Suku Minahasa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Menambah Kategori:Suku Minahasa menggunakan HotCat |
|||
(75 revisi perantara oleh 33 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{
{{infobox ethnic group|
| group = Suku Minahasa
Baris 7 ⟶ 6:
<tr>
<td>[[Berkas:Sam Ratulangi.jpg|x100px]]</td>
<td>[[Berkas:
<td>[[Berkas:
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Sam Ratulangi]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[A.A. Maramis]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Maria Walanda Maramis|Maria W. Maramis]]</small></td>
Baris 19 ⟶ 16:
<tr>
<td>[[Berkas:Tendean.jpg|x100px]]</td>
<td>[[Berkas:
<td>[[Berkas:Col Kawilarang, Kenang-Kenangan Pada Panglima Besar Letnan Djenderal Soedirman, p27.jpg|x100px]]</td>
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Pierre Tendean]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[
<td><small><div style="line-height:1em">[[Alex Kawilarang]]</small></td>
</tr>
<tr>
<td>[[Berkas:
<td>[[Berkas:Arnold mononutu ris.jpg|x100px]]</td>
<td>[[Berkas:
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[
<td><small><div style="line-height:1em">[[Arnold Mononutu]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[
</tr>
<tr>
<td>[[Berkas:Wim Umboh.jpg|x100px]]</td>
<td>[[Berkas:
<td>[[Berkas:Once
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Wim Umboh]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[
<td><small><div style="line-height:1em">[[Once Mekel]]</small></td>
</tr>
</table>
Baris 57 ⟶ 48:
| poptime =
| region1 = '''{{INA}}''' (Sensus 2010)
| pop1 = 1.
| ref1 = <ref>[[#Naim2011|Na'im dan Syaputra (2011)]], hlm. 9</ref><ref>[[#Ananta2015|Ananta et al. (2015)]], hlm. 102.</ref><ref>[[#Naim2011|Na'im dan Syaputra (2011)]], hlm. 40</ref>
| region2 = {{nbsp|8}}[[Sulawesi Utara]]
| pop2 = 1.022.221
| region3 = {{nbsp|8}}[[DKI Jakarta]]
| pop3 = 36.913
| region4 = {{nbsp|8}}[[Sulawesi Tengah]]
| pop4 = 30.572
| region5 = {{nbsp|8}}[[Jawa Barat]]
| pop5 = 30.128
| region6 = {{nbsp|8}}[[Papua]]
| pop6 = 21.394
| region7 = {{nbsp|8}}[[Kalimantan Timur]]
| pop7 = 20.413
| langs = [[Bahasa Manado]], [[Bahasa Tombulu]], [[Bahasa Tondano]], [[Bahasa Tonsawang]], [[Bahasa Tonsea]], [[Bahasa Tontemboan]], [[Bahasa Indonesia]]
| rels = '''Mayoritas''' <br> [[File:Christian cross.svg|10px]] [[Kristen]] <br> {{small|([[Protestanisme|Protestan]] dan [[Katolik]])}}<br>'''Minoritas''' <br>[[Berkas:Allah-green.svg|15px]] [[Islam]]
| related = [[Orang Bisaya|Bisaya]], [[Suku Gorontalo|Gorontalo]], [[Suku Mongondow|Mongondow]], [[Suku Sangir|Sangir]], [[Suku Toraja|Toraja]]
}}
'''Suku Minahasa''' adalah kelompok suku etnis yang berasal dari [[Semenanjung Minahasa]] di bagian [[Sulawesi Utara|utara pulau
== Etimologi ==
Baris 91:
Suku Minahasa merupakan gabungan dari beberapa sub-suku atau sub-etnis di daerah Minahasa Raya. Dari antara kelompok-kelompok sub-etnis terdapat empat sub-etnis utama berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah yaitu Tombulu, Tondano, Tonsea, dan Tontemboan.<ref>[[#Graafland1867|Graafland (1867)]], hlm. 26.</ref><ref>[[#Renwarin2006|Renwarin (2006)]], hlm. 84-86.</ref><ref>[[#Wenas2007|Wenas (2007)]], hlm. 17.</ref> Tulisan Graafland pada abad ke-19 menggunakan nama Tou'mbulu untuk Tombulu, Tou'nsea untuk Tonsea, Toulour untuk Tondano, dan Tounpakewa untuk Tontemboan. Perbedaan sebutan untuk dua nama terakhir karena sebutan Toulour dan Tounpakewa berasal dari Bahasa Tombulu.<ref>[[#Watuseke1987|Watuseke (1987)]], hlm. 553.</ref> Tapi untuk kesemuanya, kata ''tou'' dalam nama-nama tersebut berarti ''orang''. Setiap kelompok sub-etnis ini adalah satu ''pakasa'an'' yang berarti "mereka yang bersatu" karena kesamaan leluhur, adat, dan bahasa.<ref>[[#Renwarin2006|Renwarin (2006)]], hlm. 61.</ref>
Dari keempat sub-etnis utama tersebut, ada pendapat bahwa Pakasa'an Tondano tidak muncul bersamaan dengan ketiga pakasa'an lainnya. Hal ini terlihat dari catatan
Kelompok-kelompok sub-etnis lainnya adalah Bantik, Pasan/Ratahan, Ponosokan, dan Tonsawang (Tombatu). Sub-etnis Bantik mendiami daerah Kota Manado dan sekitarnya.<ref>[[#Renwarin2006|Renwarin (2006)]], hlm. 93.</ref> Sub-etnis Pasan/Ratahan, Ponosokan, dan Tonsawang mendiami daerah selatan Minahasa Raya.<ref name="Wenas 2007">[[#Wenas2007|Wenas (2007)]], hlm. 20.</ref> Ada juga beberapa kelompok sub-etnis yang diikutsertakan sebagai bagian dari Suku Minahasa yaitu Babontehu, Borgo, dan Siauw. Sub-etnis Babontehu mendiami Pulau Manado Tua dan pulau-pulau sekitarnya. Sub-etnis Borgo adalah turunan orang-orang Minahasa yang kawin dengan orang-orang Eropa seperti Belanda, Portugis, dan Spanyol.<ref>[[#Ananta2015|Ananta (2015)]], hlm. 53.</ref> Sedangkan sub-etnis Siauw adalah mereka yang mendiami Pulau Siauw.<ref
== Sejarah ==
{{Utama|Sejarah Minahasa}}
Deskripsi pertama tentang Minahasa oleh bangsa Eropa berasal dari dokumen Portugis pada tahun 1552. Sebelumnya pada tahun 1523, pelaut Portugis Simao d'Abreu adalah orang Eropa pertama yang melihat semenanjung Minahasa pada saat ia melewati dan mencatat kekagumannya pada [[Pulau Manado Tua]].<ref>[[#Wigboldus1987|Wigboldus (1987)]], hlm. 67.</ref> Kemudian Spanyol dan Belanda datang ke Minahasa pada awal abad ke-17.<ref>[[#Wigboldus1987|Wigboldus (1987)]], hlm. 68, 69.</ref> Pada akhir abad ke-17, kepala-kepala ''walak'' (atau ''daerah tempat tinggal bersama'') dari berbagai daerah Minahasa datang bersama dan memutuskan untuk mengadakan perjanjian dengan ''[[Vereenigde Oostindische Compagnie]]'' (VOC atau ''Perusahaan Hindia Timur Belanda'') dalam usaha memerangi serangan dari daerah [[Kerajaan Bolaang Mongondow]]. Perjanjian ini terjadi pada tanggal 10 Januari 1679 dan dilakukan antara gubernur VOC yang berkedudukan di Maluku yaitu Robertus Padtbrugge dengan 23 kepala walak. Nama-nama walak yang termasuk dalam perjanjian tersebut adalah Aris, Bantik, Kakas, Kakaskasen, Klabat, Klabat Atas, Langowan, Pasan (yang juga mewakili Pinosokan dan Ratahan), Remboken, Rumoong, Sarongsong, Tombariri, Tombasian, Tomohon, Tompaso, Tondano, Tonkimbut Atas, Tonkimbut Bawah, Tonsawang, dan Tonsea.<ref>[[#Leirissa1997|Leirissa (1997)]], hlm. 24.</ref> Namun hubungan dengan Belanda tidak selalu baik, seperti pada tahun 1808 dengan terjadinya [[Perang Tondano]] antara Minahasa dengan Hindia Belanda. Salah satu alasan terjadinya perang ialah Minahasa tidak mau menyediakan tentara untuk Hindia Belanda yang akan dikirim ke Pulau Jawa.<ref>[[#Wenas2007|Wenas (2007)]], hlm. 51.</ref>
Setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] di Jawa, Minahasa termasuk daerah yang cukup awal ikut bergabung dalam republik yang baru dibentuk. Hal ini dapat dilihat dengan terjadinya ''Peristiwa Merah Putih'' pada tanggal 14 Februari 1946 di mana prajurit-prajurit Minahasa dalam ''Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger'' (KNIL atau ''Tentara Kerajaan Hindia Belanda'') melucuti senjata dari pimpinan militer Belanda kemudian mengibarkan [[Sang Saka Merah Putih]] di tangsi militer Belanda di Teling, Manado.<ref>[[#Leirissa1997|Leirissa (1997)]], hlm. 133.</ref> Di samping itu, orang-orang Minahasa di Jawa bergabung dalam wadah Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) dan ikutserta dalam [[Revolusi Nasional Indonesia]].
Sebuah gerakan yang melibatkan orang-orang Minahasa terjadi pada tahun 1958 yang bernama [[Permesta|Perjuangan Rakyat Semester (Permesta)]] yang menentang kebijakan pemerintah Indonesia di Jawa. Salah satu alasan utama dari gerakan ini adalah karena ajang politik dan upaya pembangunan Indonesia terpusat di pulau Jawa, sedangkan sumber-sumber perekonomian negara lebih banyak berasal dari pulau-pulau lain.<ref>[[#Harvey1977|Harvey (1977)]], hlm. 3.</ref><ref>[[#TEMPO2008|TEMPO (2008)]].</ref><ref>[[#Liwe2010|Liwe (2010)]], hlm. 89.</ref>
== Agama ==
Baris 100 ⟶ 110:
Mulanya gereja-gereja Protestan di Minahasa termasuk dalam wadah ''[[Gereja Protestan di Indonesia|Indische Kerk]]'' yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun 1934, Indische Kerk digantikan oleh [[Gereja Masehi Injili Minahasa|Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM)]] yang merupakan [[Denominasi Kristen|denominasi]] regional yang berdiri sendiri. Setahun sebelumnya pada tahun 1933, [[Kerapatan Gereja Protestan Minahasa|Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM)]] didirikan oleh di antaranya [[B.W. Lapian]] dan [[Sam Ratulangi]] dengan memisahkan diri dari Indische Kerk. Selanjutnya denominasi-denominasi Protestan lain juga berdiri sehingga pada tahun 1955 terdapat 20 denominasi: empat denominasi Protestan, 11 denominasi [[Gereja Pentakosta|Pantekosta]], dua denominasi Kemah Injil, dua denominasi Adventis, dan satu denominasi [[Gereja Baptis|Baptis]]. Pada tahun 1990 jumlah denominasi menjadi 54 denominasi dengan GMIM yang terbesar meliputi 75% dari semua penganut agama Kristen Protestan.<ref>[[#Renwarin2006|Renwarin (2006)]], hlm. 37.</ref>
[[Agama asli Nusantara|Agama asli]] Minahasa ialah Tonaas Walian yang masih mempunyai sejumlah pemeluk.<ref>[[#kemdikbud2010|Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2010)]].</ref>
== Adat dan budaya ==
Baris 107 ⟶ 119:
{{Main|Rumpun bahasa Minahasa|Aksara Malesung|}}
Pembagian sub-etnis Minahasa termasuk dari segi bahasa di mana orang-orang dalam satu kelompok sub-etnis mempunyai dan memakai bahasa yang relatif sama. Dengan ini, bahasa-bahasa yang ada di Minahasa terdiri dari Bahasa Bantik, Bahasa Ponosokan, Bahasa Ratahan, [[Bahasa Tombulu]], Bahasa Tondano, [[Bahasa Tonsawang]], [[Bahasa Tonsea]], dan [[Bahasa Tontemboan]].<ref name="Salea 1996">[[#Merrifield1996|Merrifield dan Salea (1996)]], hlm. 2.</ref> Kesemua bahasa-bahasa ini termasuk dalam [[Rumpun bahasa Austronesia]].<ref>[[#Merrifield1996|Merrifield dan Salea (1996)]], hlm. 1.</ref> Berdasarkan kesamaan [[leksikostatistik]], bahasa-bahasa yang termasuk kelompok Minahasa adalah Tombulu, Tondano, Tonsawang, Tonsea, dan Tontemboan. Ketiga bahasa lainnya dimasukkan ke dalam kelompok lain di mana Bahasa Ponosokan dimasukkan ke dalam kelompok Gorontalo-Mongondow dan Bahasa Bantik dan Ratahan dimasukkan ke dalam kelompok Sangihe-Talaud.<ref
Dalam rumpun bahasa Minahasa, bahasa Tombulu, Tondano, dan Tonsea mempunyai kesamaan leksikal yang cukup tinggi di mana kesamaan antara ketiga bahasa ini antara 89%-90%. Kemudian disusul oleh Bahasa Tontemboan yang mempunyai kesamaan dengan ketiga bahasa sebelumnya antara 73%-83%. Bahasa Tonsawang merupakan bahasa yang paling rendah kesamaannya dengan bahasa-bahasa lain dalam rumpun bahasa Minahasa dengan kesamaan antara 54%-65%. Hal ini mungkin disebabkan karena daerah sub-etnis Tonsawang lebih terisolasi dibandingkan dengan daerah sub-etnis lainnya dan juga karena penutur bahasa ini berjumlah paling sedikit.<ref>[[#Merrifield1996|Merrifield dan Salea (1996)]], hlm. 11, 13.</ref>
Baris 158 ⟶ 170:
[[Berkas:AA Maramis with Sam Ratulangi.jpg|jmpl|kiri|250px|A. A. Maramis dan Sam Ratulangi.]]
Salah satu orang Minahasa yang dikenal secara nasional di Indonesia adalah [[Sam Ratulangi|Gerungan Saul Samuel Jacob (Sam) Ratulangi]]. [[Pahlawan Nasional Indonesia]] dan peraih gelar doktor dari [[Universitas Zurich]] ikut andil dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebelum Indonesia merdeka, ia memperjuangkan konsep nasionalisme Indonesia. Ratulangi termasuk dalam keanggotaan [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)]] dan diangkat menjadi [[gubernur]] pertama [[Sulawesi|Provinsi Sulawesi]]. Dua pahlawan nasional asal Minahasa lainnya yang bermarga Maramis adalah [[Maria Walanda Maramis]] beserta keponakannya [[Alexander Andries Maramis|Alexander Andries Maramis (A. A.) Maramis]]. Maria berjuang untuk
Pahlawan nasional asal Minahasa lainnya yang juga ikutserta dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah [[B.W. Lapian|Bernard Wilhelm (B. W.) Lapian]] yang terlibat dalam ''Peristiwa Merah Putih'' di Manado pada tahun 1946, tokoh geologi [[Arie Frederik Lasut]] yang dibunuh oleh tentara Belanda pada tahun 1949, [[Robert Wolter Mongisidi]] yang berjuang di Sulawesi Selatan dan juga dibunuh oleh Belanda, dan [[L.N. Palar|Lambertus Nicodemus (Babe) Palar]] yang memperjuangkan kedaulatan Indonesia di [[
Terdapat juga orang Minahasa yang turut serta dalam perjuangan militer untuk kemerdekaan. Di antaranya [[Alex Evert Kawilarang]] yang menjadi Panglima ''Tentara Territorium''
=== Militer ===
Ada
=== Pemerintahan ===
Baris 174 ⟶ 186:
Selain A. A. Maramis, beberapa orang Minahasa lainnya juga pernah menjabat sebagai menteri nasional di antaranya [[Freddy Jaques Inkiriwang|Freddy Jaques (F. J.) Inkiriwang]] sebagai [[Daftar Menteri Perindustrian Indonesia|Menteri Perindustrian]], [[Frits Laoh]] sebagai [[Daftar Menteri Perhubungan Indonesia|Menteri Perhubungan]], [[Herling Laoh]] sebagai [[Daftar Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Indonesia|Menteri Pekerjaan Umum]] dan Menteri Perhubungan, [[Gustaaf Adolf Maengkom|Gustaaf Adolf (G. A.) Maengkom]] sebagai [[Daftar Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia|Menteri Kehakiman]], [[E.E. Mangindaan|Evert Ernest (E. E.) Mangindaan]] sebagai Menteri Perhubungan, [[Arnold Mononutu]] sebagai [[Daftar Menteri Penerangan Indonesia|Menteri Penerangan]], [[W.J. Rumambi|Wilhelm Johannis Rumambi]] juga sebagai Menteri Penerangan, dan [[Theo L. Sambuaga|Theo Leo Sambuaga]] sebagai [[Daftar Menteri Perumahan Rakyat Indonesia|Menteri Perumahan Rakyat dan Permukiman]].
===
Beberapa wanita asal Minahasa (atau ''[[Wewene Minahasa]]'') telah menjadi pelopor dalam berbagai bidang. [[Marie Thomas]] adalah wanita pertama yang lulus dari ''[[School tot Opleiding van Indische Artsen]]'' (STOVIA atau ''Sekolah Pendidikan Dokter Hindia''). Selain Maria, [[Anna Warouw]] juga adalah lulusan STOVIA, tepatnya lulusan wanita kedua. Sedangkan di jajaran [[Kepolisian Negara Republik Indonesia|Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri)]], [[Jeanne Mandagi]] adalah wanita pertama yang diangkat sebagai jenderal. Selain itu, [[Augustine Magdalena Waworuntu]] adalah salah satu wanita pertama di Indonesia yang menjabat sebagai wali kota.
=== Seni dan olah raga ===
Beberapa seniman terkenal dari Minahasa termasuk penyanyi [[Once Mekel]], [[Pance Pondaag]], dan [[Maya Rumantir]], dan pemeran [[Lidya Kandou]], [[Rima Melati]], dan [[Anna Tairas]]. Juga terdapat sutradara [[Frank Rorimpandey]] dan [[Wim Umboh]]. Di arena olah raga, khususnya bulutangkis, terdapat beberapa orang Minahasa yang berprestasi mewakili Indonesia di ajang bulutangkis dunia yaitu [[Flandy Limpele]], [[Liliyana Natsir]], [[Greysia Polii]], dan [[Rosiana Tendean]]. Di olah raga sepak bola, skuat [[tim nasional sepak bola Indonesia]] pernah diisi nama-nama pemain dari etnis Minahasa seperti [[Jendri Pitoy]], [[Ferry Rotinsulu]], [[Ronny Pasla]] dan [[Francis Wawengkang|Francis Wewengkang]], juga [[Erents Alberth Mangindaan]] yang pernah menjadi pelatih ''Skuat Garuda'' di tahun 1966–1970.
== Galeri gambar ==
Baris 188 ⟶ 200:
Berkas:Rumah Minahasa Sulawesi Utara.JPG|Rumah panggung tradisional Minahasa di [[TMII|Taman Mini, Jakarta]]
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Alfurse graven op Minahasa Celebes TMnr 60042777.jpg|[[Waruga]], Kubur batu leluhur orang Minahasa sampai abad ke-19. Foto:KITLV (sebelum 1920)
Berkas:PrasastiPinawetengan.
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een Minahassa priesteres met hoofdtooi TMnr 10006020.jpg|jmpl|Pendeta perempuan Tonaas Walian.
</gallery>
Baris 195 ⟶ 208:
* [[Mapalus]]
* [[Marga Minahasa]]
* [[Daftar tokoh Minahasa|Daftar Tokoh Minahasa]]
== Referensi ==
Baris 202 ⟶ 216:
'''Sumber referensi'''
{{refbegin|32em}}
* {{cite book
| title = Demography of Indonesia's Ethnicity
Baris 223 ⟶ 236:
| url = https://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=321&wid=7100000000
| publisher = Badan Pusat Statistik Republik Indonesia
| access-date = {{date|2020-07-12}}
| ref = sensus2010
}}
Baris 246 ⟶ 259:
| location = Canberra
| ref = Bellwood1995
}}
* {{cite encyclopedia
| title = Ensiklopedi Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
| edition = 4
| place = Jakarta
| publisher = Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film; Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
| year = 2010
| orig-year = 2003
| url = http://pustaka.kebudayaan.kemdikbud.go.id/index.php?p=show_detail&id=7335&keywords=
| pages = 382–383
| isbn = 978-979-16071-1-7
| ref = kemdikbud2010
}}
Baris 255 ⟶ 281:
| publisher = Wajt dan Anakh
| location = Roterdam
|
}}
* {{cite book
| last = Harvey
| first = Barbara S.
| year = 1977
| title = Permesta: Half a Rebellion
| trans-title = Permesta: Setengah Pemberontakan
| language = Inggris
| location = Ithaca
| publisher = Cornell Modern Indonesia Project, Southeast Asia Program, Cornell University
| ref = Harvey1977
}}
* {{cite book
| title = A Naturalist in North Celebes
| url = https://archive.org/details/anaturalistinno00hickgoog
| trans-title = Seorang Naturalis di Utara Celebes
| language = Inggris
Baris 270 ⟶ 309:
}}
* {{cite
| url = https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbsulut/legenda-toar-lumimuut-dan-turunannya/
| title = Legenda Toar Lumimuut dan Turunannya
| date =
| last =
| first =
| website = Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direkorat Jenderal Kebudayaan
| ref =
}}
Baris 292 ⟶ 331:
}}
* {{
| title = Mengenal Tarian Perang Kabasaran dari Minahasa
| url = https://www.merdeka.com/peristiwa/mengenal-tarian-perang-kabasaran-dari-minahasa.html
| date =
| last =
| first =
| publisher = Merdeka
| ref =
| language = id
| work = [[Merdeka.com]]
}}
* {{cite book
| title = Minahasa di Awal Perang Kemerdekaan Indonesia
| last = Leirissa
| first = R. Z.
| date = 1997
| publisher = Sinar Harapan
| location = Jakarta
| ref = Leirissa1997
}}
* {{cite thesis
| type = PhD
| last = Liwe
| first = Amelia Joan
| date = 2010
| title = From Crisis to Footnote: The Ambiguous Permesta Revolt in Post-Colonial Indonesia
| language = Inggris
| location = Madison
| publisher = University of Wisconsin, Madison
| ref = Liwe2010
}}
Baris 318 ⟶ 381:
* {{cite book
| title = Ethnic Groups of South Asia and the Pacific
| url = https://archive.org/details/ethnicgroupsofso0000mina
| trans-title = Suku-Suku Bangsa di Asia Selatan dan Pasifik
| language = Inggris
Baris 355 ⟶ 419:
| url = https://www.sulutprov.go.id/tari-maengket.html
| archive-url = https://web.archive.org/web/20171201232738/https://www.sulutprov.go.id/tari-maengket.html
| archive-date = {{date|2017-12-01}}
| title = Seni Tari Maengket
| website = Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara
Baris 364 ⟶ 428:
| title = Kolintang : Kesenian Tradisional Kebudayaan Sulawesi Utara
| url = https://lpmpsulawesiutara.kemdikbud.go.id/kolintang-kesenian-tradisional-kebudayaan-sulawesi-utara/
| date = {{date|2020-04-01}}
| last = Poluan
| first = Bryan
| publisher = Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Sulawesi Utara
| ref = Poluan2020
| access-date = 2020-07-18
| archive-date = 2020-07-18
| archive-url = https://web.archive.org/web/20200718061550/https://lpmpsulawesiutara.kemdikbud.go.id/kolintang-kesenian-tradisional-kebudayaan-sulawesi-utara/
| dead-url = yes
}}
Baris 407 ⟶ 475:
| title = Musik Bambu Minahasa
| url = https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbsulut/musik-bambu-minahasa/
| date = {{date|2015-05-18}}
| last = Sumarauw
| first = M. J.
Baris 414 ⟶ 482:
}}
* {{Cite news
|title = Herman Nicolas 'Ventje' Sumual: Lelaki di Balik Permesta
|url = https://majalah.tempo.co/read/memoar/126571/herman-nicolas-ventje-sumual-lelaki-di-balik-permesta
|publisher = TEMPO
|date = {{date|2008-03-10}}
|access-date = {{date|2020-06-05}}
|ref = TEMPO2008
|last = Administrator
|language = id
|work = [[Tempo.co]]
}}
* {{cite journal
| title = Tondano and not Toulour
Baris 437 ⟶ 517:
| publisher = Institut Seni dan Budaya Sulawesi Utara
| ref = Wenas2007
}}
* {{cite journal
| title = A History of the Minahasa c. 1615-1680
| trans-title = Sejarah Minahasa c. 1615-1680
| language = Inggris
| year = 1987
| last = Wigboldus
| first = Jouke S.
| journal = Archipel
| number = 34
| ref = Wigboldus1987
}}
Baris 450 ⟶ 542:
| ref = Wuysang2014
}}
{{refend}}
Baris 457 ⟶ 548:
* {{url|https://www.minahasa.net/id.php|Minahasa.net}}
[[Kategori:Suku bangsa di Sulawesi Utara|Minahasa]]
[[Kategori:
|