Volunterisme: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
(31 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''
▲'''Voluntarisme''' adalah paham yang menyatakan bahwa kehendak adalah kunci untuk segala yang terjadi dalam hidup manusia.<ref name="isme">A. Mangunhardjana. 1997. Isme-Isme dalam Etika dari A sampai Z. Yogyakarta: Kanisius. 237-239.</ref> Kehendak manusia memiliki kontrol penuh atas apa yang ia anggap baik dan benar.<ref name="Audi">Richard Foley.1995. 'Voluntarism'. Robert Audi,ed. In ''The Cambridge Dictionary of Philosophy''. Cambridge:Cambridge University Press. 844-855.</ref> Kehendak manusia menjadi dasar paling fundamental dalam pengambilan keputusan moral.<ref name="Bagus">Lorens Bagus. 2000. ''Kamus Filsafat''. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama. 1160-1164.</ref><ref name="Audi"></ref> Kehendak dipandang lebih ungguk dibandingkan hal-hal lain yang biasanya dalam etika dipandang sebagai sumber moral, seperti suara hati, kemampuan rasional, intuisi, tradisi, dan perasaan-perasaan manusia.<ref name="Bagus"></ref><ref name="Avey">Albert E. Avey. 1954. ''Handbook in the History of Philosophy''. New York: Barnes & Noble. 292</ref>
== Awal Mula ==
Istilah ini berasal dari bahasa Latin ''voluntas'' yang artinya 'kehendak'.<ref name="Bagus"
== Jenis-Jenis Volunterisme ==
==Referensi==▼
=== Voluntarisme Metafisis ===
[[Berkas:Arthur Schopenhauer Portrait by Ludwig Sigismund Ruhl 1815.jpeg|jmpl|80px|Arthur Schopenhauer]]
Volunterisme [[metafisika|metafisis]] adalah paham volunterisme yang memandang bahwa kehendak adalah inti terdalam dari realitas.<ref name="Bagus" /> Filsuf yang mendukung pandangan ini misalnya [[Arthur Schopenhauer|Schopenhauer]] dan [[Eduard von Hartmann]].<ref name="Bagus" /> Schopenhauer mengatakan bahwa dasar paling fundamental yang mengatur segala hal di dunia bukanlah rasio atau moral melainkan kehendak.<ref name="Audi" /><ref name="Simon">Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. ''Petualangan Intelektual''. Yogyakarta:Kanisius. 330-332.</ref> Lebih jelasnya, Schopenhauer mengatakan bahwa kehendak untuk hidup adalah hakikat dari segala realitas di dunia.<ref name="Simon" />
=== Volunterisme Psikologis ===
Paham volunterisme model ini menyatakan bahwa kehendak memiliki posisi lebih tinggi dibandingkan [[intelek]] manusia.<ref name="Bagus" /> Misalnya saja, [[John Duns Scotus|Yohanes Duns Scotus]] menyatakan bahwa intelek hanya merupakan tambahan bagi kehendak.<ref name="Bagus" />
=== Volunterisme Teologis ===
Paham ini percaya bahwa tatanan dunia dan segala hal di dalamnya bergantung mutlak pada kehendak [[Allah]].<ref name="Bagus" /> Contoh teolog yang termasuk jenis ini dalam taraf tertentu adalah [[Martin Luther]] dan [[William Ockham]].<ref name="Bagus" /> Mereka menjadikan seluruh [[hukum]] moral tergantung pada kemauan Allah.<ref name="Bagus" />
=== Volunterisme Epistemologis ===
Volunterisme model ini berasal dari pemikiran [[Immanuel Kant|Kant]].<ref name="Bagus" /> Kant mengatakan bahwa akal budi praktis lebih unggul ketimbang akal budi teoretis.<ref name="Bagus" />
=== Volunterisme Etis ===
[[Berkas:Nietzsche187a.jpg|jmpl|80px|ka|Friedrich Nietzsche]]
Paham voluntarisme etis ini didasarkan pada pemikiran [[Friedrich Nietzsche]].<ref name="Bagus" /> Menurut Nietzsche, kehendak untuk berkuasa adalah nilai tertinggi yang harus dicapai oleh manusia.<ref name="Bagus" />
=== Volunterisme Sejarah ===
Volunterisme [[sejarah]] menyatakan bahwa kehendak manusia adalah faktor utama berjalannya sejarah.<ref name="Audi" /> Pandangan model ini amat bertentangan dengan pandangan [[Marxisme]] terhadap sejarah.<ref name="Audi" />
==Lihat pula==
* [[Sukarelawan]]
▲== Referensi ==
{{reflist}}
{{Authority control}}
[[Kategori:Filsafat]]
[[Kategori:Etika]]
|