Sejarah Kalimantan Selatan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: penggantian teks otomatis (-Walikota, +Wali kota; -walikota, +wali kota)
M. Ajmul Nashir (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
 
(17 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Sejarah Kalimantan Selatan''' merupakan catatan historis dari sebuah kawasan yang semula dihuni manusia prasejarah hingga menjadi kawasan provinsial berpemerintahan, yakni provinsi [[Kalimantan Selatan]].
 
=== Masa Sebelum Abad ke-19 ===
[[Berkas:Gedung_Mahligai_Pancasila.jpg|thumbjmpl|220px|''Gedung Mahligai Pancasila'' salah satu bangunan dalam kompleks rumah jabatan Gubernur Kalimantan Selatan]]
{{col-css3-begin|2}}
* [[8000 SM]], migrasi I, manusia mendiami gua-gua di [[pegunungan Meratus]]. [[Kelompok]] ini melanjutkan migrasi ke pulau Papua dan Australia. Fosilnya ditemukan di Gua Babi di Gunung Batu Buli, Desa Randu, [[Muara Uya]], [[Tabalong]].
Baris 10:
{{col-css3-end}}
 
=== Masa Kerajaan Negara Daha ===
{{col-css3-begin|2}}
* 1025, migrasi suku Melayu dari Kerajaan Sriwijaya akibat serangan tentara Cola Mandala (India).
* [[1355]], [[Empu Jatmika]] mendirikan pemukiman dan [[Candi LarasAgung]] ([[MargasariAmuntai]]) dengan pondasi tiang pancang ulin yang disebut ''kalang-sunduk'' di wilayah rawa daerah aliran [[sungai Amas]] dan menobatkan dirinya sebagai raja [[Kerajaan Negara Dipa]] sebagai bawahan Raja Kuripan yang tidak memiliki keturunan. Kemudian Empu Jatmika menaklukan penduduk asli batang Tabalong, Balangan, Pitap, Alai, Labuan Amas, Amandit serta daerah perbukitan yang dihuni [[suku Bukit]], selanjutnya mendirikan [[Candi Agung]] ([[Amuntai]]) sebagai ibukotaibu kota yang baru, tetapi pelabuhan perdagangan tetap di [[Marampiau, Candi Laras Selatan, Tapin|Muara Rampiau]]. Ia menjadi penguasa Candi Agung, Candi Laras dan Kuripan.
* [[1360]], [[Lambung Mangkurat]], [[Patih]] [[Kerajaan Negara Dipa]] berangkat ke [[Majapahit]] untuk melamar [[Raden Putra]], sebagai calon suami [[Putri Junjung Buih]].
* [[1362]], Wilayah [[Barito]], [[Tabalong]] dan [[pulau Sebuku|Sawuku]] menjadi daerah taklukan [[Kerajaan Majapahit]]. Hancurnya [[Kerajaan Nan Sarunai]], kerajaan Suku Dayak Maanyan karena serangan Majapahit. Pangeran Suryanata dari [[Majapahit]] berhasil menjadi raja Negara Dipa.
Baris 31:
{{col-css3-end}}
 
=== Masa Kesultanan Banjar ===
 
==== Tahun 1520-1668 ====
{{col-css3-begin|2}}
* 1520, penobatan Raden Samudera oleh Patih Masih sebagai raja di Muara Kuin dengan gelar [[Pangeran Samudera]].
Baris 45:
* [[1596]], [[Belanda]] merampas 2 perahu lada dari Banjarmasin yang berdagang di [[Kesultanan Banten]].
* [[14 Februari]] [[1606]], [[Ekspedisi]] Belanda dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin, karena perangainya yang buruk Michaelszoon tewas terbunuh.
* [[1612]], [[Belanda]] menembak hancur Istana Raja di [[Kuin]], sehingga ibukotaibu kota kerajaan dipindahkan dari Banjarmasin ke daerah [[Kayu Tangi]], kota baru ini diberi nama [[Martapura]] oleh Sultan Mustainbillah.<ref>{{id}} {{cite book|pages=86|url=http://books.google.co.id/books?id=HiZvFZbm6sgC&lpg=PA88&dq=sultan%20adam&pg=PA86#v=onepage&q=sultan%20adam&f=false|authors=Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto|title=Sejarah nasional Indonesia: Jaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia|publisher=PT Balai Pustaka|year=1992|isbn=979-407-409-8}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}ISBN 978-979-407-409-1</ref>
* 1620 – 1637, masa pemerintahan Ratu Agung dengan gelar Sultan Inayatullah (Raja V).
* 1634, VOC-Belanda mengirim 6 kapal dibawah pimpinan Gijsbert van Londensteijn kemudian ditambah beberapa kapal di bawah pimpinan Antonie Scop dan Steven Batrentz.
* 29 November 1635, VOC Belanda mendirikan kantor dagang di Banjarmasin di bawah pimpinan Wollebrandt Gelenysen de Jonge.
* 1637 – 1642, masa pemerintahan Ratu Anom dengan gelar Sultan Saidulllah (Raja VI).
* 1638, seorang Asisten Belanda terbunuh di Benua Anyar, pertempuran juga menewakanmenewaskan 64 orang bangsa Belanda, selanjutnya 27 orang Martapura terbunuh, dibalas 40 orang Belanda tewas.
* 1642 – 1660, masa pemerintahan Pangeran Ratu dengan gelar Sultan Rakyat Allah (Raja VII).
* 1650 - Di Banjarmasin terdapat perwakilan dagang VOC.<ref>{{en}} (2007){{cite web|url=http://www.indonesianhistory.info/map/voc1650.html?zoomview=1|title=VOC territories and trading posts in Asia, 1650 |publisher=Robert Cribb|date= |work= Digital Atlas of Indonesian History|accessdate=30 August 2011|archive-date=2012-05-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20120512101052/http://www.indonesianhistory.info/map/voc1650.html?zoomview=1|dead-url=yes}}</ref>
* 1660 – 1663, masa pemerintahan Raden Bagus (Suria Angsa) dengan gelar Sultan Amrullah Bagus Kasuma (Raja VIII).
* 1660, diadakan perjanjian perdamaian antara Belanda dan Banjar; Pangeran Dipati Tuha (Suria Negara) bin Sultan Saidullah mengamankan wilayah [[Kerajaan Tanah Bumbu|Tanah Bumbu]] dari pendatang. <ref name="tijdschrift">[http://books.google.co.id/books?id=exRJAAAAMAAJ&dq=pangeran%20praboe%20tanah%20boemboe&pg=PA335#v=onepage&q=pangeran%20praboe%20tanah%20boemboe&f=true {{nl}} Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia, Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Jilid 1, Lange & Co., 1853].</ref>
* 1663 – 1679, masa pemerintahan Pangeran Suryanata II degan gelar Sultan Agung.
* 1664, perubahan nama ''Banjarmasih'' menjadi ''Banjarmassingh'' (dialek Belanda).
Baris 60:
{{col-css3-end}}
 
==== Tahun 1680-1858 ====
{{col-css3-begin|2}}
* 1680–1700, masa pemerintahan Sultan Amrulllah Bagus Kasuma (Suria Angsa) kembali, sedangkan adiknya menjadi Sultan Negara (bekas Negara Daha) bergelar Suria Negara.
Baris 71:
* 1734, Puana Dekke meminjam tanah di wilayah Tanah Kusan kepada Sultan Tamjidullah I yang dinamakan kampung Pagatan, kemudian Sultan Sulaiman menganugerahi gelar kapitan (panglima) kepada Hasan La Pangewa, yaitu Kapitan Laut Pulo sebagai raja pertama [[Kerajaan Pagatan]].
* 1750, Ketua Dewan Mahkota Pangeran Suryanata (sepupu Sultan Sepuh) mangkat di Martapura, kemudian almarhum digantikan oleh puteranya, Pangeran Prabukusuma sebagai ketua Dewan Mahkota Kesultanan Banjar.
* 1759–1761, masa pemerintahan Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah dengan gelar Sultan Muhammadillah, mangkat tahun 1761.<ref>{{cite book|pages=72|url=http://books.google.co.id/books?id=cAyEYpbYUrsC&lpg=PA72&dq=orang%20banjarmasin&pg=PA72#v=onepage&q=orang%20banjarmasin&f=false|title=Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia|volume=1|authors=R. Soekmono|publisher=Kanisius|year=1973|isbn=9794132918}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}ISBN 978-979-413-291-3</ref>
* Tahun 1747, Belanda menduduki Banjarmasin.<ref>[http://books.google.co.id/books?id=QtmeRZI7ejUC&lpg=PA95&dq=saidillah%20sultan%20banjarmasin&pg=PA95#v=onepage&q=saidillah%20sultan%20banjarmasin&f=false {{id}} Edi Songo, Genius Senior, WahyuMedia ISBN 979-795-092-1, 9789797950927]</ref><ref>[http://books.google.co.id/books?id=0q_r9aYSF_MC&lpg=PA82&dq=1747%20banjarmasin&pg=PA82#v=onepage&q=1747%20banjarmasin&f=false {{en}} David Bulbeck, Southeast Asian exports since the 14th century: cloves, pepper, coffee, and sugar, Institute of Southeast Asian, 1998 ISBN 981-3055-67-7, 9789813055674]</ref>
* 1761–1801, masa pemerintahan Sultan [[Tahmidullah II]]/Sunan Nata Alam.
Baris 78:
* 1780, Ratu Intan I menjabat Raja negeri Cantung dan Batulicin, sedangkan Pangeran Prabu menjadi raja negeri Sampanahan, Bangkalaan, Manunggul dan Cengal serta Pangeran Layah menjadi raja negeri Buntar Laut.<ref name="tijdschrift"/>Kota Banjarmasin di bawah otoritas Pangeran Dupa, putera tertua Sultan Banjar<ref name="American">[http://books.google.co.id/books?id=fHhNAAAAYAAJ&dq=laut%20pulo&pg=RA1-PA98#v=onepage&q=laut%20pulo&f=true {{en}} The New American encyclopaedia: a popular dictionary of general knowledge, Volume 2, D. Appleton, 1865]</ref>
* 1782, Pangeran Adam dilantik sebagai Sultan (Muda) Adam.
* [[1785]], Sepuluh [[pambakal]] di Amuntai dibebaskan dari pajak hingga anak cucunya karena telah berjasa melawan laskar yang dipimpin Pangeran Surya dan Pangeran Ahmad, saudara tiri [[Sunan Nata Alam|Sultan Nata]]. Keturunan dari sepuluh datu ini disebut golongan [[anak cucu orang sepuluh]].<ref>{{Cite web |url=http://eprints.lib.ui.ac.id/12976/1/82338-T6811-Politik%20dan-TOC.pdf |title=Salinan arsip |access-date=2011-08-27 |archive-date=2012-01-18 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120118065114/http://eprints.lib.ui.ac.id/12976/1/82338-T6811-Politik%20dan-TOC.pdf |dead-url=yes }}</ref>
* [[1786]], Pangeran Amir ([[raja Kusan]]) tertangkap VOC Belanda.
* [[14 Mei]] [[1787]], [[Pangeran Amir]] (kakek [[Pangeran Antasari]]) diasingkan ke [[Srilangka]].
* [[13 Agustus]] [[1787]], Sultan Tamjidullah I membuat kontrak perjanjian dengan VOC-Belanda.
* [[1792]], VOC menempatkan administrasi sipil (onderkoopman) di Banjarmasin seperti sebelumnya.<ref>{{en}} (2007){{cite web|url=http://www.indonesianhistory.info/map/voc1792.html?zoomview=1|title=VOC civil administration in Indonesia, 1792|publisher=Robert Cribb|date= |work= Digital Atlas of Indonesian History|accessdate=11 August 2011|archive-date=2012-05-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20120512095658/http://www.indonesianhistory.info/map/voc1792.html?zoomview=1|dead-url=yes}}</ref>
* 24 April 1792, Sultan [[Sunan Nata Alam|Sulaiman I]] mengirim surat kepada Gubjen. [[Willem Arnold Alting]] membicarakan harga barang-barang yang ditukar antara kedua pihak, serta keluhan bahwa hak Sultan atas separuh cukai tidak mau dibayar oleh Fetor setempat.<ref>[http://mcp.anu.edu.au/N/SRN_bib.html#D40 Surat Beriluminasi Raja Nusantara]</ref>
* 7 Oktober 1792, Sultan [[Sunan Nata Alam|Sulaiman I]] mengirim surat kepada Gubjen. [[Willem Arnold Alting]] bahwa tugasnya sudah dijalankan sesuai dengan perjanjian, yaitu setiap kepala yang ditunjuk akan membuka kebun lada. Tiap kebun itu dikerjakan oleh 50 orang. Kalau tidak mengerjakan pekerjaan itu, mereka akan dihukum dengan hukuman berat. Juga dinyatakan bahwa mereka sudah menerima kiriman 10 tong obat bedil dan Raja Banjar juga minta dikirimi kertas air emas 12 lembar.
Baris 105:
* 1851, [[Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjana]] mangkat digantikan Pangeran Tamjidullah II sebagai mangkubumi (kepala pemerintahan).
* 1852, [[Abdur Rahman dari Banjar|Sultan Muda Abdul Rahman]] mangkat karena diracun diduga atas perintah [[Pangeran Prabu Anom]].<ref>{{id}} {{cite book|pages=41|url=http://books.google.co.id/books?id=NjBc79jjRx4C&lpg=PA41&dq=Sultan-moeda%20bandjarmasin&pg=PA41#v=onepage&q&f=false|title=Bulan jingga dalam kepala: novel|first=M. Fadjroel|last=Rachman|publisher=Gramedia Pustaka Utama|year=2007|isbn=9792228764}}ISBN 978-979-22-2876-2</ref>
* 1852, Surat Sultan Adam kepada [[Hidayatullah II dari Banjar|Gusti Andarun]] tentang pemberian ''tanah badatu'' (tanah lungguh) dan penunjukkannya sebagai pengganti almarhum [[Sultan Muda]] [[Abdur Rahman dari Banjar|Abdul Rahman]]. <ref>[http://kerajaanbanjar.wordpress.com/2008/02/13/surat-wasiat-sultan-adam-untuk-pangeran-hidayatullah/ Surat Wasiat Sultan Adam Untuk Pangeran Hidayatullah ]</ref>
* 8 Agustus 1852, pemerintah kolonial Hindia Belanda (dengan sengaja secara salah) melantik Pangeran Tamjidillah II sebagai [[Sultan Muda]] Kesultanan Banjar, dan sekaligus tetap menjabat [[Mangkubumi]]. Pelantikan ini ditolak Sultan Adam yang mencalonkan Pangeran Hidayatullah II sebagai [[Sultan Muda]] dan Pangeran Prabu Anom sebagai mangkubumi.
* 1855, Secara diam-diam Sultan Adam melantik [[Pangeran Prabu Anom]] sebagai [[Raja Muda]] Kesultanan Banjar dan memecat Pangeran Tamjidillah II sebagai mangkubumi.<ref>{{id icon}}{{cite book|pages=275|url=http://books.google.co.id/books?id=N5jc0h1BktwC&lpg=PA276&dq=balangan&pg=PA275#v=onepage&q=balangan&f=false|fisrt=Marwati Djoened|last=Poesponegoro|coauthors=Nugroho Notosusanto|location= Indonesia|title= Sejarah nasional Indonesia: Nusantara pada abad ke-18 dan ke-19|publisher= PT Balai Pustaka|year= 1992|isbn= 979-407-410-1|access-date=2011-08-31|archive-date=2014-01-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20140104225128/http://books.google.co.id/books?id=N5jc0h1BktwC&lpg=PA276&dq=balangan&pg=PA275#v=onepage&q=balangan&f=false|dead-url=yes}}ISBN 978-979-407-410-7</ref>
* 1855, Pemekaran dan pembentukan beberapa afdeeling baru<ref>{{nl}} {{cite book|pages=241|url=http://books.google.co.id/books?id=0GM-AAAAcAAJ&dq=tanah-koessan&pg=PA241#v=onepage&q&f=false|title=Bydragen tot de kennis van verschillende overzeesche landen, volken, enz|volume=1|author=J. B. J Van Doren|publisher=J. D. Sybrandi|year=1860}}</ref>
* 30 April 1856, Belanda menerima konsesi tambang batu bara yang ditandatangani Sultan Adam.
Baris 118:
{{col-css3-end}}
 
=== Masa Perang Banjar ===
 
==== Tahun 1859 ====
{{col-css3-begin|2}}
[[Berkas:1. ZM Stoomschip Celebes in gevecht met een Kota Mara 6 aug 1859 Poeloe Kananat opgenomen.jpg|thumbjmpl|[[Kapal uap]] ''Celebes'' berperang melawan benteng rakit apung yang disebut ''Kotamara'' dikemudikan [[suku Dayak|orang Dayak]] pada tanggal [[6 Agustus]] [[1859]] di pulau Kanamit, [[sungai Barito]].]]
* 2 Februari 1859, kedatangan bantuan tentara Belanda dengan Kapal Arjuna, namun 3 hari kemudian dipulangkan lagi ke Batavia.
* Februari 1859, Neneksuri Nyai Ratu Kamala Sari dan anak-anaknya menyerahkan kerajaan dengan Pangeran Hidayatullah.
Baris 149:
{{col-css3-end}}
 
==== Tahun 1860 ====
{{col-css3-begin|2}}
* 2 Januari 1860, serangan terhadap Kapal van Os di Pulau Petak
Baris 177:
{{col-css3-end}}
 
==== Tahun 1861 ====
{{col-css3-begin|2}}
[[Berkas:Goenong-Tongka.jpg|thumbjmpl|rightka|250px|Benteng Gunung Tungka.]]
* 24 Februari 1861, pertempuran di Amalang dan Maleno, dipimpin Demang Lehman dan Guna Wijaya.
* 3 Maret 1861, pertempuran di [[Rantau]], dipimpin Jaya Warna.
Baris 220:
{{col-css3-end}}
 
==== Tahun 1862-1905 ====
{{col-css3-begin|2}}
* 28 Januari 1862, Pangeran Hidayatullah dan Ratu Siti masuk Martapura, berdiam di rumah Residen Martapura.
Baris 247:
* [[1899]], [[Residen]] C.A Kroesen memimpin ''[[Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo]]''.
* 1899, peristiwa Amuk Hantarukung dipimpin [[Bukhari dari Hantarukung|Bukhari]]
* 1903, Banjarmasin dan Amuntai sudah mendapatkan jalur telegraf.<ref>{{en}} (2007){{cite web|url=http://www.indonesianhistory.info/map/telegraph1903.html?zoomview=1|title=TTelegraph lines in the Netherlands Indies, 1903 |publisher=Robert Cribb|date= |work= Digital Atlas of Indonesian History|accessdate=11 August 2011|archive-date=2016-03-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20160305011640/http://www.indonesianhistory.info/map/telegraph1903.html?zoomview=1|dead-url=yes}}</ref>
* 1904, wafatnya Pangeran Hidayatullah di [[Cianjur]] serta dibuangnya Gt. Muhammad Arsyad ke Bogor.
* [[24 Januari]] [[1905]], [[Sultan Muhammad Seman]], putra Pangeran Antasari gugur melawan Belanda di benteng Baras Kuning.
Baris 254:
{{col-css3-end}}
 
=== Masa Perang Kemerdekaan ===
 
==== Tahun 1913-1944 ====
{{col-css3-begin|2}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Groepsportret tijdens een officiële gebeurtenis Bandjermasin TMnr 60051432.jpg|thumbjmpl|rightka|250px|Pegawai Kantor Governurment Borneo di Banjarmasin]]
* [[1913]], Belanda tetap menempatkan kekuatan militernya di Banjarmasin.<ref>{{en}} (2007){{cite web|url=http://www.indonesianhistory.info/map/garrisons1913.html?zoomview=1|title=Military garrisons in the outer islands, 1913 |publisher=Robert Cribb|date= |work= Digital Atlas of Indonesian History|accessdate=11 August 2011|archive-date=2016-03-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20160305053524/http://www.indonesianhistory.info/map/garrisons1913.html?zoomview=1|dead-url=yes}}</ref>
* [[1915]], [[Sarekat Islam]] mendirikan Madrasah Darussalam di Martapura.
* [[1919]], [[Banjarmasin]] mendapat otonom pemerintahan menjadi ''[[Gemeente]] Bandjermasin''.
* [[1920]]. Kandangan dan Banjarmasin berpenduduk lebih dari 10.000 jiwa.<ref>{{en}} (2007){{cite web|url=http://www.indonesianhistory.info/map/townsni1920.html?zoomview=1|title=Towns with population greater than 10,000, rest of the Netherlands Indies, 1920 |publisher=Robert Cribb|date= |work= Digital Atlas of Indonesian History|accessdate=11 August 2011|archive-date=2012-05-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20120512095955/http://www.indonesianhistory.info/map/townsni1920.html?zoomview=1|dead-url=yes}}</ref>
* [[1923]], ''[[National Borneo Congres]]'' ke-1.
* [[29]]-[[31]] [[Maret]] [[1924]], ''National Borneo Congres'' ke-2, dihadiri wakil-wakil Perserikatan Dayak dan [[Sarekat Islam]] lokal.
Baris 268:
* [[5 Maret]] [[1930]], keluarnya ketetapan nomor 253 dan 254 tentang berdirinya cabang [[Muhammadiyah]] di Banjarmasin dan [[Distrik Alabio|Alabio]].
* 1937, kembalinya Ratu Zaleha dari pembuangan ke Martapura serta pemberontakan [[Hariang, Banua Lawas, Tabalong|Hariang]], sehingga Kepala Distrik Kyai Masdhulhak tewas.
* 1937, Dewan rakyat terdapat di Banjarmasin dan Barabai<ref>{{en}} (2007){{cite web|url=http://www.indonesianhistory.info/map/councilnei1937.html?zoomview=1|title=Representative councils in the Netherlands Indies, 1937 |publisher=Robert Cribb|date= |work= Digital Atlas of Indonesian History|accessdate=30 August 2011|archive-date=2012-05-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20120512100124/http://www.indonesianhistory.info/map/councilnei1937.html?zoomview=1|dead-url=yes}}</ref>
* 1938 – 1942, masa Gubernur Borneo dr. [[A. Haga]].
* 1938: Hindia Belanda mendirikan tiga provinsi atas ''eilandgewest'' yaitu Sumatera beribukotaberibu kota di Medan, Borneo beribukotaberibu kota di Banjarmasin, dan Timur Besar beribukotaberibu kota di Makassar.<ref>{{id}} {{cite book|pages=38|url=http://books.google.co.id/books?id=ANTjlSOpK0cC&lpg=PA38&dq=sejarah%20banjarMASIN&pg=PA38#v=onepage&q&f=false|authors=Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto|title=Sejarah nasional Indonesia: Jaman Kebangkitan nasional dan masa akhir Hindia Belanda|publisher=PT Balai Pustaka|year=1992|isbn=979407411X|access-date=2011-08-25|archive-date=2013-07-31|archive-url=https://web.archive.org/web/20130731184532/http://books.google.co.id/books?id=ANTjlSOpK0cC&lpg=PA38&dq=sejarah%20banjarMASIN&pg=PA38#v=onepage&q&f=false|dead-url=yes}}ISBN 978-979-407-411-4</ref>
* [[25 Desember]] [[1941]], Jepang membom [[Lapangan Terbang Ulin]]
* [[21 Januari]] [[1942]], Jepang menembak jatuh pesawat Catalina milik Belanda di [[sungai Barito]] perairan [[Alalak, Barito Kuala]].
Baris 282:
{{col-css3-end}}
 
==== Tahun 1945 ====
{{col-css3-begin|2}}
* [[17 April]] [[1945]], rakyat Banjarmasin mulai diwajibkan memberi hormat dengan membungkukkan badan kepada setiap tentara Jepang, baik yang naik sepeda, mobil dan sebagainya.
Baris 298:
{{col-css3-end}}
 
==== Tahun 1946-1949 ====
{{col-css3-begin|2}}
* 24 September 1946, penangkapan laskar Saifullah oleh Belanda di Kandangan pada saat pasar malam.
Baris 304:
* Mei 1947, pertempuran di [[Telang, Batang Alai Utara, Hulu Sungai Tengah|Hambawang Pulasan]], Barabai, dipimpin H. Aberanie Sulaiman, 48 serdadu Belanda tewas sedangkan 1 orang pejuang gugur, yaitu Made Kawis.<ref>http://bumibanjar.blogspot.com/2010/05/pertempuran-hambawang-pulasan-1.html</ref>
* 14 Januari 1948, terbentuknya satuan kenegaraan [[Daerah Banjar]].
* 3 Juli 1948, Belanda melantik Dewan Banjar. <ref>[http://books.google.co.id/books?id=a_uaI-Au4I4C&lpg=PA401&dq=borneo%20selatan&pg=PA402#v=onepage&q=borneo%20selatan&f=true {{id}} Pramoedya Ananta Toer, Koesalah Soebagyo Toer, Ediati Kamil, Kronik revolusi Indonesia, Jilid 4, Kepustakaan Populer Gramedia, 1999, ISBN 979-9023-88-2, 9789799023889]</ref>
* 18 Juli 1948, peristiwa pertempuran di [[Wawai, Batang Alai Selatan, Hulu Sungai Tengah|Wawai]], 16 orang pejuang gugur.
* Agustus 1948, pertempuran di Hambawang Pulasan, dekat Barabai dipimpin Aliansyah.
Baris 312:
* [[6 Februari]], pertempuran [[Kota Pagatan, Kusan Hilir, Tanah Bumbu|Pagatan]] di [[Tanah Bumbu]].
* 14 Februari 1949, pertempuran di [[Batu Tangga, Batang Alai Timur, Hulu Sungai Tengah|Batu Tangga]], 2 orang pejuang gugur.
* [[15 April]] [[1949]], Pertempuran [[Batakan,Pertempuran Panyipatan, Tanah Laut|Batakan]] di [[Tanah Laut]].
* 15 Mei 1949, perumusan teks proklamasi di [[Telaga Langsat, Telaga Langsat, Hulu Sungai Selatan|Telaga Langsat]], dipimpin H. Aberanie Sulaiman.
* 16 Mei 1949, penandatanganan teks [[proklamasi Kalimantan]] di Ni'ih oleh Hasan Basry.
Baris 323:
{{col-css3-end}}
 
=== Masa Pembangunan ===
 
==== Tahun 1950-1965 ====
{{col-css3-begin|2}}
* 4 April 1950, penghapusan daerah Banjar, Dayak Besar dan Kalimantan Tenggara dari Republik Indonesia Serikat, kemudian dimasukkan ke dalam Republik Indonesia Yogyakarta.
* 01 Juni 1950, pembentukan [[Kabupaten Kotabaru]].
* 29 Juni 1950, Kepmendagri No. C/17/15/3 wilayah Kalimantan dibagi menjadi 6 Kabupaten Administratif dan 3 Swapraja. Salah satunya ''Afdeeling Van Hoeloe Soengai'' dibentuk menjadi Kabupaten Hulu Sungai dangan ibukotaibu kota Kandangan.
* 14 Agustus 1950, pembentukan [[Daftar provinsi di Indonesia sepanjang masa#Regio II Kalimantan|provinsi Kalimantan]] serta pembentukan Kabupaten Banjar.
* 14 Agustus 1950 – 1953, masa Gubernur dr. Moerdjani.
* 2 Desember 1950, pembentukan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dengan Bupati Syarkawi.
* [[21 Mei]] [[1952]], berdirinya Kabupaten Amuntai.
* 1953–1955, masa Gubernur Mas Subardjo.
* [[14 Januari]] [[1953]], perubahan nama Kabupaten Amuntai menjadi [[Kabupaten Hulu Sungai Utara]].
Baris 360:
{{col-css3-end}}
 
==== Tahun 1968-Sekarang ====
{{col-css3-begin|2}}
* 1968–1970, masa Gubernur Jasmani[[Jamani]].
* 23 Maret 1968, pemberian Gelar [[Pahlawan Nasional]] untuk [[Pangeran Antasari]].<ref>{{id}} {{cite book|pages=12|url=http://books.google.co.id/books?id=m1mUOLlUhrQC&lpg=PA12&dq=pangeran%20antasari&pg=PA12#v=onepage&q=pangeran%20antasari&f=false|title=Pahlawan Indonesia|publisher=Niaga Swadaya|isbn=979-1481-60-1}}ISBN 978-979-1481-60-1</ref>
* 1970–1980, masa gubernur [[Subarjo Sosroroyo]].
* 10 November 1974 - Oktober 1979, pembangunan [[Masjid Raya Sabilal Muhtadin]].
* 15 Januari 1979, wafatnya Ir. [[Pangeran MohamadMuhammad Noor]], Gubernur Kalimantan pertama dimakamkan di Jakarta.
* 1980–1984, masa Gubernur [[Mistar Cokrokusumo]].
* 1984–1995, masa Gubernur Ir. H. [[Muhammad Said]].
* 15 Juli 1984, wafatnya Brigjen Hasan Basry, dimakamkan di Simpang Tiga [[Liang Anggang, Banjarbaru]].
Baris 373:
* 23 April 1997, peresmian [[Jembatan Barito]] oleh Presiden [[Soeharto]].
* [[23 Mei]] [[1997]], peristiwa [[Kerusuhan Banjarmasin Mei 1997|Jum'at Kelabu di Banjarmasin]], kampanye pemilu yang berakhir kerusuhan bernuansa SARA/partai.<ref>{{id icon}}{{cite book|pages=185|url=http://books.google.co.id/books?id=bwe42GHDMfIC&lpg=PA197&dq=orang%20banjarmasin&pg=PA185#v=onepage&q=orang%20banjarmasin&f=false|first=Syamsuddin|last=Haris|title=Kecurangan dan perlawanan rakyat dalam pemilihan umum 1997|publisher=Yayasan Obor Indonesia|year=1999|isbn= 979-461-313-4}} ISBN 978-979-461-313-9</ref><ref>{{cite book|pages=225|url=http://books.google.co.id/books?id=O3I4tF7UJjEC&lpg=PA225&dq=orang%20banjarmasin&pg=PA225#v=onepage&q=orang%20banjarmasin&f=false|title=Krisis masa kini dan Orde Baru|authors=Puslit Kemasyarakatan dan Kebudayaan (Indonesia), Ngrumat Bondo Utomo, PT.|editor=Muhamad Hisyam|publisher=Yayasan Obor Indonesia|year=2003|isbn=9794614602}}ISBN 978-979-461-460-0</ref>
* 1995–2000, masa Gubernur [[Gusti Hasan Aman]].
* 2000–2005, masa Gubernur [[SjahrielSjachriel Darham]].
* 20 April 2000, pembentukan [[Kota Banjarbaru]].
* 3 November 2001, pemberian gelar Pahlawan kemerdekaan untuk Brigjen [[Hasan Basry]].
Baris 380:
* 8 April 2006, pembentukan Kabupaten Balangan dan Tanah Bumbu.
* 21 Desember 2006, peresmian Taman Siring di sempadan Sungai Martapura dengan panjang 320 meter.
* [[2005]]-2010, masa Gubernur [[Rudy Ariffin]] - H.M. [[Rosehan NBNoor Bahri]].
* 25 April 2008, peresmian Jembatan Rumpiang oleh Presiden Soesilo[[Susilo Bambang Yudhoyono]] di Barito Kuala.
* Oktober 2008, dimulainya pembangunan ''runway'' Bandara Syamsudin Noor menuju Bandara Internasional.
* 11 Februari 2009, pemancangan tiang pembangunan Kantor Gubernur di Banjarbaru.
* 26 Februari 2009, dimulainya pembangunan PLTU di Asam-asam dengan kekuatan 2 x 65 megawatt.
* 27 Mei 2009, pembukaan alur Sungai Barito bebas dari lumpur untuk jalur pelayaran dan pelabuhan.
* 2010-2015, masa Gubernur Rudy Ariffin - [[Rudy Resnawan]].
* 1 Januari 2010, pemberlakuan Perda Pendidikan Al Qur'an bagi seluruh jenjang sekolah di Kalimantan Selatan.
* 24 Juli 2010, pemberian gelar Pangeran kepada Ir. Gt. [[Khairul Saleh]] sebagai keputusan Musyawarah Tinggi Adat Banjar.
* 12 Desember 2010, penobatan Ir. Gt. Khairul Saleh sebagai Raja Muda Kesultanan Banjar dengan gelar Pangeran Khairul Saleh.
* 14 Agustus 2011, peresmian Sekretariat Daerah Propinsi Kalimantan Selatan yang baru di kecamatan [[Cempaka, Banjarbaru|Cempaka]] ([[Banjarbaru]]) yang berdiri pada perbukitan dengan ketinggian elevasi 44 meter di atas permukaan laut serta berjarak sekitar 60 km dari tapak kantor lama yang bersejarah sejak masa kolonial berlokasi di titik 0 km Banjarmasin di tepi [[sungai Martapura]].<ref>[http://kalsel.antaranews.com/berita/3447/dewan-jangan-jual-kantor-gubernur Dewan: Jangan Jual Kantor Gubernur ]</ref><ref>[http://www.radarbanjarmasin.co.id/index.php/berita/detail/59/15135 Sore Ini Gedung Pemprov Diresmikan ]</ref> <ref>[{{Cite web |url=http://www.kalimantan-news.com/berita.php?idb=6407 |title=DPRD Kalsel Tetap Berkantor Di Banjarmasin ] |access-date=2011-08-27 |archive-date=2012-01-27 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120127144849/http://www.kalimantan-news.com/berita.php?idb=6407 |dead-url=yes }}</ref><ref>[http://www.youtube.com/watch?v=u00QEmgF_rE Kantor Gubernur Kalimantan Selatan dilihat dari udara]</ref>
* 10 November 2011, pemberian gelar Pahlawan Nasional bagi KH. DR. [[Idham Chalid]] oleh Presiden.
{{col-css3-end}}
 
Baris 400:
{{indo-sejarah-stub}}
 
[[Kategori:Sejarah Kalimantan Selatan| {{PAGENAME}}]]
[[Kategori:Sejarah Indonesia menurut provinsi|Kalimantan Selatan]]