Tionghoa Benteng: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib) k rrt |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(48 revisi perantara oleh 30 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{rapikan}}
{{noref}}
{{ethnic group
| group = Tionghoa Benteng<br/>Cina Benteng
| image = Berkas:Cina Benteng wedding.jpg
| image_caption = Pernikahan pada kalangan Tionghoa Benteng.
| pop = 90% penduduk di kawasan berpopulasi signifikan<ref>{{Cite thesis|last=Apriliani|first=P.R.|title=KESENIAN GAMBANG KROMONG SEBAGAI BENTUK IDENTITAS ORANG CINA BENTENG DI TANGERANG|date=2020|degree=Other|publisher=Universitas Darma Persada|url=http://repository.unsada.ac.id/1866/3/BAB%20II.pdf|pp=13}}</ref>
| popplace = [[Teluknaga, Tangerang|Teluknaga]], [[Neglasari, Tangerang|Neglasari]]
| languages = Bahasa Cina Benteng, [[Bahasa Sunda Tangerang]]
| religions = [[Agama tradisional Tionghoa]], [[Kristen]], [[Islam]]
}}
'''Orang Tionghoa Benteng''' (atau lebih dikenal dengan sebutan '''Cina Benteng''' atau '''Orang Benteng''') adalah panggilan yang mengacu kepada masyarakat keturunan [[Tionghoa]] yang tinggal di daerah [[Tangerang (disambiguasi)|Tangerang]], [[Banten|Provinsi Banten]]. Nama "
== Sejarah ==
[[Berkas:AMH-4578-NA Map of the fort at Tangerang.jpg|jmpl|Denah Benteng Tangerang tertanggal 1709]]
▲Nama "China Benteng" berasal dari kata "Benteng", nama lama kota Tangerang. Saat itu terdapat sebuah benteng Belanda di kota Tangerang di pinggir sungai [[Cisadane]], difungsikan sebagai post pengamanan mencegah serangan dari Kesultanan Banten, benteng ini merupakan Benteng terdepan pertahanan Belanda di pulau Jawa. Masyarakat Cina Benteng telah beberapa generasi tinggal di Tangerang yang kini telah berkembang menjadi tiga kota/kabupaten yaitu, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan.
Menurut kitab sejarah Sunda yang berjudul ''Tina Layang Parahyang'' (Catatan dari Parahyangan), keberadaan komunitas
Warga Tionghoa Benteng sempat bersitegang dengan penduduk pribumi setelah Proklamasi Kemerdekaan. Pada 23 Juni 1946, rumah-rumah etnis Tionghoa di Tangerang diobrak-abrik. Penduduk yang didukung oleh kaum Republik menjarah rumah-rumah warga Tionghoa Benteng. Bahkan, meja abu yang merupakan bagian dari ritual penghormatan leluhur tionghoa, ikut dicuri. Kemarahan penduduk pribumi dipicu seorang tentara NICA dari etnis Tionghoa menurunkan bendera Merah Putih dan menggantinya dengan bendera Belanda. [[Rosihan Anwar]] dalam
▲Menurut kitab sejarah Sunda yang berjudul Tina Layang Parahyang (Catatan dari Parahyangan), keberadaan komunitas China di Tangerang dan Batavia sudah ada setidak-tidaknya sejak 1407 NI. Kitab itu menceritakan tentang mendaratnya rombongan pertama dari dataran Tiongkok yang dipimpin Tjen Tjie Lung alias Halung di muara Sungai Cisadane, yang sekarang berubah nama menjadi Teluk Naga.
Saat itu, semua etnis
▲Kemarahan penduduk pribumi dipicu seorang tentara NICA dari etnis Tionghoa menurunkan bendera Merah Putih dan menggantinya dengan bendera Belanda. Rosihan Anwar dalam harian Merdeka 13 Juni 1946 menulis pada saat itu hubungan warga China Benteng dan pribumi mengalami kemunduran paling ekstrem. Terlebih setelah Poh An Tuy, kelompok pemuda China Benteng pro-NICA, mengirim pasukan bersenjata dan mengungsikan masyarakat China Benteng yang selamat ke Batavia. Namun akhirnya kerusuhan pro-kemerdekaan itu berhasil diredam oleh koalisi antara tentara Poh An Thuy and tentara Kolonial Belanda.
▲Saat itu, semua etnis China Benteng nyaris terusir, dan ketika kembali, mereka tidak lagi mendapatkan tanah mereka dalam keadaan utuh. Tanah-tanah para tuan tanah diserobot pribumi. Atau, mereka mendapati rumah-rumah, yang mereka tinggalkan telah rata dengan tanah. Kini mereka kembali terancam kehilangan rumah mereka karena ambisi pemerintah kota. Kampung itu terletak di DAS Ciliwung, dan memang melanggar peraturan daerah. Namun, mereka telah ada di situ sebelum peraturan daerah itu dibuat.
== Penggolongan ==
Orang
# Golongan pertama adalah mereka yang datang pada abad ke-15, mereka datang untuk menjadi petani, buruh, pekerja, dan pedagang
# Golongan kedua adalah
▲Golongan pertama adalah mereka yang datang pada abad ke-15, mereka datang untuk menjadi petani, buruh, pekerja, dan pedagang, mereka mencapai [[Tangerang]] dengan menggunakan perahu sederhana, dan pada awalnya hidup pas-pasan dan bekerja sama dengan kolonial Belanda untuk mencapai standar hidup yang lebih baik. Dewasa ini kebanyakan Orang Cina Benteng golongan pertama ini hidup pas-pas an dan sudah terasimilasi dengan budaya pribumi Sunda dan Betawi. Kebanyakan dari mereka tinggal di pedesaan.
▲Golongan kedua adalah orang Tionghoa yang datang pada abad ke-18 dan mendapat restu dan perbekalan dari Kaisar, dengan janji bahwa mereka akan tetap loyal terhadap China dan Kaisar [[Dinasti Qing]]. Mereka datang bersama-sama dengan kapal dagang Belanda, mereka datang dengan motivasi mendapat penghasilan yang lebih layak dengan menjadi buruh, pedagang, dan banyak juga yang menjadi tentara kolonial Belanda. Cina Benteng golongan kedua ini juga adalah proyek pemerintah kolonial Belanda yaitu "One harmony between 3 races, under one loyalty to the Dutch colonial Empire".
== Pakaian adat ==
Pakaian adat suku
== Kontribusi
Tionghoa Benteng golongan kedua tersebut juga adalah proyek pemerintah kolonial Belanda, yaitu "One harmony between 3 races, under one loyalty to the Dutch colonial Empire".
Proyek pemerintah kolonial ini adalah menggabungkan tiga bangsa, yaitu Tionghoa, Belanda, dan Sunda-Betawi, menjadi satu etnis Peranakan mirip dengan Creolle di negara-negara jajahan Spanyol di Benua Amerika. Harapan nya "ras baru" ini hanya akan loyal terhadap pemerintah Belanda. Mereka berkontribusi besar terhadap kelangsungan kekuasaan
Pada saat Jepang menduduki Indonesia, mereka melawan Jepang dengan gagah berani walaupun akhirnya kalah.
Tangerang merupakan daerah terakhir yang dikuasai Belanda di pulau Jawa, daerah ini baru seluruhnya diserahkan kepada Republik pada awal tahun 1950. Orang-orang
Setelah penyerahan tahun 1950 tersebut, terjadi eksodus besar-besaran Tionghoa Benteng ke Belanda serta California dan Lousiana (Amerika Serikat).
▲Orang-orang China Benteng merasa sangat kehilangan ketika Belanda meninggalkan Tangerang pada tahun 50-an dan menyerahkan kota itu kepada Republik, karena mereka kehilangan pelindung mereka, maka terjadilah penyerangan dan perampasan terhadap orang-orang China benteng, banyak di antara mereka yang dulunya kaya sekarang menjadi miskin karena harta leluhur mereka dirampas. Orang China benteng hidup lebih sejahtera selama pada zaman kolonial belanda daripada setelah Tangerang masuk ke-dalam Republik Indonesia.
== Masa kini ==
Orang
Agama yang dianut beragam, antara lain Konghucu, Buddhisme, Taoisme, Katholik, Protestan, Pemujaan Leluhur, Pemujaan Surga, dan ada sedikit yang beragama Islam.
Hal menarik dari
== Demografi ==
Mayoritas masyarakat Cina Benteng memeluk perpaduan antara agama [[Buddha]] dan [[Konghucu]]
== Keturunan Dinasti Qing ==
{{noref}}
Sebagian
王 (Hokkien: Ong) adalah karakter Mandarin untuk "raja", yang
Namun, tidak semua orang
Seiring waktu, kebanyakan orang dari keluarga Wangsa Mulya tidak menyadari kalau mereka adalah keturunan Dinasti Qing,
▲王 (Hokkien: Ong) adalah karakter Mandarin untuk "raja", yang digunanakan untuk orang yang merupakan keturunan penguasa, namun tidak pernah berkuasa. Informasi yang salah menyatakan mereka menggunakan marga Ong karena ibu dari anak haram itu juga bermarga Ong, namun sebenarnya ini adalah sebuah kebetulan. Nama marga Wang pertama kali digunakan oleh Keluarga Zi (penguasa Dinasti Shang), kemudian oleh Keluarga Ji (penguasa Dinasti Zhou) saat mereka sudah tidak berkuasa lagi.
Sejarah mengenai Tionghoa Benteng dapat dilihat di Museum Benteng Heritage, Pasar Lama, Tangerang.
▲Namun tidak semua orang China Benteng bermarga Ong adalah keturunan Aixinjueluo. Keturunan Kaisar Qianlong kini mengggunakan nama Indonesia Wangsa Mulya /Wangsa Mulia, untuk membedakan diri dari marga Ong yang lain. Nama Wangsa Mulia sendiri berasal dari bahasa sanskerta, Wangsa (dinasti), dan Mulia (murni) apabila diterjemahkan ke bahasa inggris menjadi "Pure Dynasty". Sedangkan kata "Qing" sendiri berarti "pure". Sehingga secara harafiah Wangsa Mulia dalam Bahasa Sansekerta berarti "Qing Dynasty".
== Referensi ==
▲Seiring waktu, kebanyakan orang dari keluarga Wangsa Mulya tidak menyadari kalau mereka adalah keturunan Dinasti Qing, namun bagimanapun juga darah dan napas Kekaisaran Qing Raya tetap mengalir pada diri mereka. Mereka hidup modern namun memegang teguh sifat ultra-konservatif seperti feodalisme dan anti-feminisme. Informasi terbaru menyatakan mereka mewarisi Ketuantanahan luas yang meluputi daerah yang sekarang adalah sebagian dari BSD dan Gading Serpong.
{{reflist}}
{{
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]
[[Kategori:Kota Tangerang]]
[[Kategori:Sejarah Tionghoa-Indonesia]]
[[Kategori:Kabupaten Tangerang]]
[[Kategori:Kota Tangerang Selatan]]
|