Ranavalona I: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k →Daftar pustaka: Persondata now moved to wikidata, removed: {{Persondata |NAME = Ranavalona I dari Madagaskar |ALTERNATIVE NAMES = |SHORT DESCRIPTION = |DATE OF BIRTH = 1782 |PLACE OF BIRTH = Rovan' Ambatomanoina Fokontany M |
||
(12 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 27:
|}}
'''Ranavalona I''' (lahir dengan nama '''Rabodoandrianampoinimerina (Ramavo)''' sekitar tahun 1778 – meninggal 16 Agustus 1861), juga dikenal dengan nama '''Ranavalo-Manjaka I''', adalah penguasa [[Kerajaan Madagaskar]] dari tahun 1828 hingga 1861. Ia menjadi ratu setelah kematian suami mudanya, [[Radama I]]. Ranavalona menerapkan kebijakan [[isolasionisme]] dan swasembada, mengurangi hubungan ekonomi dan politik dengan negara-negara [[Eropa]], memukul mundur serangan [[Prancis]] di kota pesisir [[Foulpointe]], dan mengambil langkah-langkah keras untuk membasmi pergerakan Kristen di Madagaskar yang sebelumnya diprakarsai oleh anggota [[London Missionary Society]] pada masa pemerintahan [[Radama I]]. Ia sangat sering memanfaatkan praktik tradisional ''[[fanompoana]]'' (kerja paksa sebagai pembayaran pajak) untuk menyelesaikan proyek-proyek pekerjaan umum dan mewamilkan pasukan hingga jumlahnya mencapai 20.000 hingga 30.000 orang. Pasukan ini lalu ia kerahkan untuk menundukkan wilayah-wilayah terpencil di [[Madagaskar]] dan memperluas kerajaan. Akibat peperangan, wabah penyakit, [[kerja paksa]] dengan kondisi yang buruk, dan sistem peradilan yang kejam, tingkat kematian di kalangan prajurit dan rakyat jelata pada masa kekuasaannya selama 33 tahun sangatlah tinggi.
Meskipun sangat terhalang oleh kebijakan-kebijakan Ranavalona, kepentingan politik [[Britania]] dan [[Prancis]] di Madagaskar tetap tidak sirna. Perpecahan antara kelompok tradisionalis dengan kelompok pro-Eropa di istana ratu menjadi kesempatan yang dimanfaatkan oleh orang-orang Eropa agar anaknya, Rakoto, bisa segera naik takhta. Sang pangeran muda tidak setuju dengan berbagai kebijakan ibunya, dan ia menerima usulan Prancis untuk memanfaatkan sumber daya alam di pulau Madagaskar, sebagaimana dinyatakan dalam [[Piagam Lambert]] yang ia susun bersama dengan perwakilan Prancis pada tahun 1855. Namun, rencana ini tidak pernah terwujud, dan Rakoto baru dapat naik takhta dengan nama "[[Radama II]]" setelah kematian Ranavalona pada tahun 1861.
Akibat kebijakan-kebijakannya, Ranavalona menuai kecaman dari orang-orang Eropa yang sezaman dengannya, dan ia digambarkan sebagai seorang [[tiran]] atau bahkan sebagai orang gila. Citra negatif ini masih terus berlanjut di dalam literatur-literatur sejarah Barat hingga pertengahan dasawarsa 1970-an. Hasil kajian akademik baru-baru ini telah menelurkan pandangan bahwa Ranavalona mencoba memperluas wilayah kerajaannya sembari mempertahankan kedaulatannya dari rongrongan bangsa Eropa.
Baris 68:
Ratu Ranavalona meneruskan serangan-serangan militer yang diprakarsai oleh Radama I untuk menundukkan kerajaan-kerajaan tetangga. Kebijakan-kebijakan tersebut sangat berdampak buruk terhadap ekonomi dan pertumbuhan penduduk pasa masa pemerintahannya. ''Fanompoana'' tidak hanya terbatas pada kerja paksa, tetapi juga berupa wajib militer, sehingga sang ratu dapat mendirikan sebuah pasukan yang jumlahnya berkisar antara 20.000 hingga 30.000.<ref>Freeman and Johns (1840), hlm. 25</ref> Pasukan ini berkali-kali dikirim ke wilayah-wilayah tetangga dengan mengemban tugas mengganjar hukuman keras terhadap masyarakat yang berani menentang dominasi Merina. Penghukuman mati secara massal menjadi hal yang lazim, dan mereka yang diampuni nyawanya biasanya dibawa kembali ke Imerina sebagai budak (''andevo'') dan harta benda mereka dirampas untuk meningkatkan kekayaan istana. Sekitar satu juta budak memasuki wilayah Imerina dari kawasan pesisir dari tahun 1820 hingga 1853, yang mencakup sepertiga jumlah penduduk di dataran tinggi tengah dan dua per tiga penduduk Antananarivo.<ref>{{cite book | last = Campbell | first = Gwyn | year = 2013 |chapter = Chapter 4: Unfree labour and the significance of abolition in Madagascar c.1825–97 | editor-last = Campbell | editor-first = Gwyn | title = Abolition and Its Aftermath in the Indian Ocean, Africa and Asia | publisher = Routledge | location = New York | isbn = 978-1-135-77078-5 | url = https://books.google.rw/books?id=xmU2Dr_-WxsC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false }}</ref>
Menurut sejarawan Madagaskar Gwyn Campbell, jumlah orang-orang bukan Merina yang gugur dalam konflik selama kampanye militer yang dilancarkan oleh Ranavalona dan Radama dari 1816 sampai 1853 berjumlah sekitar 60.000 orang. Selain itu, penduduk yang tidak tewas dalam pertempuran banyak yang menjemput ajal akibat kelaparan yang dipicu oleh kebijakan [[bumi hangus]].<ref name="Stats" /> Tingkat kematian di kalangan prajurit Merina yang terlibat dalam kampanye militer juga tinggi, dan diperkirakan berjumlah sekitar 160.000 dalam selang waktu 1820–1853. Sebanyak 25–50% prajurit ratu yang ditempatkan di kawasan dataran rendah meninggal setiap tahunnya akibat penyakit seperti [[malaria]]. Meskipun malaria merupakan penyakit yang tersebar di wilayah pesisir Madagaskar, penyakit tersebut jarang muncul di wilayah dataran tinggi di sekitaran Antananarivo, sehingga para prajurit Merina tidak memiliki [[sistem kekebalan|kekebalan alami]] terhadap penyakit tersebut.<ref name="Stats" /> Rata-rata terdapat 4.500 prajurit yang tewas per tahun, selama sebagian besar masa pemerintahan Ranavalona
=== Percobaan tangena ===
Baris 80:
Setelah kunjungan Radama I ke sekolah resmi pertama di Madagaskar yang didirikan di [[Toamasina]] pada tahun 1818 oleh para anggota London Missionary Society (LMS), raja mengundang para misionaris Kristen ke ibu kota agar mereka dapat membagi pengetahuan mereka. Pada permulaan Desember 1820,<ref name="press">Ralibera and De Taffin (1993), hlm. 196, 208–210</ref> para misionaris LMS mendirikan bengkel-bengkel di Antananarivo untuk mengajarkan cara membuat bata, teknik tukang kayu Eropa, dan keterampilan-keterampilan lainnya. Mereka juga membangun jaringan sekolah yang mengajarkan cara berhitung, ber[[bahasa Inggris]], serta membaca dengan menggunakan bagian-bagian [[Alkitab]] dalam [[bahasa Malagasi]].<ref>Sharp (2002), hlm. 43</ref> Walaupun jumlah murid di sekolah tersebut ramai, LMS sering kali tidak berhasil mengkristenkan mereka. Menjelang akhir masa kekuasaan Radama, sang raja menganggap segelintir orang Madagaskar yang masuk Kristen sebagai orang-orang yang kurang hormat terhadap wewenang raja. Ia melarang pembaptisan orang Madagaskar dan mereka juga tidak diperbolehkan ikut misa.<ref>Ralibera and De Taffin (1993), hlm. 206</ref>
Pada permulaan masa kekuasaan Ratu Ranavalona, kendali negara terhadap agama Kristen awalnya sempat melonggar. Percetakan yang diimpor oleh para misionaris LMS pada akhir masa pemerintahan Radama baru mulai dioperasikan pada tahun 1828. Percetakan tersebut paling sering digunakan pada tahun-tahun awal masa kekuasaan Ranavalona, sehingga terdapat ribuan himne dan materi-materi lainnya yang tercetak.<ref>Ralibera and De Taffin (1993), hlm. 208–209</ref> Terjemahan [[Perjanjian Baru]] diselesaikan pada tahun kedua pemerintahan Ranavalona, dan 3.000 salinannya dicetak dan diedarkan antara tahun 1829 hingga 1830.<ref>Ralibera and De Taffin (1993), hlm. 196</ref> Semenjak awal masa pemerintahannya, Ranavalona melarang peredaran buku di kalangan militer untuk menghindari subversi serta untuk mempertahankan kedisiplinan. Walaupun begitu, ia mengizinkan para misionaris mengelola percetakan dengan bebas dan orang-orang Madagaskar yang bertugas di percetakan tersebut dibebaskan dari segala kewajiban militer. Pada tahun 1835, penerjemahan [[Perjanjian Lama]] diselesaikan dan salinan-salinan pertama pun dicetak.<ref name="press" /> Berkat kebebasan ini, LMS dan orang Kristen Madagaskar dapat mencetak materi-materi keagamaan dan memberikan pelajaran agama di sekolah-sekolah negara selama enam tahun pertama masa kekuasaan Ranavalona, sehingga agama Kristen pun mulai menyebar di wilayah ibu kota dan sekitarnya.<ref name="press" /> Pada tahun 1831, Ranavalona mengizinkan orang-orang Madagaskar ikut misa, dan mereka yang belum masuk Kristen juga boleh dibaptis.<ref>Ralibera and De Taffin (1993), hlm. 221</ref> Dalam waktu setahun, terdapat ratusan orang Madagaskar yang dibaptis.<ref>Ralibera and De Taffin (1993), hlm. 210</ref>
Setelah para pemimpin keagamaan, politik, dan sosial masuk Kristen, muncul tanggapan keras dari banyak orang,<ref name="backlash" /> yang membuat Ranavalona menjadi semakin mengkhawatirkan dampak Kekristenan terhadap politik dan budaya Madagaskar. Ia juga merasa bahwa agama tersebut membuat rakyat Madagaskar berpaling dari nenek moyang dan tradisi mereka.<ref name="Larson 1997">{{cite journal | last = Larson | first = Pier | year = 1997 | title = Capacities and modes of thinking: Intellectual engagements and subaltern hegemony in the early history of Malagasy Christianity | journal = The American Historical Review | volume = 102 | issue = 4 | pages = 996–1002 | doi = 10.2307/2170626 | jstor = 2170626 }}</ref> Pada Oktober dan November 1831, sang ratu melarang perkawinan Kristen, pembaptisan, serta misa di gereja bagi para prajurit dan anggota pemerintahan yang belajar di sekolah-sekolah misionaris.<ref>Ellis (1870), hlm. 71</ref> Pada bulan Desember, pelarangan ikut misa juga diberlakukan untuk semua orang Madagaskar.<ref>Ralibera and De Taffin (1993), hlm. 222–223</ref> Dari tahun 1832 hingga 1834, pembaptisan dan misa di gereja berlanjut secara diam-diam.<ref name="secret" /> Pada masa tersebut, beberapa orang Kristen setiap tahunnya didakwa melakukan sihir dan diasingkan atau dipaksa melalui percobaan tangena.<ref name="secret">Ralibera and De Taffin (1993), hlm. 223</ref> Ranavalona juga meminta tiga misionaris keluar dari Madagaskar, dan ia hanya menyisakan orang-orang dengan keterampilan teknis yang dianggap berharga untuk kepentingan Madagaskar.<ref>Campbell (2012), hlm. 184–186</ref> Pada tahun 1835, sang ratu mencoba menutup percetakan tanpa menyasar LMS secara langsung dengan melarang orang-orang Madagaskar bekerja di percetakan tersebut. Namun, para misionaris LMS dapat memanfaatkan ketiadaan dekret-dekret resmi yang melarang kegiatan mereka di percetakan, sehingga mereka masih dapat melakukan percetakan secara independen dan juga mengedarkan materi-materi keagamaan.<ref name="press" />
Baris 93:
Akibat dari kebijakan anti-Kristen yang dilancarkan oleh Ranavalona, sebagian besar misionaris LMS meninggalkan negara tersebut.<ref name="Autarky" /> James Cameron dan misionaris-misionaris penting lainnya memilih untuk pergi daripada tetap berada di pulau tersebut tanpa izin untuk menyebarkan agama. Dua misionaris terakhir yang tersisa memilih untuk melanjutkan pengajaran keterampilan-keterampilan praktis dengan harapan agar suatu hari pembatasan dapat dikurangi. Namun, setahun kemudian, setelah mendapatkan informasi secara tak langsung bahwa pemerintah menginginkan kepergian mereka, mereka menghentikan misi LMS dan meninggalkan Madagaskar.<ref name="shuttered">Campbell (2012), hlm. 185–186</ref>
Sesuai dengan isi dekret 26 Februari, orang-orang yang tertangkap basah menyimpan Alkitab, mengikuti misa, atau masih tetap menyatakan diri sebagai seorang Kristen akan didenda, dipenjara, dibelenggu, dikenakan percobaan ''tangena'', atau dihukum mati.<ref>Oliver (1886), hlm. 60–63</ref><ref name="Sunday">{{cite journal | last = Cousins | first = W.E. | title = Since 1800 in Madagascar | year = 1877–1878 | volume = 1 | journal = The Sunday Magazine for Family Reading | pages = 405–410 | publisher = Daldy, Isbister & Co | location = London }}</ref> Catatan sejarah mengenai penghukuman mati dan penyiksaan orang Kristen dikabarkan oleh para misionaris, dan para informan di pulau tersebut berupaya menyoroti tindakan yang mereka anggap sebagai tindakan "biadab" dari sang ratu.<ref name="Laidler 2005" /> Contohnya, mereka mengabarkan penghukuman mati lima belas pemimpin Kristen di muka umum di dekat istana Ratu; mereka digantung di ketinggian 150 kaki di atas jurang penuh batu, dan tali yang menggantung mereka akhirnya dipotong setelah mereka menolak untuk menyangkal agama Kristen.<ref name="Sunday" /> Katedral Andohalo kelak dibangun di tempat tersebut untuk mengenang martir-martir di tempat tersebut.<ref>Andrew, Blond, Parkinson and Anderson (2008), hlm. 79</ref> Jumlah warga Madagaskar yang tewas akibat kepercayaan mereka sulit untuk ditentukan. Misionaris Inggris untuk Madagaskar W.E. Cummins (1878) memperkirakan jumlah orang yang dihukum mati berkisar antara enam puluh hingga delapan puluh. Terdapat jauh lebih banyak orang yang diganjar percobaan ''tangena'', dijadikan buruh kasar, atau disita tanah dan harta benda mereka, dan banyak dari antara mereka yang tewas. Penindasan umat Kristen mencapai puncaknya pada tahun 1840, 1849, dan 1857; tahun 1849 dianggap sebagai tahun terburuk oleh Cummins, karena terdapat 1.900 orang yang didenda, dijebloskan ke penjara, atau diganjar hukuman lain akibat iman Kristen mereka, dan terdapat 18 orang
=== Perlindungan kedaulatan ===
Baris 114:
Pada 16 Agustus 1861, Ranavalona meninggal dunia di istana Manjakamiadana di Rova Antananarivo.<ref name="succession" /> Dua belas ribu [[zebu]] disembelih dan dagingnya dibagikan kepada warga untuk menghormati mendiang sang ratu, dan masa berkabung resmi berlangsung selama sembilan bulan. Jenazahnya dibaringkan di dalam sebuah peti yang terbuat dari perak di sebuah makam di kota kerajaan Ambohimanga. Selama upacara pemakamannya, sebuah percikan secara tak sengaja menyalakan mesiu yang akan digunakan untuk upacara, sehingga memicu ledakan dan kebakaran yang menewaskan sejumlah hadirin dan menghancurkan tiga kediaman kerajaan di bagian Nanjakana yang menjadi tempat digelarnya upacara tersebut.<ref name="mahandrihono">{{cite web |last=Ravalitera |first=Pela |title=Nampoina, des cases de ses ancêtres aux Rova |publisher=L'Express de Madagascar |date=19 Juli 2012 |url=http://www.lexpressmada.com/5276/print-opinion-2942.html |accessdate=11 November 2012 |archiveurl=https://www.webcitation.org/6C5lIDymD?url=http://www.lexpressmada.com/5276/print-opinion-2942.html |archivedate=11 November 2012 |deadurl=yes |df= }}</ref> Pada tahun 1897, aparat kolonial Prancis memindahkan jenazah ratu dan para penguasa Merina lainnya ke pemakaman di Rova Antananarivo dalam upaya menghilangkan kesucian kota Ambohimanga. Tulang-tulangnya ditempatkan di dalam makam Ratu [[Rasoherina]].<ref>Frémigacci (1999), hlm. 174–180</ref> Rakoto kemudian menggantikannya sebagai penguasa Madagaskar dengan nama "Radama II".<ref>Oliver (1886), hlm. 89</ref>
==
Kebijakan tradisionalis Ranavalona langsung dibatalkan oleh putranya, Raja Radama II. Setelah Radama II masuk Kristen, wabah "kerasukan roh" merebak di berbagai wilayah di Imerina, sehingga banyak yang mengaitkan peristiwa ini dengan roh Ranavalona I yang sedang mengamuk.<ref>Cole (2001), hlm. 11</ref>
Orang-orang asing yang sezaman dengan Ranavalona sangat mengecam kebijakan-kebijakannya dan memandangnya sebagai seorang tiran atau bahkan seorang wanita gila, dan penggambaran semacam ini tertoreh dalam literatur sejarah Barat sampai dasawarsa 1970-an.<ref name="Berg">{{cite journal | last = Berg | first = Gerald | year = 1995 | title = Writing Ideology: Ranavalona, the Ancestral Bureaucrat | journal = History in Africa | volume = 22 | pages = 73–92 | doi = 10.2307/3171909 | jstor = 3171909 }}</ref><ref name="research" /> Meskipun Ranavalona biasanya digambarkan sebagai seorang penguasa yang kejam dan membenci orang asing, berdasarkan analisis sejarah yang lebih terkini, ia dipandang sebagai seorang politikus yang cerdik dan berhasil melindungi kedaulatan politik dan budaya negaranya dari cengkeraman Eropa.<ref name="research" /><ref>Sharp (2002), hlm. 44</ref> Di Madagaskar pada masa sekarang, orang-orang yang tinggal di dataran tinggi bagian tengah memiliki berbagai macam pandangan mengenai Ranavalona. Kebanyakan mengecam rezimnya, dan pandangan semacam ini paling umum di kalangan orang Kristen. Namun, ada pula yang mengagumi upayanya untuk mempertahankan tradisi dan kemerdekaan Madagaskar. Terlepas dari pandangan mereka mengenai kebijakan dalam negeri Ranavalona, mereka menganggapnya sebagai tokoh yang luar biasa dalam sejarah Madagaskar dan menyanjung kekuatannya di tengah ancaman dari bangsa Eropa.<ref name="research">{{cite journal | last = Kamhi | first = Alison | title = Perceptions of Ranavalona I: A Malagasy Historic Figure as a Thematic Symbol of Malagasy Attitudes Toward History | journal = Stanford Undergraduate Research Journal | pages = 29–32 | date = Mei 2002 }}</ref>
Catatan fiksi mengenai Ranavalona dan istananya digambarkan dalam novel ''[[Flashman's Lady]]'' karya [[George MacDonald Fraser]]. Tokoh utamanya, yaitu seorang prajurit dan agen Inggris yang bernama [[Harry Paget Flashman]],
== Penghargaan ==
=== Penghargaan nasional ===
* [[Berkas:The Order of the Royal Hawk (before 1823).gif|50px]]
== Catatan kaki ==
Baris 141 ⟶ 142:
* {{cite book|last = Frémigacci|first = Jean|year = 1999|contribution = Le Rova de Tananarive: Destruction d'un lieu saint ou constitution d'une référence identitaire?|title = Histoire d'Afrique|pages = 421–444|editor-last = Chrétien|editor-first = Jean-Pierre|url = http://books.google.com/books?id=EwjjGtHsaZsC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false|publisher = Editions Karthala|location = Paris|isbn = 978-2-86537-904-0 }}
* {{cite book|last1 = Koschorko|first1 = Klaus|last2 = Ludwig|first2 = Frieder|last3 = Delgado|first3 = Mariano|year = 2007|title = A history of Christianity in Asia, Africa and Latin America, 1450–1990|publisher = Wm. B. Eerdmans Publishing Co.|location = Cambridge, U.K.|isbn = 978-0-8028-2889-7|url = http://books.google.com/books?id=dbq6fkyp698C&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false }}
* {{cite book|last = Laidler|first = Keith|year = 2005|title = Female Caligula: Ranavalona, the Mad Queen of Madagascar|url = https://archive.org/details/femalecaligulara0000laid|publisher = John Wiley & Sons|location = London|isbn = 978-0-470-02226-9 }}
* {{cite book|contribution = L'habitation à Madagascar|year = 1898|title = Colonie de Madagascar: Notes, reconnaissances et explorations|publisher = Imprimerie Officielle de Tananarive|volume = 4|url = http://books.google.com/books?id=Jp3FAAAAMAAJ&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false}}
* {{cite book|last = MacDonald Fraser|first = George|year = 1977|title = Flashman's Lady|publisher = Collins|location = London|isbn = 978-0-00-744949-1}}
Baris 157 ⟶ 158:
{{s-aft|after=[[Radama II]]}}
{{s-end}}
{{Merina monarchy}}
{{artikel pilihan}}▼
{{Authority control}}
{{lifetime|1782|1861|}}
▲{{artikel pilihan}}
{{DEFAULTSORT:Ranavalona 01}}
|