Sriwijaya Air: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k fix |
Bernadus R (bicara | kontrib) Nama Direktur Utama |
||
(29 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 9:
| callsign = SRIWIJAYA
| founded = 2003
| commenced =
| ceased =
| headquarters = [[Tangerang]], [[Indonesia]]
| key_people ={{nowrap|
| bases = <div>
*{{nowrap|[[Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta|Jakarta Soekarno–Hatta]]}}
Baris 21:
| alliance =
| subsidiaries = [[NAM Air]]
| fleet_size =
| destinations =
|website={{URL|http://www.sriwijayaair.co.id}}
|image=|aoc=|parent=|num_employees=}}
Baris 29:
Bersamaan dengan sebagian besar maskapai penerbangan Indonesia lainnya, Sriwijaya Air (termasuk anak perusahaan Sriwijaya Air, [[NAM Air]]) berada dalam [[daftar maskapai penerbangan yang dilarang di Uni Eropa]] karena alasan keamanan pada Desember 2014.
Pada tanggal 8 November 2019
== Sejarah
PT. Sriwijaya Air lahir sebagai perusahaan swasta murni yang didirikan oleh Chandra Lie, Hendry Lie, Johannes Bunjamin, dan Andy Halim. Beberapa tenaga ahli yang turut menjadi pionir berdirinya Sriwijaya Air di antaranya adalah Supardi, Capt. Kusnadi, Capt. Adil W., Capt. Harwick L., Gabriella, dan Suwarsono. Peruntungan dari Sriwijaya Air boleh jadi merupakan berkah dari deregulasi industri penerbangan. Hal ini tidak terlepas dari UU Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 tentang Angkutan Udara, yang dimana dimungkinkan bagi siapa pun untuk bisa mendirikan maskapai penerbangan dengan hanya dua atau bahkan satu unit pesawat <ref name=":0" />.
Baris 62:
Tahun 2016, Sriwijaya Air makin tak terbendung. Chandra Lie menargetkan tahun itu sebagai tahun pertumbuhan. Armada Sriwijaya Air telah diperkuat dengan 47 unit pesawat serta sempat membagikan bonus kepada karyawan atas pencapaian targert pertumbuhan. Dan hingga tahun 2016, Sriwijaya Air Group memiliki 46 kota tujuan domestik dan tujuh rute penerbangan regional. Untuk dapat memenuhi ambisi mendatangkan 15 unit pesawat per tahun, Sriwijaya Air sempat menargetkan penawaran umum perdana saham atau IPO pada Maret 2017. Rencana IPO itu tidak terdengar kabarnya. Padahal, waktu itu, Chandra Lie sangat optimismis terlebih dengan necara keuangan Sriwijaya Air yang tidak lagi merah. Tidak ada cukup informasi untuk mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi di Sriwijaya Air. Maskapai itu juga bukan perusahaan publik sehingga kinerja manajemen dan keuangannya tidak mudah didapat, apalagi dibedah.<ref name=":0" />
Pada November 2018, tiba-tiba Garuda Indonesia Group, melalui anak perusahaannya, yakni PT Citilink Indonesia, mengambil alih pengelolaan operasional Sriwijaya Air dan NAM Air. Namun, ternyata, kerja sama itu tidak otomatis dapat membalikkan lagi kinerja Sriwijaya Air. Akibat tidak mampu membayar utang Rp 810 miliar kepada [[GMF AeroAsia]], Sriwijaya Air Group tidak lagi mendapat jasa perawatan armada dari GMF sejak 25 September 2019.
Semenjak itu, di tahun 2019 armada Sriwijaya Air yang beroperasi berkurang dari 24 pesawat jadi sembilan pesawat. Rute penerbangan otomatis berkurang, tapi Sriwijaya Air berniat mengembalikan layanan maskapai itu demi meraih kembali
== Daftar perusahaan di
Dalam perkembangannya, Sriwijaya Air juga mendirikan beberapa anak perusahaan yang hampir keseluruhannya menggunakan istilah NAM sebagai akronim kecuali untuk NAM Air, sebagai bentuk penghargaan kepada Ayahanda dari Bpk. Chandra Lie, yaitu Bpk. Lo Kui Nam. Berikut di antaranya:
* [[NAM Air]] – Maskapai Pengumpan Sriwijaya Air yang didirikan pada 26 September 2013, kemudian terbang untuk pertama kalinya 11 Desember 2013.
Baris 130:
Seluruh armada Sriwijaya Air memiliki nama tersendiri yang terletak di bagian depan pesawat (''nosename'') dengan filosofi yang berbeda. Nama ini diambil dari nama tempat, burung, tanaman, ataupun petikan kata dari ayat di kitab suci. Sebagai contoh adalah "''Rajawali''", "''Gaharu''", "''Kebersamaan''", "''Hawila''", dan "''Serumpun Sebalay''".
Armada terhitung
<center>
{| class="wikitable" style="border-collapse:collapse;text-align:center;margin:auto;"
Baris 144:
|-
|[[Boeing 737-500]]
|
|—
|8
|112
|120
| -▼
|
▲|-
|[[Boeing 737 Next Generation|Boeing 737-800]]
|
|—
|—
Baris 160:
|-
!Total
!
!colspan="
|}
</center>
Baris 194:
|-
|[[Boeing 737]]-800
| style="text-align:center;" |
|PK-CLR dikembalikan ke lessor pada tahun 2013.
|8 Kursi Bisnis dan 168 Kursi Ekonomi
|