Jipang, Cepu, Blora: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Arya Mataram (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Menambah referensi penting
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(35 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{rapikan}}
{{referensi}}
{{desa
|peta =
|nama dati2 =Blora Jipang
<gallery>
|provinsi = Jawa Tengah
[[|jmpl]]
|dati2 = Kabupaten
</gallery>
|nama dati2 = =JipangBlora
|provinsi kecamatan =Jawa TengahCepu
|dati2kode pos = =Kabupaten58351
|nama dati2 =Blora
|kecamatan =Cepu
|kode pos =58351
|nama pemimpin = Kepala Desa : Ngadi
|luas = Kurang lebih:180 ha.
|penduduk = Kurang lebih:2000 jiwa.
|kepadatan = -
}}
 
'''Jipang''' adalah [[desa]] di [[kecamatan]] [[Cepu, Blora|Cepu]], [[Kabupaten Blora|Blora]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]. Desa yang terletak di tepi Bengawan Solo ini juga mengandalkan ekonominya pada pertanian, berternak dan pertambangan. Mayoritas atau 97% dari penduduk desa ini memeluk agama Islam, 3% lainnya Kristen Katolik dan Kristen Protestan. Mata pencaharian penduduknya adalah sebagai petani, PNS, peternak, usahawan dan perantau.
'''Jipang''' adalah [[desa]] yang berada di [[kecamatan]] [[Cepu, Blora|Cepu]], [[Kabupaten Blora|Blora]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]. Jauh sebelum menjadi nama desa, Tlatah Jipang merupakan nama kuno dari [[Kabupaten Bojonegoro|Bojonegoro]], sebagian [[Kabupaten Blora|Blora]], dan sebagian [[Kabupaten Tuban|Tuban]]. Seperti tercatat dalam [https://commons.m.wikimedia.org/wiki/File:Thomas_Stamford_Raffles_Map_of_Java.jpg Peta Raffles] (1810 M), wilayah Jipang membentang dari Jipang Hulu ([[Margomulyo, Bojonegoro|Margomulyo]] - [[Mendenrejo, Kradenan, Blora|Menden]]) hingga Jipang Hilir ([[Baureno, Bojonegoro|Baureno]] - [[Rengel, Tuban|Rengel]]). Menyimpul dan menghubungkan dua buah provinsi, [[Jawa Timur]] dan [[Jawa Tengah]].
 
Secara ilmiah dan empiris, nama Jipang muncul pertamakali pada Prasasti Maribong (1248 M), sebagai tanah istimewa yang mampu menyatukan [[Kerajaan Janggala|Jenggala]] (peradaban pesisir) dan [[Kerajaan Kadiri|Panjalu]] (peradaban pegunungan). Peran penting Tlatah Jipang itu, bahkan membuat [[Wisnuwardhana|Raja Wisnuwardhana]] menasbihkan Jipang sebagai Tanah Para Brahmana.
 
Dalam [https://budaya-indonesia.org/Prasasti-Maribong Prasasti Maribong] (1248 M), Raja Wisnuwardhana yang merupakan Raja Singashari menulis, Para Brahmana Tlatah Jipang telah membantu leluhur Wisnuwardhana dalam menyatukan kembali Pulau Jawa yang sempat terpisah menjadi dua (Jenggala dan Panjalu). Atas bantuan itu, [[Kerajaan Singasari|Kemaharajaan Singashari]] pun bisa lahir dan berdiri.
 
Prasasti Maribong mencatat, Brahmana Jipang pernah membantu [https://m.wiki-indonesia.club/wiki/Ken_Arok Raja Ken Arok] (pendiri Singashari) dalam menyatukan Pulau Jawa. Karena memiliki jasa besar bagi para pendiri Singhasari itulah, Raja Wisnuwardhana, yang merupakan penerus Ken Anggrok, menobatkan Maribong (bagian dari Jipang) sebagai tanah istimewa, perdikan Para Brahmana.
 
'''Desa Jipang''' adalah [[desa]] di [[kecamatan]] [[Cepu, Blora|Cepu]], [[Kabupaten Blora|Blora]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]. Desa yang terletak di tepi Bengawan Solo ini, juga mengandalkan ekonominya pada pertanian, berternak dan pertambangan. Mayoritas atau 97% dari penduduk desa ini memeluk agama Islam, 3% lainnya Kristen Katolik dan Kristen Protestan. Mata pencaharian penduduknya adalah sebagai petani, PNS, peternak, usahawan dan perantau.
 
== Geografis ==
Desa [[Jipang (Cemilan)|Jipang]] terletak +-7km7&nbsp;km sebelah selatan dari kota kecamatan Cepu, desa ini mempunyai tiga pedukuhan yaitu dukuh Judan, dukuh perum purnawirawan TNI Auri dan dukuh Jipang. Desa [[Jipang (Cemilan)|Jipang]] berbatasan dengan desa Ngloram dan Kapuan di sebelah barat, di sebelah Selatan dan Timur berbatasan dengan desa Payaman kecamatan Ngraho dan desa Tebon kecamatan Padangan kabupaten Bojonegoro batas perbatasan ini adalah sungai bengawan Solo, sementara di sebelah utara berbatasan dengan desa Getas.
Desa Jipang berbatasan dengan desa Ngloram dan Kapuan di sebelah barat, di sebelah Selatan dan Timur berbatasan dengan desa Payaman kecamatan Ngraho dan desa Tebon kecamatan Padangan kabupaten Bojonegoro batas perbatasan ini adalah sungai bengawan Solo, sementara di sebelah utara berbatasan dengan desa Getas.
 
== Sejarah Desa ==
Jauh sebelum dikenal sebagai nama sebuah desa, Tlatah Jipang merupakan peradaban Bengawan yang punya peran penting di tiap era Kemaharajaan. Mulai dari [[Medang|Kerajaan Medang Kuno,]] [[Kerajaan Kahuripan|Medang Kahuripan]], [[Kerajaan Singasari|Singhasari]], hingga [[Majapahit|Kerajaan Majapahit]], kawasan Jipang selalu menjadi vasal istimewa.
Desa ini pernah menjadi Pusat Kotaraja dari [[Kerajaan Jipang]] pada pertengahan abad XV yang merupakan Kerajaan vazal (bawahan) [[Kesultanan Demak]] yang lebih di kenal dengan nama Kadipaten Jipang. Salah satu adipatinya yang terkenal adalah Arya Penangsang atau Arya Jipang. Semasa Arya Penangsang menjadi Sultan Demak V, Desa Jipang pun menjadi Ibukota Kesultanan Demak. Ini adalah perpindahan ibukota Kesultanan yang kedua kalinya dimana ketika pada masa Mukmin menjadi Sultan Demak ke IV Ibukota yang semula di Bintoro pindah ke Prawoto (Pati), yang dikenal dengan [[Demak Prawoto]] lalu oleh Arya Penangsang dipindahkan ke Jipang, sehingga era itu dikenal dengan sebutan [[Demak Jipang]]. Di desa ini masih terdapat beberapa peninggalan Kerajaan ini antara lain seperti Petilasan makam Gedong Ageng dan Santri Sembilan yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai Situs Cagar budaya.
Daerah kekuasaan Jipang pada masa itu meliputi Bojonegoro, Pati, Lasem Rembang dan Blora, sendiri, sampai dengan Jaka Tingkir (Hadiwijaya) merebut takhta Kesultanan Demak dari Arya Penangsang yang membuat hilangnya Kedaulatan Kesultanan Demak dengan berdirinya Kerajaan Pajang. Tempat-tempat ini ramai didatangi peziarah yang berkeinginan mengubah nasib, khususnya hari Kamis.
 
Tlatah Jipang yang membentang dari Jipang Hulu ke Jipang Hilir, merupakan peradaban Bengawan yang menjadi titik temu antara peradaban Pesisir dan peradaban Pegunungan. Secara empiris, Jipang telah disinggung sejak abad 11 M melalui keberadaan [[Prasasti Pucangan]] (1041 M). Dan dipertegas pada abad 13 M melalui [https://budaya-indonesia.org/Prasasti-Maribong Prasasti Maribong] (1248 M).
== Menyisir Jejak Arya Penangsang ==
 
Dalam Prasasti Pucangan (1041 M), [[Airlangga|Raja Airlangga]] menyebut Lwaram (Jipang) sebagai kawasan pengendali pralaya. Titik tengah antara Kerajaan Medang Kuno dan Kerajaan Sriwijaya. Kenyataan itu pula yang mungkin menjadi alasan utama Kerajaan [[Kerajaan Kahuripan#:~:text=Kerajaan Kahuripan atau dikenal dengan,yang runtuh tahun 1016 M.|Medang Kahuripan]] membangun sebuah terusan air yang kelak dikenal dengan Bengawan Sore.
'''Nggawan Sore (Bengawan Sore) :'''
Tempat ini sangat bersejarah dimana dulu Raja Jipang [[Arya Penangsang]] yang saat itu sebagai Penguasa terakhir Kesultanan Demak atau Sultan Demak V bertempur melawan pasukan pemberontak utusan adipati Pajang Hadi Wijoyo. Saat ini Bengawan sore sudah di jadikan areal persawahan oleh penduduk sekitar, masih banyak batu bata bekas reruntuhan bangunan masa lampau di daerah ini ada beberapa versi batu bata yg sudah di teliti oleh team dari Universitas Indonesia ini adalah peninggalan dari kerajaan Wura Wuri. di sebelah Nggawan sore ada daerah namanya Maling Gentiri.
 
Dalam Prasasti Maribong (1248 M), [[Wisnuwardhana|Raja Wisnuwardhana]] yang merupakan Raja [[Kerajaan Singasari|Singashari]] menulis, Para Brahmana Tlatah Jipang telah membantu leluhur Wisnuwardhana dalam menyatukan kembali Pulau Jawa yang sempat terpisah menjadi dua ([[Kerajaan Janggala|Jenggala]] dan [[Kerajaan Kadiri|Panjalu]]). Atas bantuan itu, Kemaharajaan Singashari pun bisa lahir dan berdiri.
'''Sigit : '''
 
Adalah tanah lapang yg lumayan cukup luas di tengah – tengah persawahan desa Jipang, konon ceritanya dulu tempat ini adalah bekas bangunan masjid Arya Penangsang pada masa Kerajaan Jipang (Kadipaten). Banyak warga desa Jipang mengkeramatkan tempat ini, Wallahu alam.
Brahmana Jipang pernah membantu [[Ken Arok|Raja Ken Anggrok]] (pendiri Singashari) dalam menyatukan Pulau Jawa. Karena memiliki jasa besar bagi para pendiri [[Kerajaan Singasari|Singhasari]] itulah, Raja Wisnuwardhana, yang merupakan penerus dari Raja Ken Anggrok, menobatkan Maribong (bagian dari Jipang) sebagai tanah istimewa, perdikan Para Brahmana.
 
Pada era Kemaharajaan [[Majapahit]], Tlatah Jipang juga terbukti sebagai wilayah penting peradaban Bengawan. Terbukti secara ilmiah, menurut Prasasti Canggu (1358 M), teritorial Tlatah Jipang yang membentang dari Jipang Hulu hingga Jipang Hilir, dipenuhi [[Naditira Pradeca]] (Pelabuhan Sungai) Majapahit.
 
J. Noorduyn, dalam ''Further Topographical Notes on the Ferry Charter of 1358'' menyatakan, ada sebanyak 17 titik pelabuhan sungai Majapahit yang berada di Tlatah Jipang. Pelabuhan nomor 18 sampai nomor 34, berada di Tlatah Jipang. Titik-titik pelabuhan itu membentang di antara Jipang Hulu (Margomulyo - Menden) hingga Jipang Hilir (Baureno - Rengel).
 
Pada zaman Kemaharajaan Majapahit pula, tepatnya pada era pemerintahan Raja [[Hayam Wuruk]] dan [[Gajah Mada|Mahapatih Gajah Mada]], Tlatah Jipang punya peran sebagai vasal istimewa. Terbukti, Jipang menjadi salah satu vasal yang tidak dipimpin Bhre seperti vasal-vasal lainnya. Sebab, Tlatah Jipang merupakan tanah Brahmana. Seperti yang ditetapkan Raja Wisnuwardhana pada era sebelumnya.
 
Pada abad 16 M, kawasan ini menjadi [[Kerajaan vazal]] (bawahan) dari [[Kerajaan Demak]], dan lebih di kenal dengan sebutan [[Kadipaten Jipang]]. Kadipaten [[Jipang (Cemilan)|Jipang]] adalah Kadipaten Agung dengan hak otonom penuh yaitu hak untuk mengurus Pemerintahan sendiri. Salah satu Raja/ adipati yang terkenal adalah Arya Penangsang atau Arya Jipang. Desa Jipang pernah pula menjadi Ibu kota Kerajaan/ Kesultanan Demak pada masa Raja Jipang Aya Penangsang menjadi Sultan Demak ke V pada th.1547 - 1554 dimana Ibu kota Kesultanan Demak yang sebelumnya berada di [[Prawoto]] (Pati) dipindahkan ke [[Jipang]]. Sehingga pada era itu dikenal dengan sebutan [[Demak Jipang]]. Di desa ini masih terdapat peninggalan sejarah dari Kerajaan ini antara lain seperti Petilasan makam Gedong Ageng dan Santri Sembilan yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai Situs Cagar budaya. Daerah kekuasaan [[Jipang (Cemilan)|Jipang]] pada masa itu meliputi Bojonegoro, Pati, Lasem Rembang dan Blora, sendiri, sampai dengan pasukan utusan Jaka Tingkir (Hadiwijaya) merebut takhta Kesultanan Demak dari Arya Penangsang. Sejak itu hilanglah Kedaulatan Kesultanan Demak lalu berdiri Kerajaan Pajang. Tempat-tempat ini ramai didatangi peziarah khususnya pada hari Kamis.
 
== Menyisir Jejak AryaPeradaban PenangsangJipang ==
 
'''Nggawan Sore (Bengawan Sore) :'''
Secara ilmiah, Bengawan Sore merupakan teknologi kanal air yang dibuat pada abad 11 M oleh Raja Airlangga, pemimpin [[Kerajaan Kahuripan|Kerajaan Medang Kahuripan]]. Bengawan Sore dibangun di era Raja Airlangga membangun Bendungan Waringin Sapta. Dalam konteks legenda, Bengawan Sore juga cukup populer karena menjadi latar cerita dalam Babad Tanah Jawa versi prosa, yang ditulis oleh JJ Meinsma pada 1847 M.
 
TempatMenurut legenda Babad Tanah Jawa, tempat ini sangat bersejarah dimana dulu RajaAdipati Jipang [[Arya Penangsang]] yang saat itu sebagai Penguasa terakhir KesultananKerajaan Demak atau Sultan Demak Vkelima bertempur melawan pasukan pemberontak utusankiriman adipati Pajang HadiJoko WijoyoTingkir. Saat ini Bengawan sore sudah di jadikan areal persawahan oleh penduduk sekitar, masih banyak batu bata bekas reruntuhan bangunan masa lampau di daerah ini ada beberapa versi batu bata ygyang sudah di teliti oleh team dari Universitas Indonesia ini adalah peninggalan dari kerajaan Wura Wuri. di sebelah Nggawan sore ada daerah namanya Maling Gentiri.
 
'''SigitMesigit Jipang: '''
atau dikenal dengan '''Mesigit''', secara literatur ilmiah, adalah lokasi dakwah Syekh Jimatdil Kubro dari Gunung Jali (Tegiri). Mesigit Jipang merupakan pusat dakwah. Data terkait lokasi ini tercatat di sejumlah literatur. Mulai ''Topographisch Bureau Leiden University'' (1866), hingga buku ''The Passing Over'' (1998) yang ditulis [[Abdurrahman Wahid|KH Abdurrahman Wahid]] (Gus Dur).
 
Menurut Gus Dur, Mesigit Jipang merupakan zawiyah (lokasi dakwah) yang dibangun Syekh Jimatdil Kubro sejak periode 1344 M. Gus Dur menyebut, Mesigit Jipang adalah bukti nyata keberadaan Islam di era keemasan Majapahit. Mesigit Jipang sudah ada jauh sebelum Raden Fattah dan [[Kesultanan Demak]] dilahirkan.
 
'''Makam Santri Songo''' Secara ilmiah, kawasan yang juga dikenal dengan nama '''Kramat Songo''' ini merupakan pemakaman sembilan santri Syekh Jimatdil Kubro dari Gunung Jali (Tegiri). Sembilan tokoh ini adalah para penerus dakwah Syekh Jimatdil Kubro, sekaligus penyebar islam di Jipang pada abad 14 M. Tepat di era keemasan Majapahit. Ini terbukti dari bentuk, tekstur, dan inskripsi di dalam nisannya.
 
Seperti yang ditulis Gus Dur dalam buku ''The Passing Over'', Kramat Songo adalah bukti ilmiah keberadaan dakwah Syekh Jimatdil Kubro di wilayah Jipang. Kramat Songo menjadi bukti penting Islam damai pada abad 14 M. Kramat Songo adalah bukti penegasan Gus Dur, bahwa ajaran Islam damai sudah berkembang di Jipang, sejak era keemasan Majapahit.
 
'''Gedong Ageng '''
Adalah sebuah Komplek Pemakaman di Jipang.
Di sinilah para petinggi Kerajaan DJipang di makamkan, di tempat ini terdapat petilasan Siti Hinggil, petilasan semayam keputren dan makam kerabat Kerajaan DJipang antara lain makam R Bagus Sumantri, R Bagus Sosro Kusumo, RA Sekar Winangkrong dan Tumenggung Ronggo Atmojo.
 
'''Makam Santri Songo '''
Warga Jipang biasa menyebutnya “kramat songo” di sebut demikian karena di situ ada sembilan makam santri dari kerajaan Pajang yang di bunuh oleh prajurit Jipang karena di curigai sebagai telik sandi atau mata – mata Adipati Pajang Hadi Wijaya.
Di tempat ini warga Jipang setiap tahun ada agenda sedekah bumi dengan mementaskan wayang kurcil, yaitu kesenian wayang khas Kerajaan DJipang pada masa ke emasannya.
 
'''Kedung nDrojo '''
Adalah pertemuan antara muara sungai Tinggang desa Payaman dengan Bengawan solo di desa Jipang, karena arusnya cukup deras dan berputar membuat lingkaran sehingga menyebabkan dasar kedung nDrojo ini menjadi dalam dan karena kondisi ini maka sukai berbagai macam ikan membuat sarang di sini. Sehingga terkenal daerah ini banyak ikannya. Tapi karena arusnya yg melingkar dan kuat tadi banyak orang luar desa Jipang yang tidak mengenal medan ini menjadi korban tenggelam di daerah ini, maka sebaiknya anda harus di dampingi warga desa Jipang yang mengenal daerah ini bila ingin jalan – jalan daerah aliran bengawan solo ini.
 
'''Sungapan '''
Baris 59 ⟶ 81:
Di kedung Gogor ini banyak sarang ikan Dendeng sehingga menjadi tempat favorit para pencari ikan untuk “ngobati” di sini karena hasil yg di dapatkan pasti banyak.
 
== Pranala luar ==
 
{{Cepu, Kabupateb Blora}}
Kerajaan DJipang
{{Authority control}}
Cepu, Kabupateb Blora
Jawa tengah, Indonesia.