Cut Nyak Meutia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Ainisanr (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(10 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 10:
| death_place = {{flagicon|Belanda}} [[Alue Kurieng]], [[Aceh]], [[Hindia Belanda]]
| death_cause = Gugur terkena 3 butir peluru saat bertempur dengan serdadu Belanda
| burial_place =
| monuments = Museum Rumah Cut Mutia
| nationality = {{negara|Kesultanan Aceh}} Kesultanan Aceh
Baris 24:
'''Tjoet Nyak Meutia''' ({{Lahirmati|[[Keureutoe]], [[Pirak Timur, Aceh Utara]]|15|2|1870|[[Alue Kurieng]], [[Aceh]]|24|10|1910}}) adalah [[pahlawan nasional Indonesia]] dari daerah [[Aceh]]. Ia dimakamkan di Alue Kurieng, Aceh. Ia menjadi [[Daftar pahlawan nasional Indonesia|pahlawan nasional Indonesia]] berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 107/1964 pada tahun 1964.
 
Tjoet Nyak Meutia atau Cut Meutia merupakan , anak dari hasil perkawinan antara Teuku Ben Daud Pirak dengan Cut Jah. Dalam perkawinan tersebut mereka dikaruniai 5 orang anak. Cut Meutia merupakan putri satu-satunya di dalam keluarga tersebut, sedangkan keempat saudaranya adalah laki-laki. Saudara tertua bernama Cut Beurahim disusul kemudian Teuku Muhammadsyah, Teuku Cut Hasen dan Teuku Muhammad Ali Orang tua Tjoet Nyak Meutia merupakan keturunan minangkabauasli Aceh seorang Uleebalang di desa Pirak yang berada asaldalam sijunjungdaerah sumatera'''Keuleebalangan baratKeureutoe'''. Awalnya Tjoet Meutia melakukan perlawanan terhadap Belanda bersama suaminya Teuku Muhammad atau Teuku Tjik Tunong. Namun pada bulan Maret [[1905]], Tjik Tunong berhasil ditangkap Belanda dan dihukum mati di tepi pantai [[Lhokseumawe]]. Sebelum meninggal, Teuku Tjik Tunong berpesan kepada sahabatnya Pang Nanggroe agar mau menikahi istrinya dan merawat anaknya Teuku Raja Sabi.
 
Tjoet Meutia kemudian menikah dengan Pang Nanggroe sesuai wasiat suaminya dan bergabung dengan pasukan lainnya di bawah pimpinan Teuku Muda Gantoe. Pada suatu pertempuran dengan Korps [[Marechausée]] di Paya Cicem, Tjoet Meutia dan para wanita melarikan diri ke dalam hutan. Pang Nagroe sendiri terus melakukan perlawanan hingga akhirnya tewas pada tanggal [[26 September]] [[1910]].
Baris 30:
Tjoet Meutia kemudian bangkit dan terus melakukan perlawanan bersama sisa-sisa pasukannya. Ia menyerang dan merampas pos-pos kolonial sambil bergerak menuju Gayo melewati hutan belantara. Namun pada tanggal [[24 Oktober]] [[1910]], Tjoet Meutia bersama pasukannya bentrok dengan Marechausée di Alue Kurieng. Dalam pertempuran itu Tjoet Njak Meutia gugur.
 
Pada tanggal [[19 Desember]] [[2016]], atas jasa-jasanya, Pemerintah Republik Indonesia, mengabadikannya dalam pecahan uang kertas rupiah baru Republik Indonesia, pecahan Rp1.000.<ref name="finance.detik.com_RupiahDesainBar">{{Cite web news|title=Rupiah Desain Baru Terbit Hari Ini |author= |work=detikfinance[[Detik.com|detikcom]] |date=19 Desember 2016 |accessdate={{date|2016-12-19}} |url=https://finance.detik.com/moneter/d-3374624/rupiah-desain-baru-terbit-hari-ini#key1 |language= |quote= |archivedate= |archiveurl= |dead-url=no|last=ZRF|first=Angga Aliya}}</ref>
 
== Penghargaan ==
Baris 49:
 
== Referensi ==
<references />
{{reflist}}
 
{{DEFAULTSORT:Nyak Meutia, Teuku}}
{{Pahlawan Indonesia}}
{{lifetime|1870|1910|}}
{{Authority control}}
 
{{DEFAULTSORT:Nyak Meutia, Teuku}}
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Bangsawan Aceh]]
[[Kategori:TokohKematian yang gugur dalamakibat perang]]
[[Kategori:Tokoh Aceh]]
[[Kategori:Tokoh dari Aceh Utara]]
[[Kategori:Perang Aceh]]
[[Kategori:Sejarah Aceh]]
[[Kategori:Wanita Aceh]]