Yudistira: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(47 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{TMH Infobox|
| Image =
| Caption =
| Nama =
| Devanagari = युधिष्ठिर
| Ejaan_Sanskerta =
| Kitab = ''[[Mahabharata]]'', ''[[Bhagawatapurana]]''
| Tokoh = ''Mahabharata''
| Nama_lain = Bharata, Ajatasatru, Dharmaraja, Kurunandana, Puntadewa (Jawa) [[#etimologi|dan lain-lain]]
| Tempat = [[Hastinapura]], [[Indraprastha]]
| Asal = [[Hastinapura]], [[Kerajaan Kuru]]
| Dinasti = [[Dinasti Candra|Candra]]
| Klan = [[Kuru (raja)|Kuru]]
|
|
| Ayah = [[Yama]] (''de facto''){{br}}[[Pandu]] (''sah'')
| Ibu = [[Kunti]]
| Istri = [[
| Anak = [[Pancawala|Pratiwindya]] (dari
}}
{{HastinaRaja}}
'''Yudistira''' {{Sanskerta|युधिष्ठिर|Yudhiṣṭhira}} alias '''Dharmawangsa''', adalah salah satu tokoh [[protagonis]] dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]''. Ia merupakan seorang raja yang memerintah [[kerajaan Kuru]], dengan pusat pemerintahan di [[Hastinapura]]. Ia merupakan yang tertua di antara lima [[Pandawa]], atau para putra [[Pandu]]. Dalam tradisi [[wayang|pewayangan]], Yudistira diberi gelar ''[[prabu]]'' dan memiliki julukan Puntadewa, sedangkan kerajaannya disebut dengan nama [[Indraprastha|Kerajaan Amarta]].
== Etimologi ==
Nama ''Yudistira'' dibentuk dari kata ''yuddha'' (युद्ध; 'perang') dan ''sthira'' (स्थिर; 'teguh'),<ref>{{Cite web|last=www.wisdomlib.org|date=2010-12-26|title=Yudhishthira, Yudhiṣṭhira, Yudhisthira: 15 definitions|url=https://www.wisdomlib.org/definition/yudhishthira|website=www.wisdomlib.org|access-date=2020-09-08}}</ref> yang dalam [[bahasa Sanskerta]] bermakna "teguh
Beberapa julukan lain yang dimiliki Yudhisthira adalah ''Kururaja'' (कुरुराज, "pemuka bangsa [[Kuru (raja)|Kuru]]"), ''Kurunandana'' (कुरुनन्दन, "kesayangan [[Dinasti Kuru]]"), Kurupati (कुरुपति, "raja [[Dinasti Kuru]]"), ''[[Pandawa]]'' (पान्दव, "putra [[Pandu]]"), Parta (पार्थ, "putra [[Kunti|Prita]] atau [[Kunti]]").
Beberapa di antara nama-nama di atas juga dipakai oleh tokoh-tokoh Dinasti Kuru lainnya, misalnya [[Arjuna]], [[Bisma]], dan [[Duryodana]]. Selain nama-nama di atas, dalam versi pewayangan Jawa masih terdapat beberapa nama atau julukan yang lain lagi untuk Yudistira, misalnya: ''Puntadewa'' ("derajat keluhurannya setara para [[dewa]]"), ''Yudistira'' ("pandai memerangi nafsu pribadi"), ''Gunatalikrama'' ("pandai bertutur bahasa"), ''Samiaji'' ("menghormati orang lain bagai diri sendiri").
== Kelahiran ==
Yudistira adalah
Kisah dalam [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]] agak berbeda. Menurut versi ini, Puntadewa merupakan anak kandung Pandu yang lahir di istana [[Hastinapura]]. Kedatangan [[Bhatara]] [[Dharma]] hanya sekadar menolong kelahiran Puntadewa dan memberi restu untuknya. Berkat bantuan dewa tersebut, Puntadewa lahir melalui ubun-ubun [[Kunti]]. Dalam pewayangan Jawa, nama Puntadewa lebih sering dipakai, sedangkan nama Yudistira baru digunakan setelah ia dewasa dan menjadi raja. Versi ini melukiskan Puntadewa sebagai seorang manusia berdarah putih, yang merupakan kiasan bahwa ia adalah sosok berhati suci dan selalu menegakkan kebenaran.
== Masa
Yudistira dan keempat adiknya, yaitu [[Bima (
Pandawa dan Korawa kemudian mempelajari [[ilmu]] [[agama]], [[hukum]], dan [[tata negara]] daripada [[Resi]] [[Krepa]]. Dalam pendidikan tersebut, Yudistira tampil sebagai murid yang paling pandai. Krepa sangat mendukung apabila tahta Hastinapura diserahkan kepada Pandawa tertua itu. Setelah itu, Pandawa dan Korawa berguru ilmu perang kepada [[Resi]] [[Drona]]. Dalam pendidikan kedua ini, [[Arjuna]] tampil sebagai murid yang paling pandai, terutama dalam ilmu [[panah|memanah]]. Sementara itu, Yudistira sendiri lebih terampil dalam menggunakan [[senjata]] [[tombak]].
== Pembakaran ''Laksagraha'' ==
Selama [[Pandu]] hidup di hutan sampai akhirnya meninggal dunia, tahta [[Hastinapura]] untuk sementara dipegang oleh kakaknya, yaitu [[Dretarastra]], ayah para [[Korawa]]. Ketika Yudistira menginjak usia dewasa, sudah tiba saatnya bagi Dretarastra untuk menyerahkan tahta kepada Yudhisthira, selaku putera sulung Pandu. Sementara itu putera sulung Dretarastra, yaitu [[Duryodana]] berusaha keras merebut tahta dan menyingkirkan [[Pandawa]]. Dengan bantuan pamannya dari pihak ibu, yaitu [[Sangkuni]], Duryodana pura-pura menjamu kelima sepupunya itu dalam sebuah gedung di Waranawata, dimana gedung itu terbuat dari bahan yang mudah terbakar.▼
▲Selama [[Pandu]] hidup di hutan sampai akhirnya meninggal dunia, tahta [[Hastinapura]] untuk sementara dipegang oleh kakaknya, yaitu [[Dretarastra]], ayah para [[Korawa]]. Ketika Yudistira menginjak usia dewasa, sudah tiba saatnya bagi Dretarastra untuk menyerahkan tahta kepada Yudhisthira, selaku
== Pernikahan dengan Dropadi ==▼
Setelah selamat dari konspirasi pembunuhan oleh [[Duryodana]] dan [[Sangkuni]], para Pandawa dan Kunti pergi melintasi kota Ekachakra, lalu tinggal sementara di [[kerajaan Panchala]]. [[Arjuna]] berhasil memenangkan [[sayembara]] di kerajaan tersebut dan memperoleh seorang putri cantik yang bernama [[Dropadi]]. Tanpa sengaja Kunti memerintahkan agar Dropadi dibagi lima. Akibatnya, Dropadi pun menjadi istri kelima Pandawa. Dari perkawinan dengan Yudistira, Dropadi melahirkan Pratiwindya.<ref>{{cite book|last=Kapoor|first=edited by Subodh|title=An introduction to epic philosophy : epic period, history, literature, pantheon, philosophy, traditions, and mythology|year=2004|publisher=Cosmo Publications|location=New Delhi, India|isbn=9788177558821|pages=1062}}</ref> Istri keduanya bernama Dewika, putri Gowasana dari [[kerajaan Siwi|suku Saibya]], dan memiliki putra bernama Yodeya.<ref>{{cite web|url=http://www.sacred-texts.com/hin/m01/m01096.htm|title=Mahabharata Text}}</ref>
Versi [[Jawa]] menyebut Dropadi dengan nama "Drupadi". Menurut pewayangan Jawa, setelah memenangkan sayembara, Arjuna menyerahkan putri itu kepada Puntadewa selaku kakak tertua. Semula Puntadewa menolak,
== Raja Indraprastha ==
Setelah menikahi [[Dropadi]], para [[Pandawa]] kembali ke [[Hastinapura]] dan memperoleh sambutan luar biasa, kecuali dari pihak [[Duryodana]]. Persaingan antara Pandawa dan Korawa
▲Korawa yang licik mendapatkan istana Hastinapura, sedangkan Pandawa mendapatkan hutan Kandawaprastha sebagai tempat untuk membangun istana baru. Meskipun daerah tersebut sangat gersang dan angker, namun para Pandawa mau menerima wilayah tersebut. Selain wilayahnya yang seluas hampir setengah wilayah [[kerajaan Kuru]], Kandawaprastha juga merupakan ibukota kerajaan Kuru yang dulu, sebelum [[Hastinapura]]. Para Pandawa dibantu sepupu mereka, yaitu [[Kresna]] dan [[Baladewa]], dan berhasil membuka Kandawaprastha menjadi pemukiman baru.
== Pemerintahan Yudistira versi pewayangan Jawa ==
=== Pembangunan kerajaan Amarta ===
Dalam versi [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]], nama [[Indraprastha]] lebih terkenal dengan sebutan [[Indraprastha|kerajaan Amarta]]. Menurut versi ini, hutan yang dibuka para [[Pandawa]] bukan bernama Kandawaprastha, melainkan bernama Wanamarta.
Versi Jawa mengisahkan, setelah [[sayembara]] [[Dropadi]], para [[Pandawa]] tidak kembali ke [[Hastinapura]] melainkan menuju [[kerajaan Wirata]], tempat kerabat mereka yang bernama Prabu [[Wirata|Matsyapati]] berkuasa. Matsyapati yang bersimpati pada pengalaman Pandawa menyarankan agar mereka membuka kawasan hutan tak bertuan bernama Wanamarta menjadi sebuah kerajaan baru. Hutan Wanamarta dihuni oleh berbagai [[ruh|makhluk halus]] yang dipimpin oleh lima bersaudara, bernama Yudistira, Danduncana, Suparta, Sapujagad, dan Sapulebu. Pekerjaan Pandawa dalam membuka hutan tersebut mengalami banyak rintangan. Akhirnya setelah melalui suatu percakapan, para makhluk halus merelakan Wanamarta kepada para [[Pandawa]].
Yudistira kemudian memindahkan istana Amarta dari alam [[jin]] ke alam nyata untuk dihuni para [[Pandawa]]. Setelah itu, ia dan keempat adiknya menghilang. Salah satu versi menyebut kelimanya masing-masing menyatu ke dalam diri lima Pandawa. Puntadewa kemudian menjadi Raja Amarta setelah didesak dan dipaksa oleh keempat adiknya. Untuk mengenang dan menghormati raja jin yang telah memberinya istana, Puntadewa pun memakai gelar Prabu Yudistira.
=== Anugerah Ketentraman ===
Setelah menjadi Raja Amarta, Puntadewa berusaha keras untuk memakmurkan negaranya. Konon terdengar berita bahwa barang siapa yang bisa menikahi puteri Kerajaan Slagahima yang bernama Dewi Kuntulwinanten, maka negeri tempat ia tinggal akan menjadi makmur dan sejahtera. Puntadewa sendiri telah memutuskan untuk memiliki seorang istri saja. Namun karena [[Dropadi]] mengizinkannya menikah lagi demi kemakmuran negara, maka ia pun berangkat menuju Kerajaan Slagahima. Di istana Slagahima telah berkumpul sekian banyak raja dan pangeran yang datang melamar Kuntulwinanten. Namun sang puteri hanya sudi menikah dengan seseorang yang berhati suci, dan ia menemukan kriteria itu dalam diri Puntadewa. Kemudian Kuntulwinanten tiba-tiba musnah dan menyatu ke dalam diri Puntadewa. Sebenarnya Kuntulwinanten bukan manusia asli, melainkan wujud penjelmaan anugerah dewata untuk seorang raja adil yang hanya memikirkan kesejahteraan negaranya. Sedangkan anak raja Slagahima yang asli bernama Tambakganggeng. Ia kemudian mengabdi kepada Puntadewa dan diangkat sebagai [[patih]] di kerajaan Amarta.
Baris 96 ⟶ 69:
== Upacara Rajasuya ==
Kitab ''[[Mahabharata]]'' bagian kedua atau ''[[Sabhaparwa]]'' mengisahkan niat Yudistira untuk menyelenggarakan upacara [[Rajasuya]] demi menyebarkan [[dharma]] dan menyingkirkan raja-raja angkara murka. [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]], [[Arjuna]], [[Nakula]], dan [[Sadewa]] memimpin tentara masing-masing ke empat penjuru [[Bharatawarsha]] (India Kuno) untuk mengumpulkan upeti dalam penyelenggaraan upacara agung tersebut. Pada saat yang sama, seorang raja angkara murka juga mengadakan upacara mengorbankan seratus orang raja. Raja tersebut bernama [[Jarasanda]] dari [[kerajaan Magadha]]. Yudistira mengirim Bima dan Arjuna dengan didampingi [[Kresna]] sebagai penasihat untuk menumpas Jarasanda. Akhirnya, melalui sebuah pertandingan seru, Bima berhasil membunuh Jarasanda.
Setelah semua persyaratan terpenuhi, Yudistira melaksanakan upacara Rajasuya yang dihadiri sekian banyak kaum raja dan pendeta. Dalam kesempatan itu, Yudistira ditetapkan sebagai ''Maharajadhiraja''. Kemudian muncul seorang sekutu Jarasanda bernama [[Sisupala]] yang menghina Kresna di depan umum. Setelah melewati penghinaan ke-100, Krishna akhirnya memenggal kepala Sisupala di depan umum.
==
[[Berkas:Disrobing of Draupadi.jpg
Ketika menjadi tamu dalam acara [[Rajasuya]], [[Duryodana]] sangat kagum sekaligus iri menyaksikan keindahan istana [[Indraprastha]]. Timbul niatnya untuk merebut kerajaan itu, apalagi setelah ia tersinggung oleh ucapan [[Dropadi]] dalam sebuah pertemuan. [[Sangkuni]] membantu niat Duryodhana dengan memanfaatkan kegemaran Yudistira terhadap permainan [[dadu]]. Yudistira memang seorang ahli [[agama]],
Hasutan Sangkuni membuat Yudistira nekad mempertaruhkan semua hartanya, bahkan [[Indraprastha]]. Akhirnya, negeri yang dibangun dengan susah payah itu pun jatuh ke tangan lawan. Yudistira yang sudah gelap mata juga mempertaruhkan keempat adiknya secara berurutan. Keempatnya pun jatuh pula ke tangan Duryodana satu per satu, bahkan akhirnya Yudistira sendiri. Duryodana tetap memaksa Yudistira yang sudah kehilangan kemerdekaannya untuk melanjutkan permainan, dengan mempertaruhkan [[Dropadi]]. Akibatnya, Dropadi pun ikut bernasib sama.
Baris 113 ⟶ 84:
== Kehidupan dalam Pembuangan ==
Kehidupan para [[Pandawa]] dan [[Dropadi]] dalam menjalani masa pembuangan selama 12 tahun di hutan dikisahkan pada jilid ketiga kitab ''[[Mahabharata]]'' yang dikenal dengan sebutan ''[[Wanaparwa]]''. Yudistira yang merasa paling bertanggung jawab atas apa yang menimpa keluarga dan negaranya berusaha untuk tetap tabah dalam menjalani hukuman. Ia sering berselisih paham dengan [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] yang ingin kembali ke [[Hastinapura]] untuk menumpas para [[Korawa]]. Meskipun demikian, Bima tetap tunduk dan patuh terhadap perintah Yudistira supaya menjalani hukuman sesuai perjanjian.
Suatu ketika para Korawa datang ke dalam hutan untuk berpesta demi menyiksa perasaan para Pandawa. Namun, mereka justru berselisih dengan kaum Gandharwa yang dipimpin [[Citrasena]]. Dalam peristiwa itu [[Duryodana]] tertangkap oleh Citrasena. Akan tetapi, Yudistira justru mengirim Bima dan Arjuna untuk menolong Duryodana. Ia mengancam akan berangkat sendiri apabila kedua adiknya itu menolak perintah. Akhirnya kedua Pandawa itu berhasil membebaskan Duryodana. Niat Duryodana datang ke hutan untuk menyiksa perasaan para Pandawa justru berakhir dengan rasa malu luar biasa yang ia rasakan.
Baris 121 ⟶ 90:
Peristiwa lain yang terjadi adalah penculikan [[Dropadi]] oleh [[Jayadrata]], adik ipar Duryodana. Bima dan Arjuna berhasil menangkap Jayadrata dan hampir saja membunuhnya. Yudistira muncul dan memaafkan raja [[kerajaan Sindu]] tersebut.
=== Peristiwa
Pada suatu hari menjelang berakhirnya masa pembuangan, Yudistira dan keempat adiknya membantu seorang [[brahmana]] yang kehilangan peralatan upacaranya karena tersangkut pada tanduk seekor [[rusa]] liar. Dalam pengejaran terhadap rusa itu, kelima [[Pandawa]] merasa haus. Yudistira pun menyuruh [[Sadewa]] mencari air minum. Karena lama tidak kembali, [[Nakula]] disuruh menyusul, kemudian [[Arjuna]], lalu akhirnya [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] menyusul pula. Yudistira semakin cemas karena keempat adiknya tidak ada yang kembali.
Yudistira kemudian berangkat menyusul Pandawa dan menjumpai mereka telah tewas di tepi sebuah [[telaga]]. Ada seekor bangau (
<blockquote>
Yaksa: Apa yang lebih berat daripada Bumi, lebih luhur daripada langit, lebih cepat daripada angin dan lebih berjumlah banyak daripada gundukan jerami?
Baris 146 ⟶ 116:
Yudhishthira: Seorang yang tidak punya hutang adalah benar-benar berbahagia. Hari demi hari tak terhitung orang meninggal. Namun yang masih hidup berharap untuk hidup selamanya. Ya Tuhan, keajaiban apa yang lebih besar? Perbedaan pendapat membawa pada kesimpulan yang tidak pasti, Antara [[Śruti]] saling berbeda satu sama lain, bahkan tidak ada seorang [[Resi]] yang pemikirannya bisa diterima oleh semua. Kebenaran Dharma dan tugas, tersembunyi dalam gua-gua hati kita. Karena itu kesendirian adalah jalan dimana terdapat yang besar dan kecil. Dunia yang dipenuhi kebodohan ini layaknya sebuah wajan. Matahari adalah apinya, hari dan malam adalah bahan bakarnya. Bulan-bulan dan musim-musim merupakan sendok kayunya. Waktu adalah Koki yang memasak semua makhluk dalam wajan itu (dengan berbagai bantuan seperti itu). Inilah beritanya.
</blockquote>
Akhirnya, Yaksa pun mengaku kalah,
== Penyamaran di Matsya ==
▲Akhirnya, Yaksa pun mengaku kalah, namun ia hanya sanggup menghidupkan satu orang saja. Dalam hal ini, Yudistira memilih Nakula untuk dihidupkan kembali. Yaksa heran karena Nakula adalah adik tiri, bukan adik kandung. Yudistira menjawab bahwa dirinya harus berlaku adil. Ayahnya, yaitu [[Pandu]] memiliki dua orang istri. Karena Yudistira lahir dari [[Kunti]], maka yang dipilihnya untuk hidup kembali harus putera yang lahir dari [[Madri]], yaitu Nakula.
Setelah 12 tahun menjalani pembuangan di hutan, kelima [[Pandawa]] dan [[Dropadi]] kemudian memasuki masa penyamaran selama setahun. Sebagai tempat persembunyian, mereka memilih [[Kerajaan Matsya]] yang dipimpin oleh [[Wirata]]. Kisah ini terdapat dalam kitab ''[[Mahabharata]]'' jilid keempat atau ''[[Wirataparwa]]''. Yudistira menyamar dengan nama Kanka sebagai seorang brahmana yang mengajari Raja [[Wirata]] permainan dadu. Bima menjadi Balawa sebagai tukang masak, Arjuna menjadi Wrihanala sebagai banci guru tari, Nakula menjadi Damagranti sebagai tukang kuda, Sadewa menjadi Tantripala sebagai penggembala sapi, sedangkan Dropadi menjadi Sailandri sebagai dayang istana.<ref>{{cite book|last=Kishore|first=B. R.|title=Hinduism|year=2001|publisher=Diamond Publ.|location=New Delhi|isbn=9788171820733}}</ref>
Pada akhir tahun penyamaran Pandawa, terjadi peristiwa serangan [[kerajaan Kuru]] terhadap kekuasaan Wirata. Seluruh kekuatan [[kerajaan Matsya]] dikerahkan menghadapi tentara [[kerajaan Trigartha]], sekutu [[Duryodhana]]. Akibatnya, istana Matsya menjadi kosong dan dalam keadaan terancam oleh serangan pasukan Hastinapura. [[Utara (Mahabharata)|Utara]]
Dalam versi pewayangan Jawa, Wirata adalah nama kerajaan, bukan nama orang. Sedangkan rajanya bernama [[Matsyapati]]. Dalam kerajaan tersebut, Yudistira atau Puntadewa menyamar sebagai pengelola pasar ibu kota bernama Dwijakangka. Saat batas waktu penyamaran telah genap setahun, kelima [[Pandawa]] dan [[Dropadi]] pun membuka penyamaran. Mengetahui hal itu, [[Wirata]] merasa sangat menyesal telah memperlakukan mereka dengan buruk. Ia pun berjanji akan menjadi sekutu Pandawa dalam usaha mendapatkan kembali takhta [[Indraprastha]].▼
▲Pada akhir tahun penyamaran Pandawa, terjadi peristiwa serangan [[kerajaan Kuru]] terhadap kekuasaan Wirata. Seluruh kekuatan [[kerajaan Matsya]] dikerahkan menghadapi tentara [[kerajaan Trigartha]], sekutu [[Duryodhana]]. Akibatnya, istana Matsya menjadi kosong dan dalam keadaan terancam oleh serangan pasukan Hastinapura. [[Utara (Mahabharata)|Utara]] putera [[Wirata]] yang ditugasi menjaga istana, berangkat ditemani Wrihanala ([[Arjuna]]) sebagai kusir. Di medan perang Wrihanala membuka samaran dan tampil menghadapi pasukan Duryodana sebagai Arjuna. Seorang diri ia berhasil memukul mundur pasukan dari Hastinapura tersebut. Sementara itu, pasukan Wirata juga mendapat kemenangan atas pasukan Trigartha. Wirata dengan bangga memuji-muji kehebatan Utara yang berhasil mengalahkan para [[Korawa]] seorang diri. Kanka alias Yudistira menjelaskan bahwa kunci kemenangan Utara adalah Wrihanala. Hal itu membuat Wirata tersinggung dan memukul kepala Kanka sampai berdarah.
▲Saat batas waktu penyamaran telah genap setahun, kelima [[Pandawa]] dan [[Dropadi]] pun membuka penyamaran. Mengetahui hal itu, [[Wirata]] merasa sangat menyesal telah memperlakukan mereka dengan buruk. Ia pun berjanji akan menjadi sekutu Pandawa dalam usaha mendapatkan kembali takhta [[Indraprastha]].
== Yudistira saat Bharatayuddha ==
[[Berkas:Krishna talking with Yudhishthira and his brothers.jpg|ka|300px|jmpl|Yudistira berunding dengan [[Kresna]] tentang keputusan berperang melawan [[Korawa]]. Lukisan cat air dari [[Himachal Pradesh]], {{circa}} 1750–1800.]]
Ketika para [[Pandawa]] pulang ke [[Hastinapura]] demi menuntut hak yang seharusnya mereka terima, [[Duryodana]] bersikap sinis terhadap mereka. Ia tidak mau menyerahkan [[Hastinapura]] kepada Yudistira. Berbagai usaha damai dilancarkan pihak Pandawa namun selalu ditolak oleh [[Duryodana]]. Bahkan, Duryodana tetap menolak ketika Yudistira hanya meminta lima buah desa saja, bukan seluruh Indraprastha. Pada puncaknya, Duryodana berusaha membunuh duta Pandawa, yaitu [[Kresna]],
[[Perang di Kurukshetra]] antara Pandawa dan Korawa tidak dapat lagi dihindari. Para pujangga Jawa menyebut peristiwa itu dengan nama [[Bharatayuddha]]. Sementara itu dalam ''[[Mahabharata]]'' kisah perang besar tersebut ditemukan pada jilid keenam sampai kesepuluh.
Saat berperang, kereta Yudistira dihiasi panji-panji bergambar bulan emas yang dikitari planet-planet. Dua genderang yang diberi nama Nanda dan Upananda diikat di tiangnya.<ref>{{cite web|title=Mahabharata Text|url=http://www.sacred-texts.com/hin/dutt/maha09.htm}}</ref><ref>{{cite web|title=Mahabharata Text|url=http://www.sacred-texts.com/hin/m07/m07023.htm}}</ref><ref>{{cite book|last=Kapoor|first=edited by Subodh|title=The Indian encyclopaedia : biographical, historical, religious, administrative, ethnological, commercial and scientific|year=2002|publisher=Cosmo Publications|location=New Delhi|isbn=9788177552713|pages=4462|edition=1st ed.}}</ref>
=== Awal pertempuran ===
Baris 177 ⟶ 143:
=== Pertempuran melawan Drona ===
[[Bisma]] memimpin pasukan [[Korawa]] selama sepuluh hari. Setelah ia tumbang, kedudukannya digantikan oleh [[Drona]], yang mendapat amanat dari [[Duryodana]] supaya menangkap Yudistira hidup-hidup. Drona senang atas tugas tersebut, padahal niat Duryodana adalah menjadikan Yudistira sebagai sandera untuk memaksa para pendukungnya menyerah. Berbagai cara dilancarkan Drona untuk menangkap Yudistira. Tidak terhitung banyaknya sekutu Pandawa yang tewas di tangan Drona karena melindungi Yudistira, misalnya [[Drupada]] dan [[Wirata]].
Akhirnya pada hari ke-15, penasihat Pandawa, yaitu [[Kresna]] menemukan cara untuk mengalahkan Drona, yaitu dengan mengumumkan berita kematian seekor gajah bernama [[Aswatama]]. Aswatama juga merupakan nama
=== Pertempuran melawan Salya ===
[[Salya]] adalah kakak ipar [[Pandu]] yang terpaksa membantu [[Korawa]] karena tipu daya mereka. Pada hari ke-18, ia diangkat sebagai panglima oleh [[Duryodana]]. Akhirnya ia pun tewas terkena tombak Yudistira.
Naskah ''[[Bharatayuddha]]'' berbahasa [[bahasa Kawi|Jawa Kuno]] mengisahkan bahwa [[Salya]] memakai senjata bernama Rudrarohastra, sedangkan Yudistira memakai senjata bernama [[Jamus Kalimasada|Kalimahosaddha]]. Pusaka Yudistira yang berupa kitab itu dilemparkannya dan tiba-tiba berubah menjadi tombak menembus dada Salya.
Sementara itu menurut versi [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]], Salya mengerahkan ilmu Candabirawa berupa [[rakshasa|raksasa]] kerdil mengerikan, yang jika dilukai jumlahnya justru bertambah banyak. Puntadewa maju mengheningkan cipta. Candabirawa lumpuh seketika karena Puntadewa telah dirasuki arwah [[Bagawan Bagaspati|Resi Bagaspati]], yaitu pemilik asli ilmu tersebut. Selanjutnya, Puntadewa melepaskan [[Jamus Kalimasada]] yang melesat menghantam dada Salya. Salya pun tewas seketika.
=== Tantangan bagi Duryodana ===
Baris 195 ⟶ 158:
Setelah kehabisan pasukan, [[Duryodhana]] bersembunyi di dasar telaga. Kelima [[Pandawa]] didampingi [[Kresna]] berhasil menemukan tempat itu. Duryodana pun naik ke darat siap menghadapi kelima Pandawa sekaligus. Yudistira menolak tantangan Duryodhana karena Pandawa pantang berbuat pengecut dengan cara main keroyok, sebagaimana para [[Korawa]] ketika membunuh [[Abimanyu]] pada hari ke-13. Sebaliknya, Duryodana dipersilakan bertarung satu lawan satu melawan salah seorang di antara lima Pandawa. Apabila ia kalah, maka kerajaan harus dikembalikan kepada Pandawa. Sebaliknya apabila ia menang, Yudistira bersedia kembali hidup di hutan.
[[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] terkejut mendengar keputusan Yudistira yang seolah-olah memberi kesempatan Duryodana untuk berkuasa lagi, padahal kemenangan Pandawa tinggal selangkah saja. Dalam hal ini Yudistira justru menyalahkan Bima yang dianggap kurang percaya diri. Duryodana meskipun bersifat angkara murka namun ia juga seorang pemberani. Ia memilih Bima sebagai lawan perang tanding, yang paling gagah di antara kelima Pandawa. Setelah pertarungan sengit terjadi cukup lama, akhirnya menjelang senja Duryodana berhasil dikalahkan dengan dipukul titik kelemahannya, yaitu paha. Ini sekaligus menuntaskan sumpah Bima yang akan membunuh Duryodana karena penghinaannya terhadap Dropadi. Balarama marah dan bertekad untuk membunuh Bima karena paha merupakan sasaran yang terlarang dalam duel gada,
== Maharaja dunia ==
Setelah perang berakhir, Yudistira melaksanakan upacara Tarpana untuk memuliakan mereka yang telah tewas. Ia kemudian diangkat sebagai raja [[Hastinapura]] sekaligus raja [[Indraprastha]]. Yudistira dengan sabar menerima [[Dretarastra]] sebagai raja ''sepuh'' di kota Hastinapura. Ia melarang adik-adiknya bersikap kasar dan menyinggung perasaan ayah para [[Korawa]] tersebut,
Yudistira kemudian menyelenggarakan [[Aswamedha]] [[Yadnya]], yaitu suatu upacara pengorbanan untuk menegakkan kembali aturan [[dharma]] di seluruh dunia. Pada upacara ini, seekor [[kuda]] dilepas untuk mengembara selama setahun. [[Arjuna]] ditugasi memimpin pasukan untuk mengikuti dan mengawal kuda tersebut. Para raja yang wilayah negaranya dilalui oleh kuda tersebut harus memilih untuk mengikuti aturan Yudistira atau diperangi. Arjuna mengirim pasukan ke daerah utara, Bima ke timur, Nakula ke barat
== Pengunduran diri ==
Setelah permulaan zaman [[Kaliyuga]] dan wafatnya [[Kresna]], Yudistira dan keempat adiknya mengundurkan diri dari urusan duniawi. Mereka meninggalkan tahta kerajaan, harta, dan sifat keterikatan untuk melakukan perjalanan terakhir, mengelilingi [[Bharatawarsha]] lalu menuju puncak [[Himalaya]]. Di kaki gunung Himalaya, Yudistira menemukan anjing dan kemudian hewan tersebut menjdi pendamping perjalanan Pandawa yang setia. Saat mendaki puncak, satu per satu mulai dari [[Dropadi]], [[Sadewa]], [[Nakula]], [[Arjuna]], dan [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] meninggal dunia. Masing-masing terseret oleh kesalahan dan dosa yang pernah mereka perbuat. Hanya Yudistira dan anjingnya yang berhasil mencapai puncak gunung, karena kesucian hatinya.
[[Dewa (Hindu)|Dewa]] [[Indra]], pemimpin masyarakat kahyangan, datang menjemput Yudistira untuk diajak naik ke [[swarga]] dengan kereta kencananya. Namun, Indra menolak anjing yang dibawa Yudistira dengan alasan bahwa hewan tersebut tidak suci dan tidak layak untuk masuk swarga. Yudistira menolak masuk swargaloka apabila harus berpisah dengan anjingnya. Indra merasa heran karena Yudistira tega meninggalkan saudara-saudaranya dan Dropadi tanpa mengadakan upacara pembakaran jenazah bagi mereka,
[[Berkas:Dark and difficult was the Road.jpg|ka|jmpl|Indra menunjukkan keadaan neraka kepada Yudistira. Ilustrasi karya Eveyn Paul (1911).]]
Menurut versi pewayangan Jawa, kematian para [[Pandawa]] terjadi bersamaan dengan [[Kresna]] ketika mereka ber[[meditasi]] di dalam [[Candi Sekar]]. Namun, versi ini kurang begitu populer karena banyak [[dalang]] yang lebih suka mementaskan versi ''[[Mahabharata]]'' yang penuh dramatisasi sebagaimana dikisahkan di atas.
== Referensi ==
{{reflist|2}}
== Pranala luar ==
{{commonscat|Yudishthira|Yudistira}}
* {{en}} [http://www.mahabharataonline.com/ Mahabharata Online.com]
* {{en}} Cerita pendek yang menunjukkan keagungan Yudhishthira [http://moralstories.wordpress.com/2006/05/15/following-dharma-always/ 1], [http://moralstories.wordpress.com/2006/05/28/vinayam-gives-vruddhi-ahankaar-destroys/ 2], [http://moralstories.wordpress.com/2006/08/12/akshaya-paatra/ 3]
{{start box}}
{{succession box|
before=[[Dretarastra]]|
years=[[Dinasti Kuru]]|
title=Raja [[Hastinapura]]|
after=[[Parikesit]]}}
{{end box}}
{{Tokoh Mahabharata}}
|