Cut Nyak Meutia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Addbot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 4 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:q3656008
Ainisanr (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(44 revisi perantara oleh 33 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Person
[[Berkas:Cut Nyak Meutia.jpg|thumb|Cut Nyak Meutia]]
| name = Cut Nyak Meutia
'''Tjoet Nyak Meutia''' ([[Keureutoe]], [[Perlak|Pirak]], [[Aceh Utara]], [[1870]] - [[Alue Kurieng]], [[Aceh]], [[24 Oktober]] [[1910]]) adalah [[pahlawan nasional Indonesia]] dari daerah [[Aceh]]. Ia dimakamkan di Alue Kurieng, Aceh. Ia menjadi [[Daftar pahlawan nasional Indonesia|pahlawan nasional Indonesia]] berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 107/1964 pada tahun 1964
| image = Cut Nyak Meutia.jpg
| image_size = 175px
| caption = Cut Nyak Meutia
| birth_date = {{birth date|1870|2|15}}
| birth_place = {{negara|Kesultanan Aceh}} [[Keureutoe]], [[Perlak|Pirak]], [[Aceh Utara]], [[Kesultanan Aceh]]
| known_for = ● Pejuang [[Perang Aceh]],<br/> [[Pahlawan Nasional Indonesia]]
| death_date = {{death date and age|1910|10|24|1870|2|15}}
| death_place = {{flagicon|Belanda}} [[Alue Kurieng]], [[Aceh]], [[Hindia Belanda]]
| death_cause = Gugur terkena 3 butir peluru saat bertempur dengan serdadu Belanda
| burial_place =
| monuments = Museum Rumah Cut Mutia
| nationality = {{negara|Kesultanan Aceh}} Kesultanan Aceh
| movement = [[Perang Aceh]] Melawan Belanda
| opponents = {{flagicon|Belanda}} Hindia Belanda
| spouse = ●Teuku Syamsarif <br>●Teuku Muhammad<br>● Pang Nanggroë
| children = [[Teuku Raja Sabi]]
| parents = ●Teuku Ben Daud Pirak <br>
●Cut Jah
| family = Saudara Kandung :<br>
Teuku Cut Beurahim,<br> Teuku Muhammadsyah,<br> Teuku Cut Hasan, dan <br>Teuku Muhammad Ali.
}}
'''Tjoet Nyak Meutia''' ({{Lahirmati|[[Keureutoe]], [[Perlak|Pirak]] Timur, [[Aceh Utara]], [[|15|2|1870]] - |[[Alue Kurieng]], [[Aceh]], [[|24 Oktober]] [[|10|1910]]}}) adalah [[pahlawan nasional Indonesia]] dari daerah [[Aceh]]. Ia dimakamkan di Alue Kurieng, Aceh. Ia menjadi [[Daftar pahlawan nasional Indonesia|pahlawan nasional Indonesia]] berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 107/1964 pada tahun 1964.
 
Tjoet Nyak Meutia atau Cut Meutia merupakan , anak dari hasil perkawinan antara Teuku Ben Daud Pirak dengan Cut Jah. Dalam perkawinan tersebut mereka dikaruniai 5 orang anak. Cut Meutia merupakan putri satu-satunya di dalam keluarga tersebut, sedangkan keempat saudaranya adalah laki-laki. Saudara tertua bernama Cut Beurahim disusul kemudian Teuku Muhammadsyah, Teuku Cut Hasen dan Teuku Muhammad Ali Orang tua Tjoet Nyak Meutia merupakan keturunan asli Aceh seorang Uleebalang di desa Pirak yang berada dalam daerah '''Keuleebalangan Keureutoe'''. Awalnya Tjoet Meutia melakukan perlawanan terhadap Belanda bersama suaminya Teuku Muhammad atau Teuku Tjik Tunong. Namun pada bulan Maret [[1905]], Tjik Tunong berhasil ditangkap Belanda dan dihukum mati di tepi pantai [[Lhokseumawe]]. Sebelum meninggal, Teuku Tjik Tunong berpesan kepada sahabatnya Pang NagroeNanggroe agar mau menikahi istrinya dan merawat anaknya Teuku Raja Sabi.
 
Tjoet Meutia kemudian menikah dengan Pang NagroeNanggroe sesuai wasiat suaminya dan bergabung dengan pasukan lainnya dibawahdi bawah pimpinan Teuku Muda Gantoe. Pada suatu pertempuran dengan Korps [[Marechausée]] di Paya Cicem, Tjoet Meutia dan para wanita melarikan diri ke dalam hutan. Pang Nagroe sendiri terus melakukan perlawanan hingga akhirnya tewas pada tanggal [[26 September]] [[1910]].
 
Tjoet Meutia kemudian bangkit dan terus melakukan perlawanan bersama sisa-sisa pasukkannyapasukannya. Ia menyerang dan merampas pos-pos kolonial sambil bergerak menuju Gayo melewati hutan belantara. Namun pada tanggal [[24 Oktober]] [[1910]], Tjoet Meutia bersama pasukkannyapasukannya bentrok dengan Marechausée di Alue Kurieng. Dalam pertempuran itu Tjoet Njak Meutia gugur.
 
Pada tanggal [[19 Desember]] [[2016]], atas jasa-jasanya, Pemerintah Republik Indonesia, mengabadikannya dalam pecahan uang kertas rupiah baru Republik Indonesia, pecahan Rp1.000.<ref name="finance.detik.com_RupiahDesainBar">{{Cite news|title=Rupiah Desain Baru Terbit Hari Ini |author= |work=[[Detik.com|detikcom]] |date=19 Desember 2016 |accessdate={{date|2016-12-19}} |url=https://finance.detik.com/moneter/d-3374624/rupiah-desain-baru-terbit-hari-ini#key1 |language= |quote= |archivedate= |archiveurl= |dead-url=no|last=ZRF|first=Angga Aliya}}</ref>
 
== Penghargaan ==
* [[Pahlawan Nasional Indonesia]] dari Aceh.
* Mata Uang Nominal 1.000 Rupiah
 
Nama Cut Meutia juga diabadikan di beberapa tempat:
* Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia, Aceh Utara.
* Museum Rumah Cut Meutia, Aceh Utara
* [[Masjid Cut Meutia]], Jakarta Pusat.
* Taman Cut Meutia, Bekasi, Jawa Barat.
* Dan beberapa nama - nama Jalan di Indonesia.
 
== Tempat Peristirahatan ==
Pasukan Belanda menggencarkan pengejaran terhadap pasukan Cut Meutia pada bulan Oktober 1910. Hal itu membuat Cut Meutia memindahkan pasukannya dari gunung ke gunung untuk menghindari pengepungan yang dilakukan Belanda.
 
Hingga pada tanggal 24 Oktober 1910 di daerah Alue Kurieng, terjadi pertempuran sengit antara pasukan Belanda dan pasukan yang dipimpin Cut Meutia. Dalam pertempuran ini Cut Meutia gugur. Sebelum wafat, Cut Meutia menitipkan anaknya kepada Teuku Syech Buwah untuk dijaga.<ref>{{Cite web|url=https://www.tagar.id/siapa-cut-meutia-namanya-jadi-rs-covid19-di-aceh|title=Siapa Cut Meutia, Namanya Jadi RS Covid-19 di Aceh|last=News|first=Tagar|date=2017-12-23|website=TAGAR|language=id|access-date=2020-04-27}}</ref>
 
== Referensi ==
<references />
 
Tjoet Meutia kemudian menikah dengan Pang Nagroe sesuai wasiat suaminya dan bergabung dengan pasukan lainnya dibawah pimpinan Teuku Muda Gantoe. Pada suatu pertempuran dengan Korps [[Marechausée]] di Paya Cicem, Tjoet Meutia dan para wanita melarikan diri ke dalam hutan. Pang Nagroe sendiri terus melakukan perlawanan hingga akhirnya tewas pada tanggal 26 September 1910.
Tjoet Meutia kemudian bangkit dan terus melakukan perlawanan bersama sisa-sisa pasukkannya. Ia menyerang dan merampas pos-pos kolonial sambil bergerak menuju Gayo melewati hutan belantara. Namun pada tanggal 24 Oktober 1910, Tjoet Meutia bersama pasukkannya bentrok dengan Marechausée di Alue Kurieng. Dalam pertempuran itu Tjoet Njak Meutia gugur.
{{DEFAULTSORT:Nyak Meutia, Teuku}}
{{Pahlawan Indonesia}}
{{lifetime|1870|1910|}}
{{Authority control}}
 
{{DEFAULTSORT:Nyak Meutia, Teuku}}
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Bangsawan Aceh]]
[[Kategori:TokohKematian yang gugur dalamakibat perang]]
[[Kategori:Tokoh Aceh]]
[[Kategori:Tokoh dari Aceh Utara]]
[[Kategori:Perang Aceh]]
[[Kategori:Sejarah Aceh]]
[[Kategori:Wanita Aceh]]