Bahasa Jawa Banyumasan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Super Hylos (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Namrud Pasau (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
(6 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 6:
* [[Jawa Tengah]]
** eks-[[Keresidenan Banyumas]]
** [[Kabupaten Kebumen]] ({{small|bagian barat}})
** [[Kabupaten Wonosobo]]
** [[Kabupaten Kebumen]] ({{small|bagian barat}})
** [[Kabupaten Pemalang]] ({{small|bagian selatan}})
** [[Kabupaten Pekalongan]] ({{small|bagian selatan}})
** [[Kabupaten CiamisBatang]]
*** [[Blado, Batang|Kecamatan Blado]]
* [[Jawa Barat]]
** [[Kabupaten Ciamis]]<ref name="Potret 5 Daerah di Ciamis yang Gunakan Bahasa Jawa">{{Cite web |url=https://www.detik.com/jabar/foto/d-6598090/potret-5-daerah-di-ciamis-yang-gunakan-bahasa-jawa|title=Salinan arsip |access-date=2024-05-13 |archive-date=2022-05-13 |archive-url=https://web.archive.org/web/20221013084756/https://www.detik.com/jabar/foto/d-6598090/potret-5-daerah-di-ciamis-yang-gunakan-bahasa-jawa|dead-url=no }}</ref>
** [[Kabupaten Ciamis]]
*** [[Lakbok, Ciamis|Kecamatan Lakbok]]
*** [[Purwadadi, Ciamis|Kecamatan Purwadadi]]
** [[Kabupaten Pangandaran]]<ref name="Potret 5 Daerah di Ciamis yang Gunakan Bahasa Jawa">{{Cite web |url=https://jateng.solopos.com/asal-muasal-dialek-ngapak-banyumasan-jadi-bahasa-jawa-tertua-1294180|title=Salinan arsip |access-date=2024-05-13 |archive-date=2022-05-13 |archive-url=https://web.archive.org/web/20221013084756/https://jateng.solopos.com/asal-muasal-dialek-ngapak-banyumasan-jadi-bahasa-jawa-tertua-1294180|dead-url=no }}</ref>
*** [[Padaherang, Pangandaran|Kecamatan Padaherang]]
*** [[Kalipucang, Pangandaran|Kecamatan Kalipucang]]
** [[Kota Banjar]]
*** [[Langensari, Banjar|Kecamatan Langensari]]
{{Tree list/end}}
| speakers = 13.940.028 Jiwa
| date = 2023
| ref = <ref>{{Cite web|url=http://www.bps.go.id/aboutus.php?sp=0&kota=35|title=Tabel Hasil Sensus Penduduk 2010 Provinsi JAWA Tengah|website=bps.go.id|publisher=Badan Pusat Statistik|dead-url=yes|archive-url=https://web.archive.org/web/20111031214926/http://www.bps.go.id/aboutus.php?sp=0&kota=33|archive-date=28 Oktober 2011|access-date=29 Mei 2020}}</ref>
Baris 28 ⟶ 38:
}}
 
'''Bahasa Jawa Banyumasan''' ({{lang-jv|ꦧꦱꦗꦮꦧꦚꦸꦩꦱꦤ꧀|basa Jawa Banyumasan}}; dikenal juga sebagai ''bahasa Ngapak'') adalah dialek [[bahasa Jawa]] tertua yang masih dituturkan di [[Jawa Tengah]] bagian barat, lebih tepatnya di dua eks-keresidenan Banyumas dan sebagian eks-keresidenan Kedu.<ref>Budiono Herusasoto (2008) Banyumas: Sejarah, Budaya, Bahasa Dan Watak</ref> Wilayah eks-[[Keresidenan Banyumas]] meliputi [[Banjarnegara]], [[Purbalingga]], [[Banyumas]], dan [[Cilacap]], serta sebagian [[Kebumen]], [[Wonosobo]], [[Pemalang]], [[Pekalongan]] dan [[WonosoboBatang]] yang notabene bukan termasuk wilayah eks-keresidenan KeduBanyumas.
 
Bahasa Jawa Banyumasan juga dituturkan hingga ke [[Lakbok, Ciamis|Kecamatan Lakbok]], [[Kabupaten Ciamis]], sebagian kecil [[Kota Banjar]] dan sebagian kecil di Timur [[Kabupaten Pangandaran]],<ref>{{Cite book|url=https://petabahasa.kemdikbud.go.id/infobahasa2.php?idb=55&idp=Jawa%20Barat|title=Peta Bahasa Jawa Provinsi Jawa Barat|publisher=Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|location=Jakarta}}</ref> daerahyang merupakandaerah perbatasan antara [[Jawa Barat]] dengan [[Jawa Tengah]]. Dialek Banyumasan di daerah ini telah tercampur dengan bahasa Sunda.<ref>Politik Mataram yang Membentuk Bahasa Jawa Banyumasan[https://tirto.id/politik-mataram-yang-membentuk-bahasa-jawa-banyumasan-gvBd]</ref> Dialek ini menjadi salah satu dialek bahasa Jawa yang masih mempunyai kaitan dengan [[fonetik]] [[bahasa Jawa Kuno]].<ref>{{Cite book|url=https://archive.org/details/kamus-bahasa-jawa-banyumasan--indonesia|title=Kamus Bahasa Jawa Banyumasan-Indonesia|author=Ahmad Tohari, dkk|date=2014|publisher=Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah|location=Semarang|isbn=9786027664630}}</ref>
 
== Sejarah ==
Baris 41 ⟶ 51:
* Abad ke-16 hingga ke-20, berkembang menjadi dialek yang terpisah cukup jauh dengan dialek lain dalam bahasa Jawa.
 
Tahap-tahapan perkembangan tersebut sangat dipengaruhi oleh munculnya kerajaan-kerajaan di pulau Jawa yang juga menimbulkan tumbuhnya budaya-budaya feodal. Implikasi selanjutnya adalah pada perkembangan bahasa Jawa yang melahirkan tingkatan-tingkatan bahasa berdasarkan status sosial. Tetapi pengaruh budaya feodal ini tidak terlalu signifikan mempengaruhi masyarakat di wilayah Banyumasan. Meskipun demikian, bahasa ''[[krama]]'' tetap dibutuhkan untuk berbagai acara formal dan ritual keagamaan. Terdapat perbedaan yang cukup mencolok antara bahasa Banyumasan dengan bahasa Jawa standar sehingga di masyarakat Banyumasan timbul istilah ''bandhêkan'' untuk merepresentasikan gaya bahasa Jawa standar, atau biasa disebut bahasa Jawa ''Wetanan'' (dialek timur).<ref>{{Cite web |title=Bupati Luncurkan Aplikasi Kamus Bahasa Banyumas |trans-title=Banyumas Regent Launches Banyumasan Language Dictionary Application |url=https://www.banyumaskab.go.id/read/18134/bupati-luncurkan-aplikasi-kamus-bahasa-banyumas#XhtSS8ayQwg |url-status=dead |archive-url=https://web.archive.org/web/20200113044358/https://www.banyumaskab.go.id/read/18134/bupati-luncurkan-aplikasi-kamus-bahasa-banyumas#XhtSS8ayQwg |archive-date=13 January 2020 |access-date=15 February 2020 |website=banyumaskab.go.id |language=id}}</ref>
 
Menurut M. Koderi, seorang pakar budaya dan bahasa Banyumasan, kata ''bandhêk'' secara morfologis berasal dari kata ''gandhêk'' yang berarti 'pesuruh' (orang yang diperintah), maksudnya 'orang suruhan raja yang diutus ke wilayah Banyumasan'. Para 'pesuruh' ini tentu menggunakan gaya [[bahasa Jawa standar]] (Surakarta–Yogyakarta) yang memang berbeda dengan bahasa Jawa Banyumasan.<ref>{{cite journal|title=MAKALAH BUDAYA BANYUMASAN|author=Dwi Meilani|language=id|url=https://www.academia.edu/6349356/MAKALAH_BUDAYA_BANYUMASAN}}</ref>
Baris 180 ⟶ 190:
{{cquote|''Dalam kenyataan sehari-hari keberadaan '''basa Banyumasan''' termasuk dialek lokal yang sungguh terancam. Maka kita sungguh pantas bertanya dengan nada cemas, tinggal berapa persenkah pengguna '''basa Banyumasan''' 20 tahun ke depan? Padahal, bahasa atau dialek adalah salah satu ciri utama suatu suku bangsa. Jelasnya tanpa '''basa Banyumasan''' sesungguhnya "wong Penginyongan" boleh dikata akan Terhapus dari peta etnik bangsa ini… Mana bacaan teks-teks lama Banyumasan seperti babad-babad Kamandaka, misalnya, malah lebih banyak ditulis dalam dialek Jawa Wetanan. Jadi sebuah teks yang cukup mewakili budaya dan semangat "wong Penginyongan" harus segera disediakan.''}}
 
Sebuah fakta empiris dikemukakan oleh Ahmad Tohari, menurutnya penutur asli bahasa Jawa Banyumasan akan 'mengalah' jika berbicara dengan penutur bahasa Jawa ''Wetanan'' (dialek Surakarta-Yogyakarta). Alasannya, penutur bahasa Jawa Banyumasan tidak ingin dicap sebagai 'orang rendahan' karena menggunakan 'bahasa berlogat kasar'.<ref>{{cite web|url=https://www.kompas.id/baca/nusantara/2023/05/29/ahmad-tohari-kembali-ingatkan-pentingnya-kesetaraan|title=Ahmad Tohari Kembali Ingatkan Pentingnya Kesetaraan|publisher=[[Kompas (surat kabar)|Kompas]]|website=www.kompas.id|date=29-05-2023|access-date=31-03-2024|language=id|first=Wilibrordus Megandika|last=Wicaksono|format=Online}}</ref>
 
== Lihat pula ==
Baris 187 ⟶ 197:
* [[Bahasa Jawa Pekalongan]]
* [[Bahasa Jawa Indramayu]]
* [[Bahasa Jawa Serang]]
 
== Referensi ==