Wali Sanga: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Danang Efendi (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(14 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Wali SongoSanga''' (lebih dikenal sebagai '''Wali Songo''', {{lang-jv|ꦮꦭꦶꦱꦔ}}; ''Wali Songo'', "Sembilan [[Wali]]" (orang yang dipercaya)) adalah tokoh [[Islam]] yang dihormati di [[Indonesia]], khususnya di [[pulau Jawa]], karena peran historis mereka dalam penyebaran agama [[Islam]] di [[Indonesia]].
 
Pembentukan Majelis Dakwah Walisongo di perkirakan terjadi antara tahun 1250 -1404 oleh Sultan-Sultan yang berkuasa dalam penyebaran agama Islam di suatu negara ke negara lain, biasanya terdiri dari 9 Anggota Majelis Dakwah Walisongo segera bergerak ke wilayah India, asia tenggara seperti Vietnam, Malaysia & Indonesia.
Baris 37:
* '''[[Maulana Malik Ibrahim|Sunan Gresik]]''' atau Maulana Malik Ibrahim
* '''[[Sunan Ampel]]''' atau Raden Rahmat
* '''[[Sunan Bonang]]''' atau Raden Maulana Makhdum Ibrahim
{{Col-3}}
* '''[[Sunan Drajat]]''' atau Raden Qasim Syarifuddin
Baris 52:
[[Berkas:MalikIbrahim1.jpg|ka|jmpl|200px|Makam Maulana Malik Ibrahim, desa Gapura, [[Gresik]], [[Jawa Timur]]]]
[[Maulana Malik Ibrahim]] adalah keturunan ke-22 dari [[Nabi Muhammad]]. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Sanga.
Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim
Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba'alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah
 
Ia diperkirakan lahir di [[Provinsi Samarqand|Samarkand]] di [[Asia Tengah]], pada paruh awal abad ke-14. [[Babad Tanah Jawi]] versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah orang Jawa terhadap As-Samarqandy.<ref>Meinsma, J.J., 1903. Serat ''Babad Tanah Jawi, Wiwit Saking Nabi Adam Dumugi ing Tahun 1647''. S'Gravenhage.</ref> Dalam cerita rakyat, ada yang memanggilnya Kakek Bantal.
 
Maulana Malik Ibrahim memiliki 3 istri bernama:
 
1. Siti Fathimah binti Ali Nurul Alam Maulana Israil (Raja [[Kerajaan Champa|Champa]] Dinasti [[Azmatkhan]] 1), memiliki 2 anak, bernama: Maulana Moqfaroh dan Syarifah Sarah
 
2. Siti Maryam binti Syaikh Subakir, memiliki 4 anak, yaitu: Abdullah, Ibrahim, Abdul Ghafur, dan Ahmad
Baris 88 ⟶ 85:
=== Sunan Drajat ===
{{Main|Sunan Drajat}}
[[Sunan Drajat]] adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari [[Nabi Muhammad]].{{butuh rujukan}} Nama asli dari Sunan Drajat adalah masih munat. Nama sewaktu masih kecil adalah Raden Qasim. Sunan drajat terkenal juga dengan kegiatan sosialnya. Dialah wali yang memelopori penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat umum. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di [[Drajat, Paciran, Lamongan|Desa Drajat]], Kecamatan Paciran, [[Lamongan]]. Tembang ''macapat'' ''Pangkur'' disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Museum Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat pada 1522.
 
=== Sunan Kudus (Ja'far shodiq) ===
Baris 113 ⟶ 110:
 
== Tokoh pendahulu Wali Sanga ==
=== *[[Syekh Jumadil Qubro ===]]
 
*[[Syaikh Syamsuddin Al-wasil]]
=== Syekh Jumadil Qubro ===
==== Syekh *[[Khaliqul Idrus ====]]
{{Main|Syekh Jumadil Qubro}}
*[[Datuk Kahfi|Syekh Nurjati]]
[[Syekh Jumadil Qubro]] adalah Maulana Ahmad Jumadil Kubra / Husain Jamaluddin al akbar bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain binti Sayyidah Fathimah Az-Zahra bin Nabi Muhammad Rasulullah.
*[[Qurotul Ain]]
 
*[[Tan Go Wat|Bentong]]
Syekh Jumadil Qubro adalah putra Husain Jamaluddin dari isterinya yang bernama Puteri Selindung Bulan (Putri Saadong II/ Putri Kelantan Tua). Tokoh ini sering disebutkan dalam berbagai [[babad]] dan [[cerita rakyat]] sebagai salah seorang pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa.
*[[Raden Santri Gresik|Ali Murtadho]]
 
*[[Muhammad Nurul Yaqin]]
Ia yang disebut Wali Qutub As-Sayyid Husain Jamaluddin Seorang Wali Allah yang menjadi Mufti dan Penasehat Kekhilafahan Turki Utsmani yang dipimpin oleh Khalifah Mehmed I.
*[[Fatimah binti Maimun]]
 
Makamnya terdapat di beberapa tempat yaitu di [[Kota Semarang|Semarang]], [[Trowulan, Mojokerto|Trowulan]], atau di Desa [[Bukit Turgo|Turgo]] (dekat Pelawangan), Yogyakarta. Belum diketahui yang mana yang betul-betul merupakan kuburnya.<ref>Istilah ''maqam'', selain berarti kubur juga dapat berarti tempat menetap atau tempat yang pernah dikunjungi seorang tokoh; contohnya seperti makam [[Nabi Ibrahim]] di [[Masjidil Haram]].</ref>
<!--
 
==== Syekh Maulana Muhammad Ali Akbar ====
Syekh Maulana Akbar adalah adalah seorang tokoh pada abad 14-15 yang dianggap merupakan pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa. Syekh Maulana Muhammad Ali Akbar adalah saudara kandung dari Syekh Subakir dan Sultan Sulaiman Al-Baghdadi. Nasabnya adalah Syekh Maulana Muhammad Ali Akbar bin Ali Nuruddin bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Hal ini adalah menurut penelitian Al-Habib Hadi bin Abdullah Al-Haddar dan As-Sayyid Bahruddin Ba'alawi al-Husaini dan diikuti oleh Martin van Bruinessen (1994).<ref>van Bruinessen, Martin, 1994. ''Najmuddin al-Kubra, Jumadil Kubra and Jamaluddin al-Akbar: Traces of Kubrawiyya influence in early Indonesian Islam'', Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 150, hal 305-329.</ref>
 
Penulis asal Bandung Muhammad Al Baqir dalam ''Tarjamah Risalatul Muawanah'' (Thariqah Menuju Kebahagiaan) memasukkan beragam catatan kaki dari riwayat-riwayat lama tentang kedatangan para mubaligh Arab ke Asia Tenggara. Ia berkesimpulan bahwa cerita rakyat tentang Syekh Maulana Muhammad Ali Akbar yang sempat mengunjungi Nusantara dan wafat di [[Wajo]], [[Makasar]] (dinamakan masyarakat setempat ''Makam Kramat Mekkah''), belum dapat dikonfirmasikan dengan sumber sejarah lain. Selain itu juga terdapat riwayat turun-temurun tarekat Sufi (thariqat Wali Sanga) di Jawa Barat, yang menyebutkan bahwa Syekh Maulana Muhammad Ali Akbar wafat dan dimakamkan di [[Cirebon]], meskipun juga belum dapat diperkuat sumber sejarah lainnya.
 
==== Syekh Quro ====
[[Syekh Quro]] adalah pendiri pesantren pertama di Jawa Barat, yaitu pesantren Quro di [[Tanjungpura, Karawang Barat, Karawang|Tanjungpura, Karawang]] pada tahun 1428.<ref>Drs. H. Ridwan Saidi (27 Maret 2007). Disampaikan pada Seminar ''[http://202.155.15.208/cetak_berita.asp?id=289392&kat_id=105&edisi=Cetak/ Genealogi Intelektual Ulama Betawi]''. Diselenggarakan oleh JIC (Jakarta Islamic Centre), Jakarta. Artikel Republika Online: Jumat, 13 April 2007.</ref>
 
Nama aslinya Syekh Quro ialah Hasanuddin. Beberapa babad menyebutkan bahwa ia adalah ''muballigh'' (penyebar agama} asal [[Mekkah]], yang berdakwah di daerah Karawang. Ia diperkirakan datang dari [[Champa]] atau kini Vietnam selatan. Sebagian cerita menyatakan bahwa ia turut dalam pelayaran armada [[Cheng Ho]], saat armada tersebut tiba di daerah Tanjung Pura, Karawang.
 
Nasabnya adalah Syekh Quro (Hasanuddin/ Wali Sanga Periode Pertama) bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah.
 
Syekh Quro sebagai guru dari [[Nyai Subang Larang]], anak [[Ki Gedeng Tapa]] penguasa [[Cirebon]]. Nyai Subang Larang yang cantik dan halus budinya, kemudian dinikahi oleh [[Prabu Siliwangi|Raden Manahrasa]] dari wangsa Siliwangi, yang setelah menjadi raja [[Kerajaan Pajajaran]] bergelar [[Sri Baduga Maharaja]]. Dari pernikahan tersebut, lahirlah Pangeran [[Kian Santang]] yang selanjutnya menjadi penyebar agama Islam di Jawa Barat.
 
Makam Syekh Quro terdapat di desa Pulo Kalapa, [[Lemahabang, Karawang|Lemahabang]], [[Karawang]].
 
==== Syekh Datuk Kahfi ====
[[Syekh Datuk Kahfi]] adalah muballigh asal [[Baghdad]] memilih markas di pelabuhan Muara Jati, yaitu kota [[Cirebon]] sekarang. Ia bernama asli [[Idhafi Mahdi]].
 
Nasabnya adalah Syekh Datuk Kahfi bin Sultan Sulaiman Al-Baghdadi bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah.
 
Majelis pengajiannya menjadi terkenal karena didatangi oleh [[Nyai Rara Santang]] dan [[Kian Santang]] (Pangeran Cakrabuwana), yang merupakan putra-putri Nyai Subang Larang dari pernikahannya dengan raja Pajajaran dari wangsa Siliwangi. Di tempat pengajian inilah tampaknya Nyai Rara Santang bertemu atau dipertemukan dengan Syarif Abdullah, cucu Syekh Maulana Akbar Gujarat. Setelah mereka menikah, lahirlah Raden [[Syarif Hidayatullah]] kemudian hari dikenal sebagai [[Sunan Gunung Jati]].
 
Makam Syekh Datuk Kahfi ada di Gunung Jati, satu komplek dengan makam Sunan Gunung Jati.
 
==== Syekh Khaliqul Idrus ====
[[Syekh Khaliqul Idrus]] adalah seorang muballigh Parsi yang berdakwah di [[Jepara]]. Menurut suatu penelitian, ia diperkirakan adalah Syekh Abdul Khaliq, dengan ''laqob'' Al-Idrus, anak dari [[Syekh Muhammad Al-Alsiy]] yang wafat di [[Isfahan]], Parsi.
 
Syekh Khaliqul Idrus di Jepara menikahi salah seorang cucu Syekh Husain Jamaluddin Al-Akbar yang kemudian melahirkan [[Raden Muhammad Yunus]]. Raden Muhammad Yunus kemudian menikahi salah seorang putri Majapahit hingga mendapat gelar Wong Agung Jepara. Pernikahan Raden Muhammad Yunus dengan putri Majapahit di Jepara ini kemudian melahirkan Raden Abdul Qadir yang menjadi menantu [[Raden Patah]], bergelar Adipati Bin Yunus atau [[Pati Unus]]. Setelah gugur di Malaka 1521, Pati Unus dipanggil dengan sebutan [[Pangeran Sabrang Lor]].
<!--
Silsilah Syekh Khaliqul Idrus yang bernama asli Abdul Khaliq Al-Idrus, adalah putra Muhammad Al Alsiy, putra Abdul Muhyi Al Khoyri, putra Muhammad Akbar Al Ansari, putra Abdul Wahhab, putra Yusuf Al Mukhrowi, putra [[Muhammad Al Faqih Al Muqaddam]], seorang ulama sangat terkenal pada abad ke-13 di Hadramaut, Yaman, yang merupakan putra dari Ali, putra Muhammad Shahib Mirbath.-->
<!-- Bagaimana dengan peranannya di masyarakat dlm penyebaran agama Islam?
Di titik [[Syekh Muhammad Shahib Mirbath|Muhammad Shahib Mirbath]] bertemulah silsilah Syekh Husain Jamaluddin (yang merupakan kakek-buyut bagi sebagian besar Wali Sanga dan cikal bakal [[Kesultanan Cirebon|Keraton Cirebon]] dan [[Kesultanan Banten|Keraton Banten]] dan leluhur bagi para kyai pesantren di seluruh pesisir Pulau Jawa), dengan silsilah Syekh Khaliqul Idrus (kakek buyut Pangeran Sabrang Lor dan cikal bakal beberapa dinasti di Jawa Barat seperti dinasti [[Muhammad Wangsa]] (Bogor), dinasti [[Kusumahdinata]] (Sumedang) dan dinasti [[Wiradadaha]] (Tasikmalaya).<ref>Lihat pula: [[Pangeran Sabrang Lor]].</ref>
-->
 
'''Syekh Datuk Kahfi'''
 
[[Syekh Datuk Kahfi]] merupakan guru dari Pangeran Walangsungsang dan Nyai Rara Santang (Syarifah Muda'im), yaitu putera dan puteri dari [[Sri Baduga Maharaja]] ([[Prabu Siliwangi]]), raja [[Kerajaan Pajajaran]], [[Jawa Barat]]. Syekh Datuk Kahfi wafat dan dimakamkan di Gunung Jati, bersamaan dengan makam Syarif Hidayatullah ([[Sunan Gunung Jati]]), Pangeran Pasarean, dan raja-raja [[Kesultanan Cirebon]] lainnya.
 
Syekh Nurjati adalah tokoh utama penyebar agama Islam yang pertama di Cirebon. Tokoh yang lain adalah [[Sunan Gresik|Maulana Magribi]], [[Pangeran Makhdum]], Maulana [[Pangeran Panjunan]], Maulana Pangeran Kejaksan, Maulana Syekh Bantah, Syekh Majagung, [[Syekh Siti Jenar|Maulana Syekh Lemah Abang]], Mbah Kuwu Cirebon (Pangeran Cakrabuana), dan [[Syarif Hidayatullah]]. Pada suatu ketika mereka berkumpul di Pasanggrahan Amparan Jati, di bawah pimpinan Syekh Nurjati. Mereka semua muri-murid Syekh Nurjati. Dalam sidang tersebut Syekh Nurjati berfatwa kepada murid-muidnya:
 
''“Wahai murid-murid ku, sesungguhnya masih ada suatu rencana yang sesegera mungkin kita laksanakan, ialah mewujudkan atau membentuk masyarakat Islamiyah. Bagaimana pendapat para murid semuanya dan bagaimana pula caranya kita membentuk masyarakat islamiyah itu?”.''
 
Para murid dalam sidang mufakat atas rencana baik tersebut. Syarif Hidayatullah berpendapat bahwa untuk membentuk masyarakat islam sebaiknya diadakan '''''usaha memperbanyak tabligh di pelosok dengan cara yang baik dan teratur''.''' Pendapat ini mendapat dukungan penuh dari sidang, dan disepakati segera dilaksanakan. Sidang inilah yang menjadi dasar dibentuknya organisasi dakwah dewan Wali Sanga.
 
== Asal usul Wali Sanga ==
Baris 187 ⟶ 137:
 
Salah satu ulasan atas tulisan H.J. de Graaf, Th.G.Th. Pigeaud, [[M.C. Ricklefs]] berjudul ''Chinese Muslims in Java in the 15th and 16th Centuries'' adalah yang ditulis oleh Russell Jones. Di sana, ia meragukan pula tentang keberadaan seorang [[Poortman]]. Bila orang itu ada dan bukan bernama lain, seharusnya dapat dengan mudah dibuktikan mengingat ceritanya yang cukup lengkap dalam tulisan Parlindungan.<ref>Russell Jones, [http://links.jstor.org/sici?sici=0041-977X%281987%2950%3A2%3C423%3ACMIJIT%3E2.0.CO%3B2-X review on ''Chinese Muslims in Java in the 15th and 16th Centuries''] written by H. J. de Graaf; Th. G. Th. Pigeaud; M. C. Ricklefs, Bulletin of the School of Oriental and African Studies, University of London, Vol. 50, No. 2. (1987), hlm. 423-424.</ref>
 
=== Teori keturunan Dinasti Ayubiyah/Fatimiyah ===
Teori lain adalah dinasti Ayubiyah/Fatimiyah. Teori ini khususnya bagi Walisongo di Jawa Timur. Hal ini diperkuat dengan keberadaan makam Fatimah binti Maimun yang kemungkinan merupakan nama seorang bangsawan dari dinasti Fatimiyah.
 
== Sumber tertulis tentang Wali Sanga ==
Baris 223 ⟶ 176:
[[Kategori:Sejarah Nusantara]]
[[Kategori:Sejarah Islam di Indonesia]]
[[Kategori:Pendakwah muslim]]