Carel Herman Aart van der Wijck: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
(24 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:
'''[[Jonkheer]] Carel Herman Aart van der Wijck''' ({{lahirmati|[[Kota Ambon|Ambon]]|29|3|1840|[[Baarn]]|8|7|1914}}) adalah seorang [[Gubernur-Jenderal]] [[Hindia
Ia adalah [[putera]] Herman Constantijn van der Wijck, anggota Dewan Hindia. Carel Herman Aart van der Wijck memiliki 2 [[adik]] yang juga terjun ke dunia politik: [[Herman Marinus van der Wijck]] dan [[Herman van der Wijck]].
Ia diangkat menjadi Gubernur-Jenderal oleh [[Ratu]] [[Emma van Waldeck-Pymont]] pada tanggal [[15 Juni]] [[1893]]. Ia lalu mulai memerintah antara tanggal [[17 Oktober]] [[1893]] sampai tanggal [[3 Oktober]] [[1899]]. Di masa pemerintahannya dilakukan operasi "pengendalian Lombok" (''Lombok pacificatie'') karena orang Lombok ([[Suku Sasak|Sasak]]) memberontak terhadap orang [[Suku Bali|Bali]] yang menguasai daerah itu. Belanda membantu Lombok menyerang istana Cakranegara di Ampenan. Setelah kerajaan ini takluk dan istananya dibakar, Belanda mengklaim Lombok sebagai wilayahnya. Dari operasi inilah [[Kakawin Nagarakretagama|Naskah Negarakretagama]] diselamatkan dari pembakaran dan dibawa ke Belanda.▼
▲Ia diangkat menjadi Gubernur-Jenderal oleh [[Ratu]] [[Emma van Waldeck-Pymont]] pada tanggal [[15 Juni]] [[1893]]. Ia lalu mulai memerintah antara tanggal [[17 Oktober]] [[1893]] sampai tanggal [[3 Oktober]] [[1899]].
Pada tahun [[1921]], namanya diabadikan sebagai nama kapal mewah yang tenggelam di perairan Jawa pada tahun [[1936]]. Kisah ini diceritakan kembali oleh [[Hamka]] dalam bukunya yang berjudul ''[[Tenggelamnya Kapal Van der Wijck]]''. Namanya juga diabadikan dalam saluran [[irigasi]] yang membentang 17 km di wilayah [[DI Yogyakarta]] ([[Saluran Van der Wijck]]).▼
▲Pada tahun [[1921]], namanya diabadikan sebagai nama kapal mewah yang tenggelam di perairan Jawa pada tahun [[1936]]. Kisah ini diceritakan kembali oleh [[Hamka]] dalam bukunya yang berjudul ''[[Tenggelamnya Kapal Van der Wijck]]''. Namanya juga diabadikan dalam saluran [[irigasi]] yang membentang 17
[[Puteri]]nya Caroline Angélique van der Wijck menikah dengan [[A.C.D. de Graeff]], yang kelak juga menjabat sebagai GubJend. Hindia-Belanda.
==Sejarah==
===Van der Wijck, di Sulawesi Tengah===
Provinsi [[Sulawesi Tengah]] baru benar-benar "diperhatikan" oleh Pemerintah Hindia Belanda pada periode tahun 1860-an. Seorang pejabat pemerintah bernama [[Johannes Cornelis Wilhelmus Diedericus Adrianus van der Wyck]], berhasil mengunjungi [[Danau Poso]] pada tahun 1865—menjadi orang Eropa dan Belanda pertama yang melakukannya, dan memperkenalkan suku asli di Wilayah [[Grup Poso-Tojo]] yaitu [[Suku Bare'e]] (Bare'e-Stammen).
[[Suku Bare'e]] atau bahasa Belandanya Bare'e-stammen (De Bare'e-Sprekende jilid 1 halaman 119)<ref>De Bare'e-Sprekende de Toradja in midden celebes jilid 1 halaman 119, ''[https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=MMKB18A%3A025970000%3A00005&query=De%20toradja%20in%20midden&coll=boeken&fbclid=IwAR0btDEc-nfhXcnKUEPlg1yLbv6y1IjYSvjKygXULMLSyXkTVFvwEqVp918]", Diakses 29 Mei 2023.</ref> yang pada waktu itu sudah banyak yang ber[[agama Islam]] yang disebut [[Hindia Belanda|Belanda]] dengan nama Mohammadisme, dan sebagian kecil [[Kabupaten Poso|Orang Poso]] masih beragama [[Lamoa]] (Langit), cara [[Hindia Belanda|Belanda]] mengidentifikasikan Alfouren yang disebut [[Hindia Belanda|Belanda]] dengan istilah Toradja yaitu Orang Toraja tersebut berpenampilan seperti Gelandangan yang berbeda penampilannya dengan [[Suku Bare'e]] yang merupakan Suku Asli di wilayah [[Grup Poso-Tojo]].
Kemudian orang-orang yang berpenampilan seperti Gelandangan tersebut diberinama Alfouren yang kemudian diganti oleh A. C. Kruyt dan Dr. N. Adriani dengan nama Toradja (Toraja), sementara yang sudah beragama islam masih disebut [[Suku Bare'e]] (Bare’e-Stammen).
Setelah mempelajari [[Watu Mpogaa]]<ref>DATA CAGAR BUDAYA DI SULAWESI TENGAH (per Des 2014) ''[http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbgorontalo/data-cagar-budaya-di-sulawesi-tengah-per-des-2014/]", Diakses 29 Mei 2023.</ref>, maka para gelandangan yang telah menjadi [[Umat Kristen]] tersebut mengetahui asal usul mereka sebelum berada di wilayah Grup Poso-Tojo yaitu berasal dari wilayah [[Wotu, Luwu Timur|Wotu]].<ref>{{cite book|author=Idwar Anwar|title=Ensiklopedi Sejarah Luwu|year=2005|publisher=Collaboration of Komunitas Kampung Sawerigading, Pemerintah Kota Palopo, Pemerintah Kabupaten Luwu, Pemerintah Kabupaten Luwu Utara, and Pemerintah Kabupaten Luwu Timur|isbn=979-98372-1-9}}</ref>
Dan Wilayah [[Kabupaten Poso|Poso]] dan [[Kerajaan Tojo|Todjo]] kemudian dinamakan [[Grup Poso-Tojo]] (Toraja Poso-Tojo, atau Toraja Timur (Toradja Bare’e)) dengan Bahasa Bare’e (Bare'e-Taal)<ref>De Bare'e-Sprekende de Toradja in midden celebes The Series, ''[https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=MMKB18A%3A025970000%3A00005&query=De%20toradja%20in%20midden&coll=boeken&fbclid=IwAR0btDEc-nfhXcnKUEPlg1yLbv6y1IjYSvjKygXULMLSyXkTVFvwEqVp918]", Diakses 29 Mei 2023.</ref> sebagai bahasa asli di wilayah tersebut.
===Penolakan istilah Toraja di Sulawesi Tengah===
[[Bugis]] dan To Luwu adalah masyarakat yang pertama kali menolak penyebutan Toraja untuk [[Umat Kristen]] di [[Sulawesi Selatan]], dan hal tersebut diakui oleh Makkole dan Maddika Luwu saat itu, dan juga karena wilayah yang dihuni [[Suku Toraja]] adalah wilayah [[Kerajaan Luwu]] yang mana wilayah kerajaan Luwu mulai dari Selatan, Pitumpanua ke utara [[Kerajaan Mori|Morowali]]<ref>KEDATUAN LUWU WILAYAHNYA HANYA SAMPAI MOROWALI, KABUPATEN POSO, SULAWESI TENGAH. [https://portal.luwukab.go.id/blog/page/sejarah].</ref>, dan dari Tenggara Kolaka (Mengkongga) sampai ke seluruh wilayah [[Suku Toraja|Tana Toraja]], oleh karena itu To Luwu menolak terhadap istilah Toraja (Toradja) untuk penyebutan [[Umat Kristen]] di [[Sulawesi Selatan]].
Penolakan atas istilah Toraja inilah yang membuat ragu masyarakat [[Sulawesi]] pada saat terjadi gerakkan Monangu Buaya oleh Kerajaan Luwu, karena bunyi dari Monangu Buaya adalah sangat bertentangan dengan penolakan istilah Toraja (Toradja) yang terjadi di [[Sulawesi Selatan]] dan [[Sulawesi Tengah]], karena bunyi dari Monangu Buaya (Monangu Buaja) adalah "Semua [[Suku Toraja]] (Toradja-Stammen) dan [[Umat Kristen]] di [[Grup Poso-Tojo|Tana Poso]] harus mendukung semua Budaya [[Kerajaan Luwu|Luwu]] termasuk Monangu Buaya", dan itu sangat tidak mungkin terjadi dimana sedang terjadi salah paham dan "pengusiran" antara pihak masyarakat [[Kerajaan Luwu|Sulawesi Selatan]] yang menentang istilah Toraja ciptaan misionaris Belanda dan [[Watu Mpogaa|Budaya Luwu Monangu Buaya]] yang didukung misionaris Belanda dengan kata lain sedang terjadi permusuhan antara masyarakat [[Sulawesi Selatan]] dengan pihak misionaris Belanda, sehingga semua masyarakat [[Sulawesi]] berkesimpulan bahwa gerakan menarik upeti Monangu Buaya (Monangu Buaja; krokodilzwemmen)<ref>Sumber buku "POSSO" LIHAT & DOWNLOAD HALAMAN 151:
MONANGU BUAJA (krokodilzwemmen), menyatakan ''Monangu buaya yaitu budaya ciptaan Misionaris Belanda dengan meminjam nama dari Kerajaan Luwu'' , [https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=MMKB24:072383000:00001&query=Posso&coll=boeken&rowid=1], Diakses 30 Juni 2023.</ref> adalah bukan dari [[Kedatuan Luwu|Kerajaan Luwu]] tetapi Monangu Buaya adalah ciptaan misionaris [[Hindia Belanda]]. Terbukti dari Monangu Buaya mengutip ayat dari Alkitab [[Injil]] yaitu " dengan melihat kepada Tokoh Alkitab [[Injil]] yaitu "sejarah kematian [[Lazarus]]" yang menceritakan bahwa Baju Adat [[Inodo]] bukan bajunya umat kristen yang diwakili tokoh [[Lazarus]]".<ref>"POSSO" LIHAT & DOWNLOAD HALAMAN 151:
MONANGU BUAJA (krokodilzwemmen), kematian Lazarus yang berbaju apa adanya (To Lampu) berbeda dengan Baju Mewah atau Baju [[Inodo]] yang milik dari [[Suku Bare'e]] (Bare'e-Stammen), [https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=MMKB24:072383000:00001&query=Posso&coll=boeken&rowid=1].</ref>
Di zaman moderen para peneliti dan akademisi [[Sulawesi]] seperti [[Priyanti Pakan]], [[Mashudin Masyhuda]], [[Andi Mattulada]], dan [[Lorraine Aragon]] juga pada awalnya menolak penerapan istilah [[Toraja]] bagi penduduk Sulawesi Tengah.{{sfn|Aragon|2000|p=2}}
===Van der Wijck, di Jawa Timur===
Pada [[20 Oktober]] [[1936]] di pesisir utara Jawa, tepatnya di perairan Brondong, [[Kapal van der Wijck|kapal Belanda van der Wijck]] tenggelam, sebuah peristiwa yang mengilhami novel [[Tenggelamnya Kapal van der Wijck (novel)|Tenggelamnya Kapal van der Wijck]] oleh [[Hamka]]. Kapal mewah yang dibuat di galangan kapal Feijenoord, [[Rotterdam]], [[Belanda]] pada tahun [[1921]] merupakan kapal milik perusahaan [[Koninklijke Paketvaart Maatschappij]], [[Amsterdam]]. Tahun 2013, sebuah film mengangkat cerita tenggelamnya kapal tersebut berdasarkan buku Hamka dengan judul yang sama.
Atas jasa nelayan Brondong dan Blimbing, awak kapal dan penumpang dapat diselamatkan. Pemerintah [[Hindia Belanda]] mendirikan monumen di halaman Kantor Pelabuhan Brondong, [[Kabupaten Lamongan]], [[Jawa Timur]]<ref>{{Cite web |url=http://www.lamongan.go.id/index.cfm?fuseaction=articles.menu&Category_ID=1481 |title=Salinan arsip |access-date=2006-11-20 |archive-date=2007-10-30 |archive-url=https://web.archive.org/web/20071030044457/http://www.lamongan.go.id/index.cfm?fuseaction=articles.menu&Category_ID=1481 |dead-url=yes }}</ref> untuk mengenang peristiwa tersebut dan menghormati jasa nelayan.
== Lihat pula ==
* [[Daftar Penguasa Hindia
* [[Monumen Van der Wijck]]
{{kotak mulai}}
{{s-gov}}
{{kotak suksesi|jabatan=[[
{{kotak suksesi|jabatan=[[Daftar Penguasa Hindia Belanda|Gubernur-Jenderal Hindia Belanda]]|tahun=1893-1899|pendahulu=[[Cornelis Pijnacker Hordijk]]|pengganti=[[Willem Rooseboom]]}}
{{kotak selesai}}
{{Penguasa Hindia}}
{{Authority control}}
{{DEFAULTSORT:Wijck, Carel Herman Aart van der}}▼
[[Kategori:
|