Pakubuwana VI: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Antapurwa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
 
(87 revisi perantara oleh 44 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox royalty
[[Berkas:Pakubuwana VI.jpg|thumb|Pakubuwana VI]]
|name = Pakubuwana VI<br />{{java|ꦥꦏꦸꦧꦸꦮꦤ꧇꧖꧇}}
|title = Sri Susuhunan Pakubuwana VI
|image = Sri Susuhunan Pakubuwono VI.jpg
|succession = [[Susuhunan Surakarta]] ke-5
|moretext =
|reign = [[1823]] – [[1830]]
|predecessor = [[Pakubuwana V|Susuhunan Pakubuwana V]]
|suc-type = Penerus
|successor = [[Pakubuwana VII|Susuhunan Pakubuwana VII]]
|reg-type = [[Daftar Gubernur-Jenderal Hindia Belanda|Gubernur Jenderal]]
|regent = [[G.A.G.Ph. van der Capellen]] <br /> [[Leonard Pierre Joseph du Bus de Gisignies]] <br /> [[Johannes van den Bosch]]
|spouse = GKR. Kedaton <br /> GKR. Ageng <br /> GKR. Anom <br /> KRAy. Asmaraningrum <br /> KRAy. Himbaningrum <br /> KRAy. Retnaasmara <br /> KRAy. Tejaningrum
|house = [[Wangsa Mataram|Mataram]]
|regnal name = ''Sahandhap Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakubuwana Senapati ing Alaga Abdurrahman Sayyidin Panatagama Ingkang Jumeneng kaping Enem ing Nagari Surakarta Hadiningrat''
|full name = Raden Mas Sapardan
|father = [[Pakubuwana V|Susuhunan Pakubuwana V]]
|mother = KRAy. Sasrakusuma
|birth_date = [[26 April]] [[1807]]
|birth_place = [[Surakarta]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = {{Death date and age|1849|6|2|1807|5|26}}
|death_place = [[Kota Ambon]], [[Hindia Belanda]]
|religion = [[Islam]]
|signature =
|burial_place=[[Pemakaman Imogiri|Astana Kapingsangan]], [[Imogiri, Bantul]], [[Yogyakarta]]}}
'''Sri Susuhunan Pakubuwana VI''' (sering disingkat '''PB VI'''; {{lahirmati|[[Kota Surakarta|Surakarta]], [[Jawa Tengah]]|26|4|1807|[[Kota Ambon|Ambon]]|2|6|1849}}) adalah [[susuhunan]] [[Kesunanan Surakarta|Surakarta]] kelima yang memerintah tahun [[1823]] – [[1830]]. Ia dijuluki pula dengan nama '''Sinuhun Bangun Tapa''' karena kegemarannya melakukan tapa brata.
 
Sunan Pakubuwana VI telah ditetapkan pemerintah [[Republik Indonesia]] sebagai [[pahlawan nasional]] berdasarkan S.K. Presiden RI No. 294 Tahun 1964, tanggal [[17 November]] [[1964]].
'''Sri Susuhunan Pakubuwana VI''' (lahir: [[Surakarta]], [[1807]] – wafat: [[Ambon]], [[1849]]) adalah raja [[Kasunanan Surakarta]] yang memerintah tahun [[1823]] – [[1830]]. Ia dijuluki pula dengan nama '''Sinuhun Bangun Tapa''', karena kegemarannya melakukan tapa brata.
 
== Riwayat hidup ==
Sunan Pakubuwana VI telah ditetapkan pemerintah [[Republik Indonesia]] sebagai [[pahlawan nasional]] berdasarkan S.K. Presiden RI No. 294 Tahun 1964, tanggal 17 November 1964.
Nama aslinya adalah Raden Mas Sapardan, putra [[Pakubuwana V]], anak lelaki ke-11 yang lahir dari istri KRAy. Sasrakusuma, keturunan [[Ki Juru Martani]], patih pertama dalam sejarah [[Kesultanan Mataram]], dari garis darah ibunya. Raden Mas Sapardan dilahirkan pada 26 April 1807. Pakubuwana VI naik tahta tanggal 15 September 1823, selang sepuluh hari setelah kematian ayahnya, pada usia menginjak 16 tahun.<ref name="PB VI">{{cite web|title=Peran Ganda Raja Surakarta Berujung Petaka|author= Iswara N Raditya|website= Tirto.id|year= 2017|accessdate= 27 Januari 2021|url= https://tirto.id/peran-ganda-raja-surakarta-berujung-petaka-crZU}}</ref>
 
== Hubungan dengan Diponegoro ==
== Asal-Usul ==
Pakubuwana VI adalah pendukung perjuangan [[Pangeran Diponegoro]], yang memberontak terhadap [[Kesultanan Yogyakarta]] dan pemerintah [[Hindia Belanda]] sejak tahun [[1825]]. Namun, sebagai seorang raja yang terikat perjanjian dengan [[Belanda]], Pakubuwana VI berusaha menutupi persekutuannya itu.
Nama aslinya adalah '''Raden Mas Sapardan''', putra [[Pakubuwana V]] yang lahir dari istri Raden Ayu Sosrokusumo, keturunan [[Ki Juru Martani]]. Ia dilahirkan pada tanggal 26 April [[1807]].
 
Agar pertemuan antara Pakubuwana VI dengan Pangeran Diponegoro tidak diketahui oleh Belanda maka dibuatlah siasat-siasat yang hanya diketahui oleh mereka. Beberapa siasat-siasat yang pernah digunakan seperti siasat ''mimis kencana'', sebuah siasat dimana mereka berpura-pura saling berperang agar pihak Belanda mengira mereka saling bermusuhan. Selain itu ada siasat ''candradimuka'', sebuah siasat yang penamaanya bersumber dari cerita wayang [[gatotkaca]]. Siasat ini digunakan untuk membicarakan tentang jalannya perang melawan Belanda.<ref name="Pakubuwana VI">{{cite journal|title= Strategi Politik Pakubuwana VI Melawan Kolonial Belanda Tahun 1823 – 1830|author= Sukrismiyati|journal= Candi|volume= 12|number= 2|year= 2015|issn= 2086-2717|page= 142-146|publisher= Program Studi Pendidikan Sejarah, Universitas Sebelas Maret|url= https://jurnal.uns.ac.id/candi/article/view/42849}}</ref>
Pakubuwana VI naik takhta tanggal 15 September [[1823]], selang sepuluh hari setelah kematian ayahnya.
 
[[Pangeran Diponegoro]] juga pernah menyusup ke dalam [[keraton Surakarta]] untuk berunding dengan Pakubuwana VI seputar sikap [[Mangkunegaran]] dan [[Pulau Madura|Madura]]. Ketika [[Belanda]] tiba, mereka pura-pura bertikai dan saling menyerang yang diakiri dengan Diponegoro yang melarikan diri dari istana.<ref name="PB VI" />
== Hubungan dengan Pangeran Dipanegara ==
Pakubuwana VI adalah pendukung perjuangan [[Pangeran Dipanegara]], yang memberontak terhadap [[Kesultanan Yogyakarta]] dan pemerintah [[Hindia Belanda]] sejak tahun [[1825]]. Namun, sebagai seorang raja yang terikat perjanjian dengan [[Belanda]], Pakubuwana VI berusaha menutupi persekutuannya itu.
 
Dalam perang melawan [[Pangeran Diponegoro]], Pakubuwana VI menjalankan aksi ganda. Di samping memberikan bantuan dan dukungan, ia juga mengirim pasukan untuk pura-pura membantu [[Belanda]]. Pujangga besar [[Ranggawarsita]] mengaku semasa muda dirinya pernah ikut serta dalam pasukan sandiwara tersebut.
Penulis naskah-naskah babad waktu itu sering menutupi pertemuan rahasia Pakubuwana VI dengan [[Pangeran Dipanegara]] menggunakan bahasa simbolis. Misalnya, Pakubuwana VI dikisahkan pergi bertapa ke [[Gunung Merbabu]] atau bertapa di Hutan Krendawahana. Padahal sebenarnya, ia pergi menemui [[Pangeran Dipanegara]] secara diam-diam.
 
[[Pangeran Dipanegara]] juga pernah menyusup ke dalam [[keraton Surakarta]] untuk berunding dengan Pakubuwana VI seputar sikap [[Mangkunegaran]] dan [[Madura]]. Ketika [[Belanda]] tiba, mereka pura-pura bertikai dan saling menyerang. Konon, kereta [[Pangeran Dipanegara]] tertinggal dan segera ditanam di dalam keraton oleh Pakubuwana VI.
 
Dalam perang melawan [[Pangeran Dipanegara]], Pakubuwana VI menjalankan aksi ganda. Di samping memberikan bantuan dan dukungan, ia juga mengirim pasukan untuk pura-pura membantu [[Belanda]]. Pujangga besar [[Ranggawarsita]] mengaku semasa muda dirinya pernah ikut serta dalam pasukan sandiwara tersebut.
 
== Penangkapan oleh Belanda ==
[[Berkas:Pahlawan Pakubuwana VI.JPG|thumbjmpl|Patung Pakubuwana VI di keraton [[Keraton Surakarta]].]]
 
[[Belanda]] akhirnya berhasil menangkap [[Pangeran DipanegaraDiponegoro]] pada tanggal 28 Maret [[1830]]. Sasaran berikutnya ialah Pakubuwana VI. Kecurigaan [[Belanda]] dilatarbelakangi oleh penolakan Pakubuwana VI atas penyerahan beberapa wilayah [[Surakarta]] kepada [[Belanda]].
 
[[Belanda]] berusaha mencari bukti untuk menangkap Pakubuwana VI. Juru tulis keraton yang bernama Mas Pajangswara (ayah [[Ranggawarsita]]) ditangkap untuk dimintai keterangan. Sebagai anggota keluarga [[Yasadipura]] yang anti [[Belanda]], Pajangswara menolak membocorkan hubungan rahasia Pakubuwana VI dengan [[Pangeran DipanegaraDiponegoro]]. Ia akhirnya matimeninggal setelah disiksa secara kejam. KononOleh jenazahnyaBelanda, ditemukanmayatnya pendudukdibuang ke tengah laut.<ref name="PB VI" /> Pada tanggal 8 Juni 1830 Pakubuwana VI ditangkap di sekitarMancingan Luaroleh BatangResiden Yogyakarka Van Nes dan Letnan Kolonel B. Sollewijn. Belanda memutuskan untuk mengasingkan Pakubuwana VI ke luar Jawa karena ditakutkan akan melakukan pemberontakan. Pakubuwana VI dibuang ke Ambon pada 8 Juli 1830.<ref name="Pakubuwana VI" />
 
Fitnah yang dilancarkan pihak [[Belanda]] ini kelak berakibat buruk pada hubungan antara putra Pakubuwana VI, yaitu [[Pakubuwana IX]] dengan putra Mas Pajangswara, yaitu [[Ranggawarsita]]. [[Pakubuwana IX]] sendiri masih berada dalam kandungan ketika Pakubuwana VI berangkat ke [[Kota Ambon|Ambon]]. Takhta [[Surakarta]] kemudian jatuh kepada paman Pakubuwana VI, yang bergelar [[Pakubuwana VII]].<ref name="Pakubuwana VI" />
[[Belanda]] tetap saja menangkap Pakubuwana VI dan membuangnya ke [[Ambon]] pada tanggal 8 Juni [[1830]] dengan alasan bahwa Mas Pajangswara sudah membocorkan semuanya, dan kini ia hidup nyaman di [[Batavia]].
 
== Misteri kematian ==
Fitnah yang dilancarkan pihak [[Belanda]] ini kelak berakibat buruk pada hubungan antara putra Pakubuwana VI, yaitu [[Pakubuwana IX]] dengan putra Mas Pajangswara, yaitu [[Ranggawarsita]].
Pakubuwana VI meninggal dunia di [[Kota Ambon|Ambon]] pada tanggal 2 Juni [[1849]]. Menurut laporan resmi [[Belanda]], ia meninggal karena kecelakaan saat berpesiar di laut.
 
Pada tahun [[1957]] jasad Pakubuwana VI dipindahkan dari [[Kota Ambon|Ambon]] ke Astana [[Imogiri]], yaitu kompleks pemakaman keluarga raja keturunan [[Mataram]]. Pada saat makamnya digali, ditemukan bukti bahwa tengkorak Pakubuwana VI berlubang di bagian dahi. Menurut analisis Jenderal [[Djatikoesoemo|GPH. Jatikusumo]] (salah satu putra [[Pakubuwana X]]), lubang tersebut seukuran peluru senapan ''baker''.
[[Pakubuwana IX]] sendiri masih berada dalam kandungan ketika Pakubuwana VI berangkat ke [[Ambon]]. Takhta [[Surakarta]] kemudian jatuh kepada paman Pakubuwana VI, yang bergelar [[Pakubuwana VII]].
 
Ditinjau dari letak lubang, Pakubuwana VI jelas tidak wafat karena bunuh diri, apalagi kecelakaan saat berpesiar. Raja Surakarta yang anti penjajahan ini diperkirakan wafat dibunuh dengan cara ditembak pada bagian dahi.
== Misteri Kematian ==
== Referensi ==
Pakubuwana VI meninggal dunia di [[Ambon]] pada tanggal 2 Juni [[1849]]. Menurut laporan resmi [[Belanda]], ia meninggal karena kecelakaan saat berpesiar di laut.
{{reflist}}
 
== Bacaan lanjutan ==
Pada tahun [[1957]] jasad Pakubuwana VI dipindahkan dari [[Ambon]] ke [[Astana Imogiri]], yaitu kompleks pemakaman keluarga raja keturunan [[Mataram]]. Pada saat makamnya digali, ditemukan bukti bahwa tengkorak Pakubuwana VI berlubang di bagian dahi. Menurut pendapat '''Jend. TNI Pangeran Haryo Jatikusumo''' (putra [[Pakubuwana X]]), lubang tersebut seukuran peluru senapan ''Baker Riffle''.
 
Ditinjau dari letak lubang, Pakubuwana VI jelas bukan mati karena bunuh diri, apalagi kecelakaan saat berpesiar. Raja [[Surakarta]] yang anti penjajahan ini diperkirakan mati dibunuh dengan cara ditembak pada bagian dahi.
 
== Kepustakaan ==
* Andjar Any. 1980. ''Raden Ngabehi Ronggowarsito, Apa yang Terjadi?'' Semarang: Aneka Ilmu
* M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Baris 45 ⟶ 65:
* Purwadi. 2007. ''Sejarah Raja-Raja Jawa''. Yogyakarta: Media Ilmu
 
== Lihat pula ==
{{Commonscat|Pakubuwono VI}}
*[[Kasunanan Surakarta]]
* [[Daftar rajaKasunanan JawaSurakarta]]
* [[Daftar penguasa MataramRaja BaruJawa]]
* [[Wangsa Mataram]]
{{kotak mulai}}
{{s-reg}}
{{kotak suksesi|jabatan = [[Pakubuwana|Susuhunan Surakarta]]|pendahulu=[[Pakubuwana V|Susuhunan Pakubuwana V]]|pengganti = [[Pakubuwana VII|Susuhunan Pakubuwana VII]]|tahun = 1823-1830}}
{{kotak selesai}}
 
{{startAuthority boxcontrol}}
 
{{succession box |
{{Pahlawan Indonesia}}
before=[[Pakubuwana V]] |
{{Pakubuwana}}
title=[[Sunan Surakarta]] |
{{lifetime|1807|1849|Pakubuwana 06}}
years=1823-1830 |
<!-- Bantulah wikipedia menambahkan templat ini pada halaman tokoh muslim yang belum terhimpun di dalam --Kategori:Semua artikel biografi tokoh muslim -- Lihat Templat:Lifetime-Tokoh-Muslim -->
after=[[Pakubuwana VII]]
{{Lifetime-Tokoh-Muslim
|sort =
|hari_lahir =
|tgl_lahir_h =
|tgl_lahir_m = 26
|bln_lahir_h =
|bln_lahir_m = April
|thn_lahir_h =
|thn_lahir_m = 1807
|tempat_lahir = Surakarta
|status_hidup_wafat = WAFAT
|sebab_wafat = kecelakaan
|tempat_wafat = Ambon
|hari_wafat =
|tgl_wafat_h =
|tgl_wafat_m = 2
|bln_wafat_h =
|bln_wafat_m = Juni
|thn_wafat_h =
|thn_wafat_m = 1849
|tempat_makam =
}}
{{end box}}
{{DEFAULTSORT:Pakubuwana 06}}
 
 
[[Kategori:Sunan Surakarta]]
 
[[Kategori:KelahiranSusuhunan 1807Surakarta|6]]
[[Kategori:Kematian 1849]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Surakarta]]
[[en:Pakubuwono VI]]
[[Kategori:Tokoh yang dibunuh di Nusantara]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]