Sartono (politikus): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
→‎cleanup: + rm non-notable subjects; fixed infobox
 
(23 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Redirect|Sartono|kegunaan lain|Sartono (disambiguasi)}}
{{noref}}{{pemastian}}
{{Infobox Officeholder
{{Kotak info pemegang jabatan
| honorific-prefix =
|name = Sartono
|image name = Sartono.jpg
| image = Sartono, Kepartaian dan Parlementaria Indonesia (1954).jpg
|imagesize =
|caption imagesize = 200px
|office1 caption = Ketua Dewan Perwakilan Rakyat=
| office = [[Presiden Indonesia]]<br/><small>Pejabat</small>
|order1 = 1
|term_start1 term_start = [[1949]]6 Januari 1959
|term_end1 term_end = [[21 Februari 1959]]
|president1 president = [[Soekarno]]
|religion predecessor = [[IslamSoekarno]]
|predecessor1 = Tidak Ada
|successor1 successor = [[Zainul ArifinSoekarno]]
|birth_date term_start1 = {{birth23 April date|1900|8|5}}1959
| term_end1 = 2 Juli 1959
|birth_place = {{negara|Belanda}} [[Slogohimo, Wonogiri]], [[Hindia Belanda]]
| president1 = [[Soekarno]]
|death_date = {{death date and age|1968|10|15|1900|8|5}}
| predecessor1 = Tidak Ada = [[Soekarno]]
|death_place = {{negara|Indonesia}} [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]
|party successor1 = [[Partai Nasional IndonesiaSoekarno]]
|spouse office2 = [[SitiKetua Dewan Perwakilan Zaenab]]Rakyat
|order1 order2 = ke-1
|children = R.M. Gunadi{{br}}R.A. Sri Mulyati{{br}}R.A. Rukmini
|residence term_start2 = 22 Februari 1950
|alma_mater term_end2 = 22 Juli 1959
|occupation president2 = [[Soekarno]]
| deputy2 = [[Albert Mangaratua Tambunan]]<br />(1950–1956)<br />[[Arudji Kartawinata]]<br />(1950–1959)<br />[[Tadjuddin Noor]]<br />(1950–1956)<br />[[Zainul Arifin]]<br />(1956–1959)<br />[[Zainal Abidin Ahmad]]<br />(1956–1959)
|religion = [[Islam]]
| predecessor2 = ''Tidak ada, jabatan baru''
| successor2 = [[Zainul Arifin]]
|name birth_name = Sartono
| birth_date = {{tanggal lahir|1900|8|5}}
| birth_place = {{negara|Belanda}} = [[Slogohimo, Wonogiri|Slogohimo]], [[Wonogiri]], Hindia Belanda]]
| death_date = {{deathtanggal datekematian anddan ageumur|1968|10|15|1900|8|5}}
| death_place = [[Jakarta]], Indonesia
| party = [[Partai Nasional Indonesia]]<br />(1927–1931)<br />[[Partai Indonesia]]<br />(1931–1937)<br />[[Gerakan Rakyat Indonesia]]<br />(1937–1942)
| spouse = Siti Zaenab
| children = <!-- Kolom ini diisi hanya jumlah anak; hanya nama anak yang secara independen sudah terkenal atau telah memiliki artikelnya di Wikipedia; bila ada rujukan/referensi, uraikan dan tulis pada artikel -->3
|imagesize residence =
| alma_mater = [[Universitas Leiden]]
| occupation =
| religion = <!-- Kosongkan bagian ini; kolom terkait Suku, Agama dan Ras telah dinonaktifkan -->
| signature = Signature of Sartono.svg
}}
'''[[Meester in de Rechten|Mr.]] [[Priayi|Raden Mas]] '''Sartono''' ({{lahirmati|[[BaturetnoSlogohimo, Wonogiri|Slogohimo]], [[Wonogiri]]|5|8|1900|[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]|15|10|1968}}) adalah tokoh perjuangan kemerdekaanseorang [[Indonesiapengacara]] dan menteri pada [[Kabinet Presidensial|kabinet pertamapolitisi]] Republikyang Indonesia.bergerak Tokohdalam [[Partaimemperjuangkan Nasionalkemerdekaan [[Indonesia]]. (PNI)Di danmasa awal kemerdekaan, ia menjabat sebagai [[PartindoMenteri Negara]] inidi juga[[Kabinet pernahPresidensial]] menjabatbersama ketuadengan parlemen sementara ([[DPRSMohammad Amir]]) pada, [[RepublikAbdul IndonesiaWahid SerikatHasyim]], ([[1949Alexander Andries Maramis]]), dan ketua [[DewanOto PerwakilanIskandar Rakyatdi Nata]]. antaraPerjuangan tahunpolitiknya berawal dari [[1950Partai Nasional Indonesia]] sampaihingga mendirikan partai-partai politik baru, seperti [[1959Partai Indonesia]], dan pernah[[Gerakan menjabat Gubernur BankRakyat Indonesia]].
 
DilahirkanSartono terlahir sebagai keturunan bangsawan [[Suku Jawa|Jawa]], Sartonoyang berturut-turut mengikuti pendidikan di [[HISHollandsch-Inlandsche School]], [[MULOMeer Uitgebreid Lager Onderwijs]], [[AMSAlgemeene Middelbare School]], dan [[RHSRechtshoogeschool te Batavia]] yang ditamatkannya pada tahun [[1922]]. Ia kemudian meneruskan pendidikannya ke [[Universitas Leiden]] [[Belanda]] dan mendapatkan gelar ''Meester in de Rechten'' pada tahun [[1926]].
 
== Latar belakang dan keluarga ==
[[Berkas:Sartono n family.jpg|jmpl|200px|[[Bung Karno]] berada di tengah keluarga [[Sartono]]. Dari kiri ke kanan : R.A. Rukmini, Bung Karno, R.A. Sri Mulyati, Ny.Siti Zaenab, R.M. Sartono, dan R.M. Gunadi.]]
Nama Sartono, berasal dari kata [[Jawa]], yaitu ''sarto'' dan ''ono''. Arti nama tersebut ialah "keberadaannya menjadi pelengkap". Kelak dalam perjalanan hidupnya terbukti Sartono selalu menjadi pelengkap dari kekurangan masyarakat atau bangsanya. Beliau lahir dari keluarga bangsawan. Nama kedua orang tuanya adalah Raden Mas Martodikaryo dan Raden Ajeng Ramini. Ayahnya adalah cicit dari [[Mangkunegoro II]], sedangkan ibunya adalah cucu dari [[Mangkunegoro III]].
 
Sartono menikah dengan Siti Zaenab yang merupakan anak dari [[Wiryono Sastrohandoyo|Wiryowiguno]], seorang saudagar batik yang sukses dan mempunyai reputasi tinggi di kalangan masyarakat [[Solo]] pada tanggal [[26 Mei]] [[1930]]. Beliau menikah di kediaman keluarga Wiryowiguno yang terletak sekitar 100 meter dari rumah [[Samanhudi|KH Samanhudi]], pendiri [[Sarekat Islam]]. Sartono dikaruniai 3 anak yang bernama R.M. Gunadi, R.A. Sri Mulyati, dan R.A. Rukmini.
 
== Karier ==
=== Sebelum Kemerdekaan ===
Sartono mulai berjuang untuk kemerdekaan sejak usia 16 tahun, saat ia mulai memasuki pergerakan nasional, sebagai anggota [[Darmo Kondo|Darmokoro]]. Menjelang Kongres Pemuda II 28 Oktober 1928, ia termasuk yang memberi sponsor terlaksana Kongres II bersama temannya Mr. Soenario. Selama 29 tahun ia mengabdikan dirinya tanpa henti untuk mencapai cita-cita [[Indonesia]] merdeka.
 
=== Menjadi Menteri Kabinet Pertama RI ===
Baris 44 ⟶ 59:
=== Menjadi Ketua DPR ===
[[Berkas:Sartono1951.jpg|jmpl|200px|[[Sartono|Ketua DPR Sartono]] terlihat sedang melakukan rapat dengan pimpinan fraksi pada tahun [[1951]].]]
Sartono mulai duduk di meja pimpinan [[DPR RIS]] sebagai Ketua sejak keputusan sidang pertama DPR RIS disahkan oleh Presiden pada tanggal [[22 Februari]] [[1950]]. Sartono berhasil mengalahkan kedua calon lainnya yaitu [[Mohammad Yamin]] dan [[Tambunan|Mr. Tambunan]], pemungutan suara pun dilakukan sebanyak 3 kali karena baru pemungutan suara ketiga, Mr. Tambunan mengundurkan diri dan calonnya hanya dua saja. Sartono terpilih dengan perolehan suara 51, sedangkan [[Mohammad Yamin]] sebanyak 39 suara. Mereka sama-sama berasal dari [[RI]]. Setelah Sartono terpilih sebagai Ketua DPR RIS, dilakukan juga pemilihan wakil ketua I di lembaga perwakilan rakyat tersebut. Ada dua calon yang muncul, yaitu [[Albert MangaratusMangaratua Tambunan]] dan [[Latuharhary]]. Dalam pemungutan suara ternyata AM Tambunan menang dengan memperoleh dukungan sebanyak 70 suara melawan 23 suara. Untuk jabatan wakil ketua II, karena hanya ada satu calon, yaitu [[Arudji Kartawinata]], yang bersangkutan dikukuhkan sebagai wakil ketua II secara aklamasi.
 
RIS tidak berlangsung lama. Pada tanggal [[15 Agustus]] [[1950]], [[DPR RIS]], Senat dan [[BPKNP]] secara bersamaan resmi mengakhiri tugasnya karena RIS akan kembali lagi menjadi Negara Kesatuan [[RI]]. Namun, terhitung keesokan harinya, seluruh ketua, wakil ketua, dan para angota ketiga dewan perwakilan tersebut diangkat kembali menjadi anggota [[DPR]] Negara Kesatuan RI dan lazim disebut sebagai DPR Sementara mengingat para anggotanya belum dipilih melalui pemilihan umum. Sartono dan semua anggota [[DPRS]] lainnya mengangkat sumpah jabatan pada tanggal [[16 Agustus]] [[1950]] malam di Gedung DPR. Jumlah seluruh anggota DPR yang dilantik sebanyak 235 orang dengan perincian sebagai berikut: [[Masyumi]] 43, [[PNI]] 42, [[PIR]] 22, [[PKI]] 17, [[PSI]] 15, [[PRN]] 13, [[Persatuan Progressif]] 10, [[Demokrat]] 9, [[Partai Katolik]] 9, [[NU]] 8, [[Parindra]] 7, [[Partai Buruh]] 6, [[Parkindo]] 5, [[Partai Murba]] 4, [[PSII]] 4, sedangkan sisanya adalah partai-partai kecil dan golongan tak berpartai. Sidang [[DPRS]] pertama berlangsung pada tanggal [[19 Agustus]] [[1950]] dengan agenda pemilihan pimpinan DPR yang baru. Berdasarkan hasil pleno tersebut, terpilih Sartono sebagai Ketua DPR, sedangkan urutan yang bertindak sebagai wakil ketua adalah [[Tambunan|Mr. Tambunan]], [[Arudji Kartawinata]] dan [[Tadjuddin Noor|Mr. M Tadjuddin Noor]].
Baris 65 ⟶ 80:
Pada bulan [[Maret]] [[1962]], Sartono menduduki posisi baru sebagai Wakil Ketua [[Dewan Pertimbangan Agung]]. Proses pengangkatan Sartono sebagai Wakil Ketua DPA ini dimulai pada 4 Maret 1962. Pada hari itu, [[Soekarno|Presiden Soekarno]] memanggil dia, [[Abdul Haris Nasution]], [[Juanda]], dan [[Chaerul Saleh]] untuk membicarakan tentang regrouping pemerintahan agar lebih efektif. Pertemuan tersebut dilanjutkan pada keesokan harinya, tetapi yang dipanggil hanya Sartono, [[Iwa Kusumasumantri]], dan [[Arifin Harahap]]. Baru keesokan harinya pengangkatan [[Sartono]] yang menggantikan [[Roeslan Abdulgani]] sebagai Wakil Ketua DPA diumumkan. [[Sartono]] dilantik sebagai Wakil Ketua DPA pada [[8 Maret]] [[1962]], dan pada tanggal [[9 Maret]] [[1962]] sebagai Wakil Menteri Pertama Kabinet Kerja.
 
Jabatan Wakil Ketua [[DPA]] dipegang oleh Sartono berkelanjutan hingga tahun [[1966]]. Selain menduduki jabatan tersebut, Sartono juga menjabat menteri ''ex offico'' dalam berbagai kabinet yang dipimpin oleh [[Soekarno|Presiden Soekarno]]. Bahkan, dalam [[Kabinet Dwikora II|Kabinet Dwikora yang Disempurnakan]], kedudukan Sartono menjadi Menteri Kompartemen Hukum dan Dalam Negeri, di mana ia membawahi Menteri-Menteri : [[Menteri Hukum dan HAM|Kehakiman]], [[Ketua Mahkamah Agung]], [[Jaksa Agung]], dan [[Menteri Dalam Negeri|Dalam Negeri]]. Kabinet yang terkenal dengan julukan Kabinet Seratus Menteri ini hanya berumur kurang dari satu bulan. Sebagai gantinya, dibentuk [[Kabinet Dwikora III]], di mana [[Soeharto|Jenderal Soeharto]] menjabat Ketua Presidium Kabinet. Kabinet ini dilantik pada [[27 Maret]] [[1966]], sekitar dua minggu sejak terbitnya [[Supersemar|Surat Perintah 11 Maret]]. Dalam kabinet yang berakhir masa kerjanya pada [[25 Juli]] [[1966]] tersebut, Wakil Ketua DPA Sartono berkedudukan sebagai Menteri, di bawah koordinasi Wakil Perdana Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga Pemerintah [[Idham Chalid|K.H. Idham Chalid]].
 
Sewaktu di [[DPA]], Sartono tidak pernah lupa untuk selalu mengembangkan sistem demokrasi yang sehat di [[Indonesia]]. Melihat makin lemahnya penerapan demokrasi sejak pembubaran [[DPR]] hasil Pemilu, Sartono tergerak hatinya untuk menyampaikan suatu petisi. Pada tahun [[1962]], tidak berapa lama setelah diangkat sebagai Wakil Ketua DPA, Sartono melalui suatu panitia DPA mengusulkan agar pemerintah memperluas hak-hak [[demokrasi]] untuk rakyat. Salah satu rekomendasinya ialah saran untuk mencabut undang-undang darurat yang sudah beberapa lama berlaku. Pemerintahan [[Soekarno]] tidak lama kemudian mengikuti rekomendasi [[DPA]] tersebut.
Baris 84 ⟶ 99:
{{BPUPKI}}
{{lifetime|1900|1968|Sartono}}
{{indo-bio-stub}}
 
[[Kategori:Alumni Universitas Leiden]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh dari Wonogiri]]
[[Kategori:Tokoh Orde Lama]]
[[Kategori:PolitikusPejuang Partai Nasionalkemerdekaan Indonesia]]
[[Kategori:KelahiranPengacara 1900Indonesia]]
[[Kategori:Pendiri partai politik]]
[[Kategori:Politikus Hindia Belanda]]
[[Kategori:KematianPolitikus 1968Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Partai Nasional Indonesia]]
[[Kategori:Presiden Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Kabinet Presidensial]]
[[Kategori:Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia]]
[[Kategori:Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia]]
[[Kategori:TokohAnggota JawaDPR TengahRI 1956–1959]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh Orde Lama]]
[[Kategori:Politikus Partai Nasional Indonesia]]
[[Kategori:Kelahiran 1900]]
[[Kategori:Kematian 1968]]