Sejarah Aceh: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan) | |||
Baris 77:
Tahun 1873 pecah perang Aceh melawan Belanda. Perang Aceh disebabkan karena:
# Belanda menduduki daerah Siak. Akibat dari perjanjian Siak 1858. Di mana Sultan Ismail menyerahkan daerah Deli, Langkat, Asahan dan Serdang kepada Belanda, padahal daerah-daerah itu sejak Sultan Iskandar Muda ada di bawah kekuasaan Aceh.
# Belanda melanggar Siak, maka berakhirlah perjanjian London (1824). Di mana isi perjanjian London adalah Belanda dan Inggris membuat ketentuan tentang batas-batas kekuasaan kedua daerah di Asia Tenggara yaitu dengan garis lintang
# Aceh menuduh Belanda tidak menepati janjinya, sehingga kapal-kapal Belanda yang lewat perairan Aceh ditenggelamkan Aceh. Perbuatan Aceh ini disetujui Inggris, karena memang Belanda bersalah.
# Dibukanya [[Terusan Suez]] oleh [[Ferdinand de Lesseps]] menyebabkan perairan Aceh menjadi sangat penting untuk lalulintas perdagangan.
Baris 109:
Taktik licik selanjutnya, pembersihan dengan cara membunuh rakyat Aceh yang dilakukan di bawah pimpinan [[G.C.E. van Daalen (1863-1930)|Van Daalen]] yang menggantikan Van Heutz. Seperti [[Perang Aceh (1904)|pembunuhan di Kuta Reh]] (14 Juni 1904) di mana 2922 orang dibunuhnya, yang terdiri dari 1773 laki-laki, 1149 perempuan dan anak-anak.
Taktik terakhir menangkap Cut Nyak Dhien, istri Teuku Umar yang masih melakukan perlawanan secara gerilya, walaupun kondisi fisik telah sangat lemah bahkan matapun telah buta. Cut Nyak Dhien
== Surat tanda penyerahan ==
|