Tionghoa Benteng: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ben doank (bicara | kontrib)
k penambahan pranala dalam
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(4 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{rapikan}}
{{noref}}
{{ethnic group
[[Berkas:Cina Benteng wedding.jpg|jmpl|Pernikahan pada kalangan Tionghoa Benteng.]]
| group = Tionghoa Benteng<br/>Cina Benteng
'''Orang Tionghoa Benteng''' (atau lebih dikenal dengan sebutan '''Cina Benteng''' atau '''Orang Benteng''') adalah panggilan yang mengacu kepada masyarakat keturunan [[Tionghoa]] yang tinggal di daerah [[Tangerang (disambiguasi)|Tangerang]], [[Banten|Provinsi Banten]]. Nama "Tionghoa Benteng" berasal dari kata "Benteng", nama lama [[Kota Tangerang]]. Saat itu terdapat sebuah benteng Belanda di Kota Tangerang di pinggir Sungai [[Cisadane]], difungsikan sebagai pos pengamanan mencegah serangan dari Kesultanan Banten, benteng ini merupakan benteng terdepan pertahanan Belanda di Pulau Jawa. Masyarakat Tionghoa Benteng telah beberapa generasi tinggal di Tangerang yang kini telah berkembang menjadi tiga kota/kabupaten yaitu, [[Kota Tangerang]], [[Kabupaten Tangerang]], dan [[Kota Tangerang Selatan]]. Mereka adalah komunitas Tionghoa Peranakan terbesar di Indonesia. Setelah masa peralihan 1945—1950, banyak dari mereka yang eksodus ke [[Belanda]] dan [[Amerika Serikat]].
| image = Berkas:Cina Benteng wedding.jpg
[[Berkas:Cina| Bentengimage_caption = wedding.jpg|jmpl|Pernikahan pada kalangan Tionghoa Benteng.]]
| pop = 90% penduduk di kawasan berpopulasi signifikan<ref>{{Cite thesis|last=Apriliani|first=P.R.|title=KESENIAN GAMBANG KROMONG SEBAGAI BENTUK IDENTITAS ORANG CINA BENTENG DI TANGERANG|date=2020|degree=Other|publisher=Universitas Darma Persada|url=http://repository.unsada.ac.id/1866/3/BAB%20II.pdf|pp=13}}</ref>
| popplace = [[Teluknaga, Tangerang|Teluknaga]], [[Neglasari, Tangerang|Neglasari]]
| languages = Bahasa Cina Benteng, [[Bahasa Sunda Tangerang]]
| religions = [[Agama tradisional Tionghoa]], [[Kristen]], [[Islam]]
}}
 
'''Orang Tionghoa Benteng''' (atau lebih dikenal dengan sebutan '''Cina Benteng''' atau '''Orang Benteng''') adalah panggilan yang mengacu kepada masyarakat keturunan [[Tionghoa]] yang tinggal di daerah [[Tangerang (disambiguasi)|Tangerang]], [[Banten|Provinsi Banten]]. Nama "Tionghoa Benteng" berasal dari kata "Benteng", nama lama [[Kota Tangerang]]. Saat itu terdapat sebuah benteng Belanda di [[Kota Tangerang]] di pinggir Sungai [[Cisadane]], difungsikan sebagai pos pengamanan mencegah serangan dari Kesultanan Banten, benteng ini merupakan benteng terdepan pertahanan Belanda di Pulau Jawa. Masyarakat Tionghoa Benteng telah beberapa generasi tinggal di Tangerang yang kini telah berkembang menjadi tiga kota/kabupaten yaitu, [[Kota Tangerang]], [[Kabupaten Tangerang]], dan [[Kota Tangerang Selatan]]. Mereka adalah komunitas Tionghoa Peranakan terbesar di Indonesia. Setelah masa peralihan 1945—1950, banyak dari mereka yang eksodus ke [[Belanda]] dan [[Amerika Serikat]].
 
== Sejarah ==
Baris 33 ⟶ 42:
 
Hal menarik dari Tionghoa Benteng adalah biarpun mereka sudah tidak berbahasa Tionghoa lagi, mereka tetap melestarikan budaya leluhur dan tradisi Tiongkok, ini bisa dilihat dari tradisi pernikahan mereka yang menggunakan upacara pernikahan gaya Dinasti Manchu (Qing), mereka juga mengenakan pakaian gaya Dinasti Manchu seperti Manchu robe dan Manchu hat pada saat menikah. Orang Tionghoa Benteng adalah satu-satu nya komunitas Tionghoa di Indonesia yang memiliki darah orang Manchu karena hanya orang Tionghoa Benteng yang masih tetap menggunakan upacara nikah gaya Dinasti Manchu setelah Dinasti Qing runtuh pada tahun 1912, di tiongkok sendiri, upacara nikah gaya Dinasti Qing itu sudah hampir hilang dan sangat jarang ditemukan.
 
== Demografi ==
Mayoritas masyarakat Cina Benteng memeluk perpaduan antara agama [[Buddha]] dan [[Konghucu]]
 
== Keturunan Dinasti Qing ==
{{noref}}
Sebagian di antara warga Tionghoa Benteng yang bermarga 王 "Wang" (Hokkien: Ong) adalah keturunan dari keluarga kekaisaran Dinasti Qing (klan Manchu Aisin-Giorio atau Aixinjueluo dalam bahasa mandarin). Mereka adalah keturunan dari anak haram hasil hubungan gelap Kaisar Qianlong dengan seorang gadis cantik bermarga Oog di provinsi Fujian. Karena sang Kaisar tidak mau hubungan gelapnya diketahui publik, untuk menyembunyikan fakta tersebut, anak hasil hubungan haram tersebut diberi nama marga Wang (王).