Suku Bugis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Native99girl (bicara | kontrib)
→‎Mata pencarian: Pada tahun 2022 suku Bugis tidak terlibat sebagai pembajak laut atau serdadu bayaran.
Putera Ramadhan (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(38 revisi perantara oleh 20 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{ethnic group|
|group=Orang Bugis<br />''To Ugi''ᨈᨚ ᨕᨘᨁᨗ<br />اورڠ بوݢيس
|native_name=''To Ugi''<br />ᨈᨚ ᨕᨘᨁᨗ
| image = Pengantin bugis - panoramio.jpg
| caption = Pasangan Bugis dalam kostum tradisional
Baris 50 ⟶ 51:
|pop13 = 96.146
|ref13 =
|region14 = [[SumatraSumatera Selatan]]
|pop14 = 42.977
|ref14
Baris 65 ⟶ 66:
 
|region19 = '''Diaspora Bugis'''
|region20 = {{MAS}}
|pop20 = '''728.465'''
|ref20 =
Baris 73 ⟶ 74:
|langs=Asli: [[bahasa Bugis|Bugis]]<br>Juga: [[bahasa Indonesia|Indonesia]], [[bahasa Melayu|Melayu]], [[bahasa Inggris|Inggris]], dan lain-lain
|rels='''Mayoritas'''<br />[[Islam]] (99%)<br />
'''Minoritas'''<br /> [[KristenTolotang]] &(0,7%), [[TolotangKristen]] (0,3%)<ref>{{cite web
| title = Aris Ananta, Evi Nurvidya Arifin, M Sairi Hasbullah, Nur Budi Handayani, Agus Pramono. Demography of Indonesia's Ethnicity. Singapore: ISEAS: Institute of Southeast Asian Studies. p. 271.
| date = 2015
Baris 80 ⟶ 81:
|related=[[Suku Makassar|Makassar]], [[Suku Mandar|Mandar]], [[Suku Selayar|Selayar]]
}}
'''Suku Bugis''' ([[aksara Lontara|Lontara]]: ᨈᨚ ᨕᨘᨁᨗ) merupakan [[kelompok etnik]] yang berasal dari wilayah [[Sulawesi Selatan]]. Penciri utama kelompok etnik ini adalah [[bahasa]] dan [[adat-istiadat]], sehingga pendatang [[Suku Melayu|Melayu]] dan [[Orang Minangkabau|Minangkabau]] yang merantau ke [[Sulawesi]] sejak abad ke-15 sebagai tenaga administrasi dan pedagang di [[Kerajaan Gowa]] dan telah terakulturasi, juga dikategorikan sebagai orang Bugis.<ref>http://www.rajaalihaji.com/id/article.php?a=YURIL3c%3D= Situs Raja Ali Haji</ref> Berdasarkan sensus penduduk [[Indonesia]] tahun 2000, populasi orang Bugis sebanyak sekitar enam juta jiwa. Kini orang-orang Bugis menyebar pula di berbagai provinsi Indonesia, seperti [[Sulawesi Tenggara]], [[Sulawesi Tengah]], [[Papua]], [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|DKI Jakarta]], [[Kalimantan Timur]], [[Kalimantan Selatan]], [[Jambi]], [[Riau]], dan [[Kepulauan Riau]]. Disamping itu orang-orang Bugis juga banyak ditemukan di [[Malaysia]] dan [[Singapura]] yang telah beranak pinak dan keturunannya telah menjadi bagian dari negara tersebut. Karena jiwa perantau dari masyarakat Bugis, maka orang-orang Bugis sangat banyak yang pergi merantau ke mancanegara.
 
'''Suku Bugis''' ([[aksara Lontara|Lontara]]: '''ᨈᨚ ᨕᨘᨁᨗ'''; [[Jawi]]: '''اورڠ بوݢيس''') merupakan [[kelompok etnik]] pribumi yang berasal dari provinsi [[Sulawesi Selatan]], [[Indonesia]]. Sejak tahun 1605 banyak orang bugis yang memeluk agama Islam dari Animisme.<ref>{{cite book|first=Keat Gin|last=Ooi|title=Southeast Asia: A Historical Encyclopedia, From Angkor Wat to East Timor|url=https://archive.org/details/southeastasiahis00ooik|publisher=ABC-CLIO|year=2004|isbn=1576077705|page=[https://archive.org/details/southeastasiahis00ooik/page/n310 286]}}</ref> Sehingga Islam menjadi agama utama yang dianut oleh orang bugis, namun terdapat pula kelompok minoritas lain yang menganut agama Kristen atau kepercayaan asli pra-Islam yang disebut Tolotang.<ref name=":0">{{cite journal | url=http://www.sabrizain.org/malaya/library/bugisreligion.pdf | title=Religion and Cultural Identity Among the Bugis (A Preliminary Remark) | author=Said, Nurman | journal=Inter-Religio |date=Summer 2004 | issue=45 | pages=12–20}}</ref>
 
Meskipun populasinya hanya sekitar enam juta, orang Bugis berpengaruh dalam politik di Indonesia modern, dan secara historis berpengaruh di [[Semenanjung Malaysia]] dan bagian lain kepulauan tempat mereka bermigrasi, dimulai pada akhir abad ketujuh belas. Mantan Wakil Presiden Indonesia, [[Jusuf Kalla]], adalah orang Bugis. Di Malaysia, Perdana Menteri keenam, [[Najib Razak]], dan mantan Perdana Menteri [[Muhyiddin Yassin]] memiliki darah keturunan Bugis.
 
Orang Bugis berbicara bahasa daerah yang berbeda selain bahasa Indonesia, yang disebut Bugis (Basa Ugi), dengan beberapa dialek yang berbeda. [[Bahasa Bugis]] termasuk dalam kelompok bahasa Sulawesi Selatan; anggota lainnya termasuk Makassar, Toraja, Mandar, dan Massenrempulu. Nama Bugis adalah eksonim yang mewakili bentuk lama dari nama tersebut; (To) Ugi adalah [[Eksonim dan endonim|endonimnya]].<ref>{{cite journal|last=Mills|first=Roger Frederick|year=1975|url=https://oxis.org/theses/mills-1975.pdf|title=Proto South Sulawesi and Proto Austronesian phonology|journal=Ph. D thesis|publisher=[[University of Michigan]]}}</ref><ref>{{cite book|author=Shiv Shanker Tiwary & Rajeev Kumar|title=Encyclopaedia of Southeast Asia and Its Tribes, Volume 1|year=2009|publisher=Anmol Publications|isbn=978-81-261-3837-1|page=47}}</ref>
 
== Sejarah ==
Baris 101 ⟶ 97:
Di dalam epik [[La Galigo]], terdapat versi menggambarkan sebuah wilayah pesisir dan sungai yang didefinisikan secara samar-samar yang ekonominya berbasis pada perdagangan. Pusat-pusat penting di wilayah ini adalah Luwu dan kerajaan Cina (diucapkan Cheena tapi identik dalam pengucapan bahasa Indonesia ke [[China]]), yang terletak di lembah Cenrana bagian barat, dengan pusat istananya di dekat dusun [[Sarapao]] di distrik [[Pamanna]]. Ketidakcocokan La Galigo dan ekonomi politik dengan realitas kerajaan agraris Luwu menyebabkan sejarawan Bugis mengajukan periode intervensi kekacauan untuk memisahkan keduanya secara kronologis.<ref>Pelras, C. 1996. ''The Bugis.'' Oxford: Blackwell.</ref>
 
Penelitian arkeologi dan tekstual yang dilakukan sejak tahun [[1980-an]] telah meruntuhkan kronologi ini.<ref>Bulbeck, D. and I. Caldwell. 2000. ''Land of iron; The historical archaeology of Luwu and the Cenrana valley.'' Hull: Centre for South East Asian Studies, University of Hull.</ref> Survei dan penggalian yang ekstensif di Luwu telah mengungkapkan bahwa Luwu tidak lebih tua dari kerajaan agraris yang berdiri paling awal di semenanjung barat daya. Pemahaman yang baru adalah bahwa orang Bugis yang berbicara dengan pemukim dari lembah [[Cénrana]] barat mulai menetap di sepanjang batas pantai sekitar tahun 1300. [[Teluk Bone]] bukanlah daerah yang berbahasa Bugis saja: ini adalah daerah dengan keragaman etnis yang sangat beragam. Orang [[Suku Pamona|Pamona]], [[Padoe]], [[Toala]], [[Wotu]] dan [[Lemolang]] tinggal di dataran rendah pesisir dan kaki bukit, sedangkan lembah dataran tinggi merupakan rumah bagi kelompok yang berbicara dalam berbagai bahasa Sulawesi Tengah dan Selatan lainnya. Orang-orang Bugis ditemukan hampir di sepanjang pantai, yang terbukti bahwa mereka bermigrasi untuk berdagang dengan masyarakat adat Luwu. Sudah jelas bahwa dari sumber arkeologi dan tekstual bahwa Luwu adalah koalisi Bugis dari berbagai kelompok etnis, yang dipersatukan oleh hubungan perdagangan.
 
Ekonomi politik Luwu didasarkan pada peleburan bijih besi yang dibawa turun, melalui pemerintahan Lémolang di [[Baebunta, Luwu Utara|Baebunta]], ke [[Malangke, Luwu Utara|Malangke]] di dataran pantai tengah. Di sini besi yang akan dilelehkan itu diolah menjadi senjata dan alat pertanian dan diekspor ke dataran rendah selatan yang memproduksi beras. Hal ini membawa kekayaan yang besar, dan pada abad [[abad ke-14|ke-14]] Luwu telah menjadi entitas yang ditakuti di bagian selatan semenanjung barat daya dan tenggara. Penguasa pertama yang diketahui secara nyata adalah [[Dewaraja]] (memerintah 1495-1520). Cerita saat ini di Sulawesi Selatan menceritakan serangan agresifnya terhadap kerajaan tetangga, [[Kerajaan Wajo|Wajo]] dan [[Kerajaan Sidenreng|Sidenreng]]. Kekuasaan Luwu mulai memudar pada abad [[abad ke-16|ke-16]] oleh meningkatnya kekuatan kerajaan agraris dari selatan, dan kekalahan militernya ditetapkan dalam [[Tawarik Bone]].
Baris 136 ⟶ 132:
 
=== Kolonialisme Belanda ===
[[Berkas:We Tenriawaru Potrait.jpg|jmpl|We Tenriawaru, salah satu pemimpin Bugis pada saat masa [[Kolonialisme Belanda]].]]
 
Pertengahan abad ke-17, terjadi persaingan yang tajam antara Gowa dengan [[VOC]] hingga terjadi beberapa kali pertempuran. Sementara Arumpone ditahan di Gowa dan mengakibatkan terjadinya perlawanan yang dipimpin La Tenri Tatta Daeng Serang Arung Palakka. [[Arung Palakka]] didukung oleh Turatea, kerajaaan kecil Makassar yang berhianat pada kerajaan Gowa. Sementara [[Sultan Hasanuddin]] didukung oleh menantunya '''La Tenri Lai Tosengngeng Arung Matowa Wajo, Maradia Mandar, dan Datu Luwu'''. Perang yang dahsyat mengakibatkan banyaknya korban di pihak Gowa & sekutunya. Kekalahan ini mengakibatkan ditandatanganinya [[Perjanjian Bongaya]] yang merugikan kerajaan Gowa.
Pernikahan Lapatau dengan putri Datu Luwu, Datu Soppeng, dan Somba Gowa adalah sebuah proses rekonsiliasi atas konflik di jazirah Sulawesi Selatan. Setelah itu tidak adalagi perang yang besar sampai kemudian pada tahun 1905–1906 setelah perlawanan Sultan Husain Karaeng Lembang Parang dan La Pawawoi Karaeng Segeri Arumpone dipadamkan, maka masyarakat Makassar dan Bugis baru bisa betul-betul ditaklukkan Belanda. Kosongnya kepemimpinan lokal mengakibatkan Belanda menerbitkan ''Korte Veklaring'', yaitu perjanjian pendek tentang pengangkatan raja sebagai pemulihan kondisi kerajaan yang sempat lowong setelah penaklukan. Kerajaan tidak lagi berdaulat, tetapi hanya sekadar perpanjangan tangan kekuasaaan pemerintah kolonial [[Hindia Belanda]], sampai kemudian muncul [[Jepang]] menggeser Belanda hingga berdirinya NKRI.
Baris 145 ⟶ 139:
 
== Kepercayaan ==
Saat ini mayoritas orang Bugis menganut agama [[Islam]] (sekitar 99%). Islamisasi masyarakat Bugis telah mengakar kuat, walau masih ada sebagian kecil masyarakat yang menganut kepercayaanagama tradisionalasli suku Bugis yakni agama [[Tolotang]] yang jumlahnya sekitar sebanyak 1527 ribu jiwa dan tinggal di wilayah Sidenreng Rappang. SebelumPada Islamisasi masyarakatmasa Bugissebelumnya, telahmasyarakat adasuku sebagian masyarakatBugis yang masih menganut agama [[Kristen]]Tolotang abadjuga kepernah 16mengalami nasib yang dibawatragis. Mereka dikejar-kejar oleh para pemberontak [[PortugisDarul Islam]]./Tentara SaatIslam iniIndonesia masih(DI/TII) adapimpinan komunitas[[Kahar penganutMuzakkar]]. KristenPara dipemberontak daerahmemaksa Soppengbanyak namunpenganut jumlahnyaagama hanyaTolotang sekitaruntuk 5keluar ribudari jiwakeyakinan mereka. PadaTidak abadsedikit ke-17,para penyebaranpenganut IslamTolotang yang dibawamati oleh para pendakwah dari tanahdibunuh.<ref name=Lokal>[[Melayu]]https://1001indonesia.net/kepercayaan-lokal-komunitas-towani-tolotang-di-sidenreng-rappang/ dan1001 [[Minangkabau]]Indonesia: membuatKepercayaan banyakLokal masyarakatKomunitas penganut Kristen danTowani Tolotang masukdi IslamSidenreng sehinggaRappang]. Islam25 menyebarJanuari luas2019. diDiakses tanah30 Bugis danMaret Makassar2019.</ref>
 
Sebelum Islamisasi masyarakat Bugis, telah ada sebagian masyarakat yang menganut agama [[Kristen]] abad ke 16 yang dibawa oleh [[Portugis]]. Saat ini masih ada komunitas penganut Kristen di daerah Soppeng namun jumlahnya hanya sekitar 5 ribu jiwa. Pada abad ke-17, penyebaran Islam yang dibawa oleh para pendakwah dari tanah [[Melayu]] dan [[Minangkabau]] membuat banyak masyarakat penganut Kristen dan Tolotang masuk Islam sehingga Islam menyebar luas di tanah Bugis dan Makassar.
 
== Mata pencarian ==
Karena masyarakat Bugis tersebar di dataran rendah yang subur dan pesisir, maka kebanyakan dari masyarakat Bugis hidup sebagai petani dan nelayan. Mata pencaharian lain yang diminati orang Bugis adalah pedagang. Selain itu masyarakat Bugis juga mengisi [[birokrasi]] pemerintahan dan menekuni bidang pendidikan.
 
=== Perompak ===
Sudah bukan rahasia lagi apabila Bugis identik dengan dunia perompakan. Sejak [[Perjanjian Bongaya]] yang menyebabkan jatuhnya [[Makassar]] ke tangan kolonial Belanda, orang-orang Bugis dianggap sebagai sekutu bebas pemerintahan Belanda yang berpusat di Batavia. Jasa yang diberikan oleh Arung Palakka, seorang Bugis asal Bone kepada pemerintah Belanda, menyebabkan diperolehnya kebebasan bergerak lebih besar kepada masyarakat Bugis. Namun sebagai Suku Bugis yang keras dan tidak mau mengikuti aturan, kebebasan ini tentu disalah gunakan Bugis untuk menjadi perompak yang mengganggu jalur niaga Nusantara bagian timur.
 
Armada perompak Bugis merambah seluruh Kepulauan Indonesia. Mereka bercokol di dekat [[Samarinda]] dan menolong sultan-sultan Kalimantan di pantai barat dalam perang-perang internal mereka. Perompak-perompak ini menyusup ke [[Kesultanan Johor]] dan mengancam Belanda di benteng Malaka. Hingga masa modern ini perompak Bugis masih ada dan menjadi momok menakutkan di perairan Indonesia<ref>{{cite book | last =Vlekke | first =Bernard H.M. | authorlink = | coauthors = | title =Nusantara Sejarah Indonesia | publisher =Kepustakaan Populer Gramedia | date = | location =Jakarta | url = | doi = | isbn = | page =263}}</ref>
 
=== Serdadu bayaran ===
Selain sebagai perompak, karena jiwa keras dan haus membunuh orang-orang Bugis terkenal sebagai serdadu bayaran. Orang-orang Bugis sebelum konflik terbuka dengan Belanda mereka salah satu serdadu Belanda yang setia. Mereka banyak membantu Belanda, yakni saat pengejaran [[Trunojoyo]] di [[Jawa Timur]], penaklukan pedalaman [[Minangkabau]] melawan pasukan [[Paderi]], serta membantu orang-orang Eropa ketika melawan Ayuthaya di [[Thailand]].<ref>{{cite book | last =Vlekke | first =Bernard H.M. | authorlink = | coauthors = | title =Nusantara Sejarah Indonesia | publisher =Kepustakaan Populer Gramedia | date = | location =Jakarta | url = | doi = | isbn = | page =200}}</ref> Orang-orang Bugis juga terlibat dalam perebutan kekuasaan dan menjadi serdadu bayaran [[Kesultanan Johor]], ketika terjadi perebutan kekuasaan melawan para pengelana Minangkabau pimpinan Raja Kecil.
 
== Perkawinan ==
Baris 157 ⟶ 161:
 
== Tempat tinggal ==
Suku Bugis umumnya membedakan bentuk rumah sebagai penanda [[Kelas sosial|pranata sosial]] di dalam masyarakatnya. Rumah suku Bugis dibedakan menjadi "''saoraja''<nowiki>'' dan ''</nowiki>''bola''<nowiki>''</nowiki>. Perbedaan keduanya terletak pada simbol-simbol tertentu di dalam arsitektur rumah dan bukan dari struktur dan konstruksinya. <nowiki>''</nowiki>''Saoraja'''<nowiki>' adalah rumah berukuran besar yang ditempati oleh keturunan raja atau kaum bangsawan, sedangkan ''</nowiki>''bola''<nowiki>''</nowiki> adalahi rumah biasa yang menjadi tempat tinggal bagi rakyat biasa. ''Saoraja'' memiliki 40 sampai 48 tiang sehingga berukuran lebih besar, sedangkan ''bola'' memiliki 20 sampai 30 tiang sehingga berukuran lebih kecil. Perbedaan status sosial dapat diketahui melalui bentuk tutup bubungan [[atap]] rumah yang disebut <nowiki>''</nowiki>''timpaklaja''<nowiki>''</nowiki>. ''Timpaklaja'' pada ''saoraja'' bertingkat-tingkat antara 3-5 tingkat, sedangkan timpaklaja pada bangunan ''bola'' tidak bertingkat. Semakin banyak jumlah tingkat ''timpaklaja'' maka semakin tinggi pula [[status sosial]] penghuninya.<ref>{{Cite book|last=Duli, dkk.|first=|date=2013|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/7794/1/MONUMEN%20ISLAM%20DI%20SULAWESI%20SELATAN.pdf|title=Monumen Islam Didi Sulawesi Selatan|location=Makassar|publisher=Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar|isbn=978-602-8405-50-8|pages=90|url-status=live}}</ref>
 
== Bugis perantauan ==
Baris 163 ⟶ 167:
<!--Bagian ini dipindahkan dari artikel "Pinisi" oleh Sentausa, 7 Maret 2007.-->Suku Bugis dikenal sebagai suku yang menyebar luas ke berbagai daerah di [[Indonesia]]. Orang Bugis melakukan perantauan besar-besaran di kawasan [[Nusantara]] sejak abad ke-17 Masehi. [[Koloni]]-koloni suku Bugis ditemukan di [[Kalimantan Timur]], [[Kalimantan Selatan]], [[Kota Pontianak|Pontianak]], [[Johor]], dan [[Semenanjung Malaya|Semenanjung Melayu]]. Di perantauan, koloni suku Bugis mengembangkan [[pelayaran]], [[perdagangan]], [[perikanan]], [[pertanian]] dan pembukaan lahan [[perkebunan]].<ref>{{Cite book|last=Hendraswati, Dalle, J., dan Jamalie, Z.|first=|date=2017|url=https://idr.uin-antasari.ac.id/13937/1/3-Diaspora%20Bugis%20Pagatan%202016.pdf|title=Diaspora dan Ketahanan Budaya Orang Bugis di Pagatan Tanah Bumbu|location=Yogyakarta|publisher=Penerbit Kepel Press|isbn=978-602-356-197-1|pages=2-3|url-status=live}}</ref>
 
Kepiawaian suku Bugis dalam mengarungi [[samudra]] cukup dikenal luas, dan wilayah perantauan mereka pun hingga [[Malaysia]], [[Filipina]], [[Brunei]], [[Thailand]], [[Australia]], [[Madagaskar]] dan [[Afrika Selatan]]. Bahkan, di pinggiran kota [[Cape Town]], Afrika Selatan terdapat sebuah ''suburb'' yang bernama '''Maccassar''', sebagai tanda penduduk setempat mengingat tanah asal nenek moyang mereka.<ref>{{Cite web|title=Awal Mula Suku Bugis|url=https://wajokab.go.id/page/detail/sejarah_bugis|website=https://wajokab.go.id/|access-date=2022-05-26fact}}</ref>.<!--sampai sini-->
 
Oleh karena itulah, pada daerah-daerah yang ditempati suku Bugis ini, dapat dijumpai mushaf Quran kuno. Biasanya di daerah pesisir, serupa [[Bima]], [[Sumbawa]], dan [[Bali]]. Bahkan Quran dari suku Bugis pun pernah dijumpai di [[Riau]].<ref>Permana, Fuji E.; editor: Wachidah Handasah. 10 Desember 2018. "Melestarikan Mushaf Kuno Nusantara". ''[[Republika]]''. Hlm.17</ref>
Baris 196 ⟶ 200:
== Pranala luar ==
* http://www.oxis.org/books/pelras-1996.pdf
 
 
{{etnis Malaysia}}