Arjuna: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Arjuna dalam ''Bharatayuddha'': EYD, replaced: di akhiri → diakhiri using AWB |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(44 revisi perantara oleh 27 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{TMH Infobox|
| Image =
| Caption =
| Nama = Arjuna
| Kasta = Kesatria
Baris 10:
| Nama_lain = Permadi, Parta, Dananjaya, Parantapa, Kaunteya, Palguna, Jisnu, Kerti, Bharatasresta, Sawyasachi, Swetawahana, Wrehatnala; [[Arjuna#Etimologi dan nama lain|dan lain-lain]].
| Asal = [[Hastinapura]], [[Kerajaan Kuru]]
| Senjata = Panah [[Pasupati]], Brahmastra, Busur Gandiwa{{br}}Versi wayang: Ardedali, Sarotama, Keris Pulanggeni,
| Wahana = Kereta yang ditarik empat kuda putih, dengan panji berlambang monyet ([[Hanoman]])
|
|
| Istri = [[Dropadi]]{{br}}[[Ulupi]]{{br}}[[Citrānggadā]]{{br}}[[Subadra]]
| Ayah = [[
| Ibu = [[Kunti]]
| Anak = [[Pancawala|
}}
'''Arjuna''' {{Sanskerta|अर्जुन|Arjuna}} adalah nama seorang tokoh [[protagonis]] dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]''. Ia dikenal sebagai anggota [[Pandawa]] yang berparas menawan dan berhati lemah lembut. Dalam ''Mahabharata'' diriwayatkan bahwa ia merupakan putra Prabu [[Pandu]], raja di [[Hastinapura]] dengan [[Kunti]] atau Perta, putri Prabu [[Surasena]], raja [[Yadawa|Wangsa Yadawa]] di [[Mathura]]. ''Mahabharata'' mendeskripsikan Arjuna sebagai teman dekat [[Kresna]], yang disebut dalam kitab ''[[Purana]]'' sebagai [[awatara]] (penjelmaan) [[Wisnu|Dewa Wisnu]]. Hubungan antara Arjuna dan Kresna sangat erat, sehingga Arjuna meminta kesediaannya sebagai penasihat sekaligus kusir kereta Arjuna saat perang antara [[Pandawa]] dan [[Korawa]] berkecamuk (''[[Bharatayuddha]]''). Dialog antara Kresna dan Arjuna sebelum perang Bharatayuddha berlangsung terangkum dalam suatu kitab tersendiri yang disebut ''[[Bhagawadgita]]'', yang secara garis besar berisi wejangan suci yang disampaikan oleh Kresna karena Arjuna mengalami keragu-raguan untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang kesatria di medan perang.<ref name="bg_commentary">{{cite book|last=Fowler|first=Jeaneane Fowler, Merv|title=Bhagavad Gita: A Text & Commentary for Students|publisher=Sussex Academic|location=Brighton|isbn=9781845193461}}</ref>
== Etimologi dan nama lain ==
Dalam [[bahasa Sanskerta]], secara [[harfiah]] kata ''Arjuna'' berarti "bersinar terang", "putih"
* Arjuna ({{Unicode|अर्जुन}} ''Arjuna''): yang tak ternoda dan bersinar keperakan.
* Palguna ({{Unicode|फल्गुन}} ''Phalguna''): yang lahir ketika bintang ''Uttarā Phālgunī'' berada di [[zenith]].
* Jisnu ({{Unicode|जिष्णु}} ''Jiṣṇu''): yang hebat ketika marah.
* Kiriti ({{Unicode|किरीटिं}} ''Kirīṭin''): yang bermahkota indah (''kiriti'') pemberian Dewa [[Indra]].
* Swetawahana ({{Unicode|श्वेतवाहन}} ''Śvetavāhana''): yang memiliki wahana berwarna putih.
* Bibatsu ({{Unicode|बिभत्सुः}} ''Bibhatsuḥ''): yang tidak pernah bertarung secara curang.
* Wijaya ({{Unicode|विजय}} ''Vijaya''): yang berjaya, merujuk kepada prestasi Arjuna yang selalu memenangkan pertempuran yang dihadapinya.
* Parta ({{Unicode|पार्थ}} ''Pārtha''): [[matronim]] dari [[Kunti|Perta]], secara harfiah berarti "anak Perta" (nama lain [[Kunti]]).
* Sawyasaci ({{Unicode|सव्यसाचिं}} ''Savyasācin''): yang bisa menggunakan kedua tangannya untuk menembakkan anah panah.
* Dananjaya ({{Unicode|धनंजय}} ''Dhanaṅjaya''): yang mahir menguasai busur panah (''dhanu'').
Baris 56:
== Masa muda dan pendidikan ==
Arjuna dididik bersama dengan saudara-saudaranya yang lain (para [[Pandawa]] dan [[Korawa]]) oleh [[Drona]]. Kemahirannya dalam ilmu memanah sudah tampak sejak kecil. Pada usia muda ia mendapat gelar ''Maharathi'' atau "kesatria terkemuka". Dalam suatu ujian, Drona meletakkan burung kayu pada pohon, lalu menyuruh muridnya satu-persatu untuk membidik burung tersebut, kemudian menanyakan apa saja yang sudah mereka lihat. Banyak murid yang menjawab bahwa mereka melihat pohon, cabang, ranting, dan segala sesuatu yang dekat dengan burung tersebut, termasuk burung itu sendiri. Ketika tiba giliran Arjuna untuk membidik, Drona menanyakan apa yang dilihatnya. Arjuna menjawab bahwa ia hanya melihat burung saja, tidak melihat benda yang lainnya. Hal itu membuat Drona kagum dan meyakinkannya bahwa Arjuna sudah pintar.
Pada suatu hari, ketika [[Drona]] sedang mandi di [[sungai Gangga]], seekor [[buaya]] datang mengigitnya. Drona dapat membebaskan dirinya dengan mudah,
== Arjuna mendapatkan Dropadi ==
Dalam ''[[Adiparwa]]'' diceritakan bahwa [[Duryodana]]—salah satu [[Korawa]]—menganjurkan agar Pandawa beserta ibunya ([[Kunti]]) berlibur di suatu rumah di luar kerajaan. Sesungguhnya Duryodana telah mempersiapkan agar rumah tersebut dapat terbakar dengan mudah, karena ia membenci para Pandawa, terutama [[Bima (Mahabharata)|Bima]]. [[Widura]], paman para Pandawa dan Korawa yang waspada meminta agar para Pandawa berhati-hati dan mempersiapkan cara untuk menghadapi kemungkinan buruk yang dapat terjadi. Saat para Pandawa menginap, Purocana, pesuruh Duryodana membakar rumah tersebut. Para Pandawa beserta ibunya berhasil lolos melalui terowongan yang telah digali sebelumnya. Mereka melarikan diri ke tengah hutan dan menumpang di rumah penduduk sekitar.
Pada suatu ketika, sekelompok [[brahmana]] berkumpul di tempat para Pandawa melarikan diri. Mereka membicarakan sebuah [[sayembara]] yang akan diadakan di [[Kerajaan Panchala]]. Para Pandawa datang ke tempat sayembara dengan menyamar sebagai kaum brahmana. Raja [[Drupada]] dari Panchala mengadakan sayembara untuk mendapatkan [[Dropadi]], putrinya. Sebuah ikan kayu diletakkan di atas kubah balairung, dan di bawahnya terdapat kolam yang memantulkan bayangan ikan yang berada di atas. Aturan menyebutkan bahwa siapa pun yang berhasil memanah ikan tersebut dengan hanya melihat pantulannya di kolam, maka ia berhak mendapatkan Dropadi.
Berbagai kesatria mencoba melakukannya,
== Perjalanan menjelajahi Bharatawarsha ==
[[Berkas:Ravi Varma-Arjuna and Subhadra.jpg|
Pada suatu hari, ketika Pandawa sedang memerintah kerajaannya di [[Indraprastha]], seorang pendeta masuk ke istana dan melapor bahwa pertapaannya diganggu oleh para [[raksasa (mitologi Hindu)|raksasa]]. Arjuna bergegas mengambil senjatanya,
Arjuna menghabiskan masa pengasingannya dengan menjelajahi penjuru [[Bharatawarsha]] atau daratan [[Kerajaan pada zaman India kuno|India Kuno]]. Ketika sampai di [[sungai Gangga]], Arjuna bertemu dengan [[Ulupi]], putri Naga Korawya dari istana naga atau Nagaloka. Arjuna terpikat dengan kecantikan Ulupi lalu menikah dengannya. Dari hasil perkawinannya, ia dikaruniai seorang putra yang diberi nama [[Irawan]].<ref>{{cite book|title=The Mahabharata, Book 1 of 18: Adi Parva|publisher=Forgotten Books|isbn=9781605066110|pages=513–515}}</ref> Setelah itu, ia melanjutkan perjalanannya menuju wilayah pegunungan [[Himalaya]]. Setelah mengunjungi sungai-sungai suci yang ada di sana, ia berbelok ke selatan. Ia sampai di sebuah negeri yang bernama [[Manipura]]. Raja negeri tersebut bernama Citrasena. Ia memiliki seorang puteri yang sangat cantik bernama [[Citrānggadā]]. Arjuna jatuh cinta kepada putri tersebut dan hendak menikahinya,
Setelah meninggalkan [[Manipura]], ia meneruskan perjalanannya menuju arah selatan. Dia sampai di lautan yang mengapit [[Bharatawarsha]] di sebelah selatan, setelah itu ia berbelok ke utara. Ia berjalan di sepanjang pantai Bharatawarsha bagian barat. Dalam pengembaraannya, Arjuna sampai di pantai Prabasa (Prabasatirta) yang terletak di dekat [[Dwaraka]], yang kini dikenal sebagai [[Gujarat]]. Di sana ia menyamar sebagai seorang pertapa untuk mendekati adik [[Kresna]] yang bernama [[Subadra]], tanpa diketahui oleh siapa pun. Atas perhatian dari [[Baladewa]], Arjuna mendapat tempat peristirahatan yang layak di taman Subadra. Meskipun rencana untuk membiarkan dua pemuda tersebut tinggal bersama ditentang oleh Kresna,
[[Baladewa]] marah setelah mendengar kabar bahwa [[Subadra]] telah kabur bersama Arjuna. [[Kresna]] meyakinkan bahwa Subadra pergi atas kemauannya sendiri, dan Subadra sendiri yang mengemudikan kereta menuju [[Indraprastha]], bukan Arjuna. Kresna juga mengingatkan Baladewa bahwa dulu ia menolak untuk membiarkan kedua pasangan tersebut tinggal bersama,
== Pembakaran hutan Kandawa ==
Dalam bagian akhir ''[[Adiparwa]]'' diriwayatkan peristiwa pembakaran hutan Kandawa serta pertemuan Arjuna dengan arsitek bernama [[Mayasura]]. Kisah tersebut diawali dengan acara pengembaraan Arjuna dan [[Kresna]] di tepi [[sungai Yamuna]]. Di tepi hutan tersebut terdapat hutan lebat yang bernama Kandawa. Di sana mereka bertemu dengan [[Agni]], [[Dewa (Hindu)|dewa]] [[api]]. Agni berkata bahwa hutan Kandawa seharusnya telah musnah dilalap api,
▲Dalam bagian akhir ''[[Adiparwa]]'' diriwayatkan peristiwa pembakaran hutan Kandawa serta pertemuan Arjuna dengan arsitek bernama [[Mayasura]]. Kisah tersebut diawali dengan acara pengembaraan Arjuna dan [[Kresna]] di tepi [[sungai Yamuna]]. Di tepi hutan tersebut terdapat hutan lebat yang bernama Kandawa. Di sana mereka bertemu dengan [[Agni]], [[Dewa (Hindu)|dewa]] [[api]]. Agni berkata bahwa hutan Kandawa seharusnya telah musnah dilalap api, namun [[Indra]] selalu menurunkan hujannya untuk melindungi temannya yang bernama [[Taksaka]], yang hidup di hutan tersebut. Maka, Agni memohon agar Kresna dan Arjuna bersedia membantunya menghancurkan hutan Kandawa. Kresna dan Arjuna bersedia membantu Agni, namun terlebih dahulu mereka meminta agar Agni menyediakan senjata kuat bagi mereka berdua untuk menghalau gangguan yang akan muncul. Kemudian Agni memanggil [[Baruna]], [[Dewa (Hindu)|dewa]] [[laut]]an. Baruna memberikan [[busur]] suci bernama [[Gandiwa]], [[kereta perang]] dengan empat kuda dihias bendera berlambang monyet, serta tabung berisi anak [[panah]] dengan jumlah tak terbatas kepada Arjuna.<ref name="menon302">{{cite book|last=Menon|first=[translated by] Ramesh|title=The Mahabharata : a modern rendering|year=2006|publisher=iUniverse, Inc.|location=New York|isbn=9780595401871|pages=302–304}}</ref> Untuk Kresna, Baruna memberikan [[Cakra Sudarsana]]. Dengan senjata tersebut, mereka berdua menjaga agar Agni mampu melalap hutan Kandawa sampai habis.<ref name="autogenerated518">{{cite book|title=Mahabharata of Krishna-Dwaipayana Vyasa.|year=2008|publisher=The Echo Library|location=Teddington, Middlesex|isbn=9781406870459|pages=518–520}}</ref>
Dalam proses pembakaran hutan Kandawa, Arjuna menyelamatkan seorang [[asura]] yang mahir merancang bangunan, namanya [[Mayasura]].<ref name="autogenerated518"/> Sebagai balas budi, Mayasura berjanji bahwa ia akan membangun sebuah istana untuk [[Yudistira]], kakak Arjuna. Oleh karena Mayasura merupakan arsitek yang cekatan, maka merupakan hal yang mudah baginya untuk membangun balairung akbar sekaligus istana megah bagi para Pandawa di [[Indraprastha]].<ref>{{cite book|last=Verma|first=retold by Virendra|title=The Mahābhārata : (the great epic of ancient India)|year=1989|publisher=Pitambar Pub. Co.|location=New Delhi|isbn=9788120907324|page=28|coauthors=Verma, Shanti}}</ref> Pembangunan istana megah tersebut mengawali jilid kedua ''Mahabharata'' yang berjudul ''[[Sabhaparwa]]''. Dalam buku tersebut diceritakan bahwa demi merebut kekayaan para Pandawa, [[Duryodana]] menantang mereka bermain dadu dengan taruhan harta masing-masing. Pada akhirnya para Pandawa kalah, dan riwayat mereka selanjutnya diceritakan dalam ''[[Wanaparwa]]''.
== Pertapaan Arjuna ==
[[Berkas:Kiratarjuniya.jpg|
[[File:Urvashi curses Arjuna.jpg|right|260px|thumb|[[Urwasi]] mengutuk Arjuna. Ilustrasi dari ''Mahabharata'' terbitan Gorakhpur Geeta Press, ditulis ulang oleh Ramanarayanadatta Astri.]]-->
Dalam kitab ''[[Wanaparwa]]'' diriwayatkan kejadian setelah para [[Pandawa]]—yang dipimpin [[Yudistira]]—kalah bermain dadu melawan para [[Korawa]] yang dipimpin [[Duryodana]]. Sesuai ketentuan permainan tersebut, maka para Pandawa beserta [[Dropadi]] mengasingkan diri ke hutan (''wana'' dalam [[bahasa Sanskerta|bhs. Sanskerta]]). Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh Arjuna untuk bertapa demi memperoleh kesaktian dalam peperangan melawan para sepupunya. Arjuna memilih lokasi bertapa di gunung Indrakila. Dalam usahanya, ia diuji oleh tujuh [[bidadari]] yang dipimpin oleh [[Supraba]],
Setelah mendapat anugerah dari Dewa [[Indra]], Arjuna memperkuat tapanya ke hadapan Dewa [[Siwa]]. Siwa yang terkesan dengan tapa Arjuna kemudian mengirimkan seekor babi hutan berukuran besar. Ia menyeruduk gunung Indrakila hingga bergetar. Hal tersebut membuat Arjuna terbangun dari tapanya. Karena ia melihat seekor babi hutan sedang mengganggu tapanya, maka ia segera melepaskan anak panahnya untuk membunuh babi tersebut. Di saat yang bersamaan, [[Siwa]] datang dan menyamar sebagai pemburu, turut melepaskan anak panah ke arah babi hutan yang dipanah oleh Arjuna. Karena kesaktian dewa, kedua anak panah yang menancap di tubuh babi hutan itu menjadi satu. Pertengkaran hebat terjadi antara Arjuna dan [[Siwa]] yang menyamar menjadi pemburu. Mereka sama-sama mengaku telah membunuh babi hutan siluman,
Setelah menerima senjata pasupati, Arjuna dijemput oleh para penghuni kahyangan untuk menuju kediaman [[Indra]], raja para dewa. Di sana Arjuna menghabiskan waktu selama beberapa tahun. Di sana pula Arjuna bertemu dengan bidadari [[Urwasi]]. Karena Arjuna tidak mau menikahi bidadari Urwasi, maka Urwasi mengutuk Arjuna agar kelak menjadi banci (peran Arjuna sebagai banci diceritakan sebagai dalam buku ''[[Wirataparwa]]''). Kutukan itu dimanfaatkan oleh Arjuna pada saat para Pandawa menyelesaikan hukuman pembuangan mereka dalam hutan. Setelah menyelesaikan hukuman pembuangan, Pandawa beserta [[Dropadi]] berlindung di [[kerajaan Wirata]]. Sesuai dengan perjanjian yang sah—sebagai akibat kekalahan saat bermain dadu—maka para Pandawa beserta Dropadi harus hidup dalam penyamaran selama satu tahun. Maka dari itu, para Pandawa beserta Dropadi harus menyembunyikan identitas asli mereka dan hidup sebagai orang lain. Di sana Arjuna menyamar sebagai guru tari yang banci, dengan nama samaran ''Brihanala''.<ref>{{cite book|last=Kapoor|first=edited by Subodh|title=The Indian Encyclopaedia: Biographical, Historical, Religious, Administrative, Ethnological, Commercial and Scientific|year=2002|publisher=Cosmo Publications|location=New Delhi|isbn=9788177552577|page=4462|edition=1st ed.}}</ref> Meskipun demikian, Arjuna telah berhasil membantu putra mahkota kerajaan Wirata, yaitu pangeran [[Utara (Mahabharata)|Utara]], dengan menghalau musuh yang hendak menyerbu kerajaan Wirata.
== Persiapan perang ==
[[Berkas:Arjuna chooses Krishna.jpg
Setelah menjalani masa pembuangan selama 13 tahun dan masa penyamaran selama setahun, para [[Pandawa]] ingin memperoleh kembali kerajaannya. Namun hak mereka ditolak dengan tegas oleh [[Duryodana]], bahkan ia menantang untuk berperang. Demi kerajaannya, para Pandawa setuju untuk melakukan perang. Sebelum perang terjadi, Kresna melakukan misi perdamaian,
=== Arjuna menerima ''Bhagawadgita'' ===
Baris 110 ⟶ 107:
== Arjuna dalam ''Bharatayuddha'' ==
Dalam [[perang di Kurukshetra|pertempuran di Kurukshetra]], atau [[Bharatayuddha]], Arjuna bertarung dengan para kesatria dari pihak [[Korawa]], dan tidak jarang ia membunuh mereka, termasuk panglima besar pihak Korawa yaitu [[Bisma]]. Di awal pertempuran, Arjuna masih dibayangi oleh kasih sayang Bisma sehingga ia masih segan untuk membunuhnya. Hal itu membuat [[Kresna]] marah berkali-kali, dan Arjuna berjanji bahwa kelak ia akan mengakhiri nyawa Bisma. Pada pertempuran
Pada pertempuran
== Kehidupan setelah ''Bharatayuddha'' ==
Tak lama setelah [[Bharatayuddha]] berakhir, [[Yudistira]] diangkat menjadi Raja [[kerajaan Kuru|Kuru]] dengan pusat pemerintahan di [[Hastinapura]]. Untuk menengakkan [[dharma]] di seluruh [[Bharatawarsha]], sekaligus menaklukkan para raja kejam dengan pemerintahan tiran, maka Yudistira menyelenggarakan [[Aswamedha]]-[[yadnya]]. Upacara tersebut dilakukan dengan melepaskan seekor [[kuda]] dan kuda itu diikuti oleh Arjuna beserta para prajurit. Daerah yang dilalui oleh kuda tersebut menjadi wilayah [[Kerajaan Kuru]]. Ketika Arjuna sampai di [[Manipura]], ia bertemu dengan [[Babruwahana]], putra Arjuna yang tidak pernah melihat wajah ayahnya semenjak kecil. Babruwahana bertarung dengan Arjuna, dan berhasil membunuhnya. Ketika Babruwahana mengetahui hal yang sebenarnya, ia sangat menyesal. Atas bantuan [[Ulupi]] dari negeri Naga, Arjuna hidup kembali.
Tiga puluh enam tahun setelah Bharatayuddha berakhir, [[Dinasti Yadu]] musnah di Prabhasatirtha karena perang saudara. [[Kresna]] dan [[Baladewa]], yang konon merupakan [[kesatria]] paling sakti dalam dinasti tersebut, ikut tewas namun tidak dalam waktu yang bersamaan. Setelah berita kehancuran itu disampaikan oleh Daruka, Arjuna datang ke [[kerajaan Dwaraka]] untuk menjemput para wanita dan anak-anak. Sesampainya di Dwaraka, Arjuna melihat bahwa kota gemerlap tersebut telah sepi. [[Basudewa]] yang masih hidup, tampak terkulai lemas dan kemudian wafat di mata Arjuna. Sesuai dengan amanat yang ditinggalkan Kresna, Arjuna mengajak para wanita dan anak-anak untuk mengungsi ke [[Kurukshetra]]. Dalam perjalanan, mereka diserang oleh segerombolan perampok. Arjuna berusaha untuk menghalau serbuan tersebut,
Setelah Arjuna berhasil menjalankan misinya untuk menyelamatkan sisa penghuni Dwaraka, ia pergi menemui [[Resi]] [[Byasa]] demi memperoleh petunjuk. Arjuna mengadu kepada Byasa bahwa kekuatannya menghilang pada saat ia sangat membutuhkannya. Byasa yang bijaksana sadar bahwa itu semua adalah takdir Tuhan. Byasa menyarankan bahwa sudah selayaknya para Pandawa meninggalkan kehidupan duniawi. Setelah mendapat nasihat dari Byasa, para Pandawa spakat untuk melakukan perjalanan suci menjelajahi [[Bharatawarsha]].
Baris 126 ⟶ 122:
== Adaptasi dalam kebudayaan Indonesia ==
[[Berkas:Wayang Bali.jpg|
Di [[Nusantara]], tokoh Arjuna juga dikenal dan sudah terkenal dari dahulu kala. Arjuna terutama menjadi populer di daerah [[Jawa]], [[Bali]], [[Pulau Madura|Madura]], dan [[Lombok]]. Di Jawa dan kemudian di Bali, Arjuna menjadi tokoh utama dalam beberapa ''[[kakawin]]'', seperti misalnya ''[[Kakawin Arjunawiwāha]]'', ''[[Kakawin Pārthayajña]]'', dan ''[[Kakawin Pārthāyana]]'' (juga dikenal dengan nama ''Kakawin Subhadrawiwāha''. Selain itu Arjuna juga didapatkan dalam beberapa relief candi di pulau Jawa misalkan [[candi Surowono]].
=== Arjuna dalam pewayangan Jawa ===
[[Berkas:Arjuna-kl.jpg|
[[Berkas:Arjun.JPG|
Arjuna merupakan seorang tokoh ternama dalam dunia [[wayang|pewayangan]] dalam budaya Jawa Baru. Beberapa ciri khas Arjuna versi pewayangan mungkin berbeda dengan ciri khas Arjuna dalam kitab [[Mahabharata|Mahābhārata]] versi [[India]] dengan [[bahasa Sanskerta]]. Dalam dunia pewayangan, Arjuna digambarkan sebagai seorang [[kesatria]] yang gemar berkelana, bertapa, dan berguru. Selain menjadi murid [[Drona|Resi Drona]] di Padepokan Sukalima, ia juga menjadi murid Resi Padmanaba dari Pertapaan Untarayana. Arjuna pernah menjadi [[brahmana]] di Goa Mintaraga, bergelar Bagawan Ciptaning. Ia dijadikan kesatria unggulan para dewa untuk membinasakan [[Niwatakawaca|Prabu Niwatakawaca]], raja raksasa dari negara Manimantaka. Atas jasanya itu, Arjuna dinobatkan sebagai raja di Kahyangan Dewa Indra, bergelar Prabu Karitin. dan mendapat anugrah pusaka-pusaka sakti dari para dewa, antara lain: Gendewa (dari [[Indra|Bhatara Indra]]), Panah Ardadadali (dari [[Kubera|Bhatara Kuwera]]), Panah Cundamanik (dari [[Narada|Bhatara Narada]]). Setelah perang [[Bharatayuddha]], Arjuna menjadi raja di Negara Banakeling, bekas kerajaan [[Jayadrata]].
Baris 147 ⟶ 143:
# Dewi Jimambang, berputra Kumaladewa dan Kumalasakti
# Dewi Ratri, berputra Bambang Wijanarka
#
#
# Dewi [[Manuhara]], berputra Endang Pregiwa dan Endang Pregiwati
#
# Dewi Antakawulan, berputra Bambang Antakadewa
# Dewi Juwitaningrat, berputra Bambang Sumbada
|