-15 sebagai tenaga administrasi dan pedagang di [[Kerajaan Gowa]] dan telah terakulturasi, juga dikategorikan sebagai orang Bugis.<ref>http://www.rajaalihaji.com/id/article.php?a=YURIL3c%3D= Situs Raja Ali Haji</ref> BerdasarkankanBerdasarkan sensus penduduk [[Indonesia]] tahun 2000, populasi orang Bugis sebanyak sekitar enam juta jiwa. Kini orang-orang Bugis menyebar pula di berbagai provinsi Indonesia, seperti [[Sulawesi Tenggara]], [[Sulawesi Tengah]], [[Papua]], [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|DKI Jakarta]], [[Kalimantan Timur]], [[Kalimantan Selatan]], [[Jambi]], [[Riau]], dan [[Kepulauan Riau]]. Disamping itu orang-orang Bugis juga banyak ditemukan di [[Malaysia]] dan [[Singapura]] yang telah beranak pinak dan keturunannya telah menjadi bagian dari negara tersebut. Karena jiwa perantau dari masyarakat Bugis, maka orang-orang Bugis sangat banyak yang pergi merantau ke mancanegara.
 
'''Suku Bugis''' ([[aksara Lontara|Lontara]]: '''ᨈᨚ ᨕᨘᨁᨗ'''; [[Jawi]]: '''اورڠ بوݢيس''') merupakan [[kelompok etnik]] dengan wilayah asal [[Sulawesi Selatan]]. Penciri utama kelompok etnik ini adalah [[bahasa]] dan adat istiadat. Berdasarkankan sensus penduduk [[Indonesia]] tahun 2000, populasi orang Bugis sebanyak sekitar enam juta jiwa. Kini orang-orang Bugis menyebar pula di berbagai provinsi Indonesia, seperti [[Sulawesi Tenggara]], [[Sulawesi Tengah]], [[Papua]], [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|DKI Jakarta]], [[Kalimantan Timur]], [[Kalimantan Selatan]], [[Jambi]], [[Riau]], dan [[Kepulauan Riau]]. Disamping itu orang-orang Bugis juga banyak ditemukan di [[Malaysia]] dan [[Singapura]] yang telah beranak pinak dan keturunannya telah menjadi bagian dari negara tersebut. Karena jiwa perantau dari masyarakat Bugis, maka orang-orang Bugis sangat banyak yang pergi merantau ke mancanegara.
 
== Sejarah ==
Baris 94 ⟶ 93:
 
=== Masa kerajaan ===
[[Kedatuan Luwu]] adalah kerajaan tertua di Sulawesi Selatan dan merupakan asal muasal lahirnya kerajaan - kerajaan lain seperti kerajaan Bone, kerajaan Gowa, kerajaan Soppeng, kerajaan Wajo, kerajaan Sidenreng Rappang dan Mandar.
 
Di dalam epik [[La Galigo]], terdapat versi menggambarkan sebuah wilayah pesisir dan sungai yang didefinisikan secara samar-samar yang ekonominya berbasis pada perdagangan. Pusat-pusat penting di wilayah ini adalah Luwu dan kerajaan Cina (diucapkan Cheena tapi identik dalam pengucapan bahasa Indonesia ke [[China]]), yang terletak di lembah Cenrana bagian barat, dengan pusat istananya di dekat dusun [[Sarapao]] di distrik [[Pamanna]]. Ketidakcocokan La Galigo dan ekonomi politik dengan realitas kerajaan agraris Luwu menyebabkan sejarawan Bugis mengajukan periode intervensi kekacauan untuk memisahkan keduanya secara kronologis.<ref>Pelras, C. 1996. ''The Bugis.'' Oxford: Blackwell.</ref>
 
Penelitian arkeologi dan tekstual yang dilakukan sejak tahun [[1980-an]] telah meruntuhkan kronologi ini.<ref>Bulbeck, D. and I. Caldwell. 2000. ''Land of iron; The historical archaeology of Luwu and the Cenrana valley.'' Hull: Centre for South East Asian Studies, University of Hull.</ref> Survei dan penggalian yang ekstensif di Luwu telah mengungkapkan bahwa Luwu tidak lebih tua dari kerajaan agraris yang berdiri paling awal di semenanjung barat daya. Pemahaman yang baru adalah bahwa orang Bugis yang berbicara dengan pemukim dari lembah [[Cénrana]] barat mulai menetap di sepanjang batas pantai sekitar tahun 1300. [[Teluk Bone]] bukanlah daerah yang berbahasa Bugis saja: ini adalah daerah dengan keragaman etnis yang sangat beragam. Orang [[Suku Pamona|Pamona]], [[Padoe]], [[Toala]], [[Wotu]] dan [[Lemolang]] tinggal di dataran rendah pesisir dan kaki bukit, sedangkan lembah dataran tinggi merupakan rumah bagi kelompok yang berbicara dalam berbagai bahasa Sulawesi Tengah dan Selatan lainnya. Orang-orang Bugis ditemukan hampir di sepanjang pantai, yang terbukti bahwa mereka bermigrasi untuk berdagang dengan masyarakat adat Luwu. Sudah jelas bahwa dari sumber arkeologi dan tekstual bahwa Luwu adalah koalisi Bugis dari berbagai kelompok etnis, yang dipersatukan oleh hubungan perdagangan.
 
Ekonomi politik Luwu didasarkan pada peleburan bijih besi yang dibawa turun, melalui pemerintahan Lémolang di [[Baebunta, Luwu Utara|Baebunta]], ke [[Malangke, Luwu Utara|Malangke]] di dataran pantai tengah. Di sini besi yang akan dilelehkan itu diolah menjadi senjata dan alat pertanian dan diekspor ke dataran rendah selatan yang memproduksi beras. Hal ini membawa kekayaan yang besar, dan pada abad [[abad ke-14|ke-14]] Luwu telah menjadi entitas yang ditakuti di bagian selatan semenanjung barat daya dan tenggara. Penguasa pertama yang diketahui secara nyata adalah [[Dewaraja]] (memerintah 1495-1520). Cerita saat ini di Sulawesi Selatan menceritakan serangan agresifnya terhadap kerajaan tetangga, [[Kerajaan Wajo|Wajo]] dan [[Kerajaan Sidenreng|Sidenreng]]. Kekuasaan Luwu mulai memudar pada abad [[abad ke-16|ke-16]] oleh meningkatnya kekuatan kerajaan agraris dari selatan, dan kekalahan militernya ditetapkan dalam [[Tawarik Bone]].
Baris 111 ⟶ 110:
Manurungnge ri Matajang dikenal juga dengan nama Mata Silompoe. Adapun ade' pitue terdiri dari matoa ta, matoa tibojong, matoa tanete riattang, matoa tanete riawang, matoa macege, matoa ponceng. istilah matoa kemudian menjadi arung.
setelah Manurungnge ri Matajang, kerajaan Bone dipimpin oleh putranya yaitu La Ummasa' Petta Panre Bessie. Kemudian kemanakan La Ummasa' anak dari adiknya yang menikah raja Palakka lahirlah La Saliyu Kerrempelua. pada masa Arumpone (gelar raja bone) ketiga ini, secara massif Bone semakin memperluas wilayahnya ke utara, selatan dan barat.
 
==== Kerajaan Makassar ====
Pada abad ke-12, 13, dan 14 berdiri kerajaan Gowa, Soppeng, Bone, dan Wajo, yang diawali dengan krisis sosial, dimana orang saling memangsa laksana ikan. Kerajaan Makassar (Gowa) kemudian mendirikan kerajaan pendamping, yaitu kerajaan Tallo. Tapi dalam perkembangannya kerajaan kembar ini (Gowa & Tallo) kembali menyatu menjadi kerajaan Makassar (Gowa).
 
==== Kerajaan Soppeng ====
Baris 123 ⟶ 125:
 
==== Konflik antarkerajaan ====
Pada abad ke-15 ketika kerajaan Gowa dan Bone mulai menguat, dan Soppeng serta Wajo mulai muncul, maka terjadi konflik perbatasan dalam menguasai dominasi politik dan ekonomi antar kerajaan. Kerajaan Bone memperluas wilayahnya sehingga bertemu dengan wilayah Gowa di Bulukumba. Sementara, di utara, Bone bertemu Luwu di Sungai Walennae. Sedang Wajo, perlahan juga melakukan perluasan wilayah. Sementara Soppeng memperluas ke arah barat sampai di Barru.
Perang antara Luwu dan Bone dimenangkan oleh Bone dan merampas payung kerajaan Luwu kemudian mempersaudarakan kerajaan mereka. Sungai Walennae adalah jalur ekonomi dari Danau Tempe dan Danau Sidenreng menuju Teluk Bone. Untuk mempertahankan posisinya, Luwu membangun aliansi dengan Wajo, dengan menyerang beberapa daerah Bone dan Sidenreng. Berikutnya wilayah Luwu semakin tergeser ke utara dan dikuasai Wajo melalui penaklukan ataupun penggabungan. Wajo kemudian bergesek dengan Bone. Invasi Gowa kemudian merebut beberapa daerah Bone serta menaklukkan Wajo dan Soppeng. Untuk menghadapi hegemoni Gowa, Kerajaan Bone, Wajo dan Soppeng membuat aliansi yang disebut "[[Persekutuan Tellumpoccoe|Tellumpoccoe]]".
 
=== Penyebaran Islam ===
Pada awal abad ke-17, datang penyiar agama Islam dari Minangkabau atas perintah [[Sultan Iskandar Muda]] dari [[Kesultanan Aceh|Aceh]]. Mereka adalah Abdul Makmur (Datuk ri Bandang) yang mengislamkan Gowa dan Tallo, Suleiman (Datuk Patimang) menyebarkan Islam di Luwu, dan Nurdin Ariyani (Datuk ri Tiro) yang menyiarkan Islam di Bulukumba.<ref>{{cite Setelah raja Gowa Sultan Alauddin dan raja Tallo Karaeng Matowaya memeluk Islam dan menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan di [[Kesultanan Gowa]], mereka berdua mengislamkan beberapa Kerajaan di daerah Bugis seperti Soppeng, Wajo dan Bone dalam kurung waktu 1609-1611. Kerajaan Gowa Tallo adalah sebuah kerajaan kembar di Sulawesi Selatan yang beretnis [[Suku Makassar]], Kerajaan ini juga sering disebut Kesultanan Makassar. book |last=Naim|first=Mochtar|title=Merantau}}</ref>
 
=== Kolonialisme Belanda ===
Pertengahan abad ke-17, terjadi persaingan yang tajam antara Gowa dengan [[VOC]] hingga terjadi beberapa kali pertempuran. Sementara Arumpone ditahan di Gowa dan mengakibatkan terjadinya perlawanan yang dipimpin La Tenri Tatta Daeng Serang Arung Palakka. [[Arung Palakka]] didukung oleh Turatea, kerajaaan kecil Makassar yang berhianat pada kerajaan Gowa. Sementara [[Sultan Hasanuddin]] didukung oleh menantunya '''La Tenri Lai Tosengngeng Arung Matowa Wajo, Maradia Mandar, dan Datu Luwu'''. Perang yang dahsyat mengakibatkan banyaknya korban di pihak Gowa & sekutunya. Kekalahan ini mengakibatkan ditandatanganinya [[Perjanjian Bongaya]] yang merugikan kerajaan Gowa.
Pernikahan Lapatau dengan putri Datu Luwu, Datu Soppeng, dan Somba Gowa adalah sebuah proses rekonsiliasi atas konflik di jazirah Sulawesi Selatan. Setelah itu tidak adalagi perang yang besar sampai kemudian pada tahun 1905–1906 setelah perlawanan Sultan Husain Karaeng Lembang Parang dan La Pawawoi Karaeng Segeri Arumpone dipadamkan, maka masyarakat Makassar dan Bugis baru bisa betul-betul ditaklukkan Belanda. Kosongnya kepemimpinan lokal mengakibatkan Belanda menerbitkan ''Korte Veklaring'', yaitu perjanjian pendek tentang pengangkatan raja sebagai pemulihan kondisi kerajaan yang sempat lowong setelah penaklukan. Kerajaan tidak lagi berdaulat, tetapi hanya sekadar perpanjangan tangan kekuasaaan pemerintah kolonial [[Hindia Belanda]], sampai kemudian muncul [[Jepang]] menggeser Belanda hingga berdirinya NKRI.
 
Baris 137 ⟶ 139:
 
== Kepercayaan ==
Saat ini mayoritas orang Bugis menganut agama [[Islam]] (sekitar 99%). Islamisasi masyarakat Bugis telah mengakar kuat, walau masih ada sebagian kecil masyarakat yang menganut kepercayaanagama tradisionalasli suku Bugis yakni agama [[Tolotang]] yang jumlahnya sekitar sebanyak 1527 ribu jiwa dan tinggal di wilayah Sidenreng Rappang. SebelumPada Islamisasi masyarakatmasa Bugissebelumnya, telahmasyarakat adasuku sebagian masyarakatBugis yang masih menganut agama [[Kristen]]Tolotang abadjuga kepernah 16mengalami nasib yang dibawatragis. Mereka dikejar-kejar oleh para pemberontak [[PortugisDarul Islam]]./Tentara SaatIslam iniIndonesia masih(DI/TII) adapimpinan komunitas[[Kahar penganutMuzakkar]]. KristenPara dipemberontak daerahmemaksa Soppengbanyak namunpenganut jumlahnyaagama hanyaTolotang sekitaruntuk 5keluar ribudari jiwakeyakinan mereka. PadaTidak abadsedikit ke-17,para penyebaranpenganut IslamTolotang yang dibawamati oleh para pendakwah dari tanahdibunuh.<ref name=Lokal>[[Melayu]]https://1001indonesia.net/kepercayaan-lokal-komunitas-towani-tolotang-di-sidenreng-rappang/ dan1001 [[Minangkabau]]Indonesia: membuatKepercayaan banyakLokal masyarakatKomunitas penganut Kristen danTowani Tolotang masukdi IslamSidenreng sehinggaRappang]. Islam25 menyebarJanuari luas2019. diDiakses tanah30 Bugis danMaret Makassar2019.</ref>
 
Sebelum Islamisasi masyarakat Bugis, telah ada sebagian masyarakat yang menganut agama [[Kristen]] abad ke 16 yang dibawa oleh [[Portugis]]. Saat ini masih ada komunitas penganut Kristen di daerah Soppeng namun jumlahnya hanya sekitar 5 ribu jiwa. Pada abad ke-17, penyebaran Islam yang dibawa oleh para pendakwah dari tanah [[Melayu]] dan [[Minangkabau]] membuat banyak masyarakat penganut Kristen dan Tolotang masuk Islam sehingga Islam menyebar luas di tanah Bugis dan Makassar.
 
== Mata pencarian ==
Baris 143 ⟶ 147:
 
=== Perompak ===
Sudah bukan rahasia lagi apabila Bugis identik dengan dunia perompakan. Sejak [[Perjanjian Bongaya]] yang menyebabkan jatuhnya [[Makassar]] ke tangan kolonial Belanda, orang-orang Bugis dianggap sebagai sekutu bebas pemerintahan Belanda yang berpusat di Batavia. Jasa yang diberikan oleh Arung Palakka, seorang Bugis asal Bone kepada pemerintah Belanda, menyebabkan diperolehnya kebebasan bergerak lebih besar kepada masyarakat Bugis. Namun sebagai Suku Bugis yang keras dan tidak mau mengikuti aturan, kebebasan ini disalahagunakantentu disalah gunakan Bugis untuk menjadi perompak yang mengganggu jalur niaga Nusantara bagian timur.
 
Armada perompak Bugis merambah seluruh Kepulauan Indonesia. Mereka bercokol di dekat [[Samarinda]] dan menolong sultan-sultan Kalimantan di pantai barat dalam perang-perang internal mereka. Perompak-perompak ini menyusup ke [[Kesultanan Johor]] dan mengancam Belanda di benteng Malaka. Hingga masa modern ini perompak Bugis masih ada dan menjadi momok menakutkan di perairan Indonesia<ref>{{cite book | last =Vlekke | first =Bernard H.M. | authorlink = | coauthors = | title =Nusantara Sejarah Indonesia | publisher =Kepustakaan Populer Gramedia | date = | location =Jakarta | url = | doi = | isbn = | page =263}}</ref>
 
=== Serdadu bayaran ===
Selain sebagai perompak, karena jiwa merantaukeras dan loyalitasnyahaus terhadap persahabatanmembunuh orang-orang Bugis terkenal sebagai serdadu bayaran. Orang-orang Bugis dibawahsebelum Komandokonflik Arungterbuka Palakkadengan dari BoneBelanda mereka salah satu serdadu Belanda yang setia. bersamaMereka Kapitanbanyak [[Kapitanmembantu Jonker]]Belanda, dariyakni Ambonsaat danpengejaran [[Cornelis SpeelmanTrunojoyo]] dari Rotterdam Belanda, banyak membantudi [[VOCJawa BelandaTimur]], yaknipenaklukan saat melawanpedalaman [[Raden TrunajayaMinangkabau]] dimelawan Kerajaanpasukan [[Kerajaan Mataram Islam]] [[Jawa TimurPaderi]], serta membantu VOCorang-orang BelandaEropa dalamketika penaklukanmelawan Ayuthaya di Pariaman [[MinangkabauThailand]].<ref>{{cite melawanbook pasukan [[Paderi]]| last =Vlekke | first =Bernard H.M. | authorlink = | coauthors = | title =Nusantara Sejarah Indonesia | publisher =Kepustakaan Populer Gramedia | date = | location =Jakarta | url = | doi = | isbn = | page =200}}</ref> Orang-orang Bugis juga terlibat dalam perebutan kekuasaan dan menjadi serdadu bayaran [[Kesultanan Johor]], ketika terjadi perebutan kekuasaan melawan para pengelana Minangkabau pimpinan Raja Kecil.
 
== Perkawinan ==
Baris 157 ⟶ 161:
 
== Tempat tinggal ==
Suku Bugis umumnya membedakan bentuk rumah sebagai penanda [[Kelas sosial|pranata sosial]] di dalam masyarakatnya. Rumah suku Bugis dibedakan menjadi "''saoraja''<nowiki>'' dan ''</nowiki>''bola''<nowiki>''</nowiki>. Perbedaan keduanya terletak pada simbol-simbol tertentu di dalam arsitektur rumah dan bukan dari struktur dan konstruksinya. <nowiki>''</nowiki>''Saoraja'''<nowiki>' adalah rumah berukuran besar yang ditempati oleh keturunan raja atau kaum bangsawan, sedangkan ''</nowiki>''bola''<nowiki>''</nowiki> adalahi rumah biasa yang menjadi tempat tinggal bagi rakyat biasa. ''Saoraja'' memiliki 40 sampai 48 tiang sehingga berukuran lebih besar, sedangkan ''bola'' memiliki 20 sampai 30 tiang sehingga berukuran lebih kecil. Perbedaan status sosial dapat diketahui melalui bentuk tutup bubungan [[atap]] rumah yang disebut <nowiki>''</nowiki>''timpaklaja''<nowiki>''</nowiki>. ''Timpaklaja'' pada ''saoraja'' bertingkat-tingkat antara 3-5 tingkat, sedangkan timpaklaja pada bangunan ''bola'' tidak bertingkat. Semakin banyak jumlah tingkat ''timpaklaja'' maka semakin tinggi pula [[status sosial]] penghuninya.<ref>{{Cite book|last=Duli, dkk.|first=|date=2013|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/7794/1/MONUMEN%20ISLAM%20DI%20SULAWESI%20SELATAN.pdf|title=Monumen Islam Didi Sulawesi Selatan|location=Makassar|publisher=Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar|isbn=978-602-8405-50-8|pages=90|url-status=live}}</ref>
 
== Bugis perantauan ==
Baris 163 ⟶ 167:
<!--Bagian ini dipindahkan dari artikel "Pinisi" oleh Sentausa, 7 Maret 2007.-->Suku Bugis dikenal sebagai suku yang menyebar luas ke berbagai daerah di [[Indonesia]]. Orang Bugis melakukan perantauan besar-besaran di kawasan [[Nusantara]] sejak abad ke-17 Masehi. [[Koloni]]-koloni suku Bugis ditemukan di [[Kalimantan Timur]], [[Kalimantan Selatan]], [[Kota Pontianak|Pontianak]], [[Johor]], dan [[Semenanjung Malaya|Semenanjung Melayu]]. Di perantauan, koloni suku Bugis mengembangkan [[pelayaran]], [[perdagangan]], [[perikanan]], [[pertanian]] dan pembukaan lahan [[perkebunan]].<ref>{{Cite book|last=Hendraswati, Dalle, J., dan Jamalie, Z.|first=|date=2017|url=https://idr.uin-antasari.ac.id/13937/1/3-Diaspora%20Bugis%20Pagatan%202016.pdf|title=Diaspora dan Ketahanan Budaya Orang Bugis di Pagatan Tanah Bumbu|location=Yogyakarta|publisher=Penerbit Kepel Press|isbn=978-602-356-197-1|pages=2-3|url-status=live}}</ref>
 
Kepiawaian suku Bugis dalam mengarungi [[samudra]] cukup dikenal luas, dan wilayah perantauan mereka pun hingga [[Malaysia]], [[Filipina]], [[Brunei]], [[Thailand]], [[Australia]], [[Madagaskar]] dan [[Afrika Selatan]]. Bahkan, di pinggiran kota [[Cape Town]], Afrika Selatan terdapat sebuah ''suburb'' yang bernama '''Maccassar''', sebagai tanda penduduk setempat mengingat tanah asal nenek moyang mereka{{fact}}.<!--sampai sini-->
 
Oleh karena itulah, pada daerah-daerah yang ditempati suku Bugis ini, dapat dijumpai mushaf Quran kuno. Biasanya di daerah pesisir, serupa [[Bima]], [[Sumbawa]], dan [[Bali]]. Bahkan Quran dari suku Bugis pun pernah dijumpai di [[Riau]].<ref>Permana, Fuji E.; editor: Wachidah Handasah. 10 Desember 2018. "Melestarikan Mushaf Kuno Nusantara". ''[[Republika]]''. Hlm.17</ref>
Baris 171 ⟶ 175:
 
=== Bugis di Kalimantan Timur ===
Sebagian orang-orang Bugis [[Wajo]] dari [[kerajaan Gowa]] yang tidak mau tunduk dan patuh terhadap isi [[perjanjian Bongaja]], mereka tetap meneruskan perjuangan dan perlawanan secara gerilya melawan Belanda dan ada pula yang hijrah ke pulau-pulau lainnya di antaranya ada yang hijrah ke daerah [[Kesultanan Kutai]], yaitu rombongan yang dipimpin oleh Lamohang Daeng Mangkona (bergelar Pua Ado yang pertama). Kedatangan orang-orang Bugis Wajo dari [[Kerajaan Gowa]] itu diterima dengan baik oleh Sultan Kutai.
 
Atas kesepakatan dan perjanjian, oleh Raja Kutai rombongan tersebut diberikan lokasi sekitar kampung melantai, suatu daerah dataran rendah yang baik untuk usaha Pertanian, Perikanan dan Perdagangan. Sesuai dengan perjanjian bahwa orang-orang Bugis Wajo harus membantu segala kepentingan Raja Kutai, terutama di dalam menghadapi musuh.
Baris 196 ⟶ 200:
== Pranala luar ==
* http://www.oxis.org/books/pelras-1996.pdf
 
 
{{etnis Malaysia}}