Kongres Bahasa Jawa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Marchenlien (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Pengembalian manual |
|||
(8 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:Kongres Bahasa Jawa IV.jpg|ka|jmpl|Kongres Bahasa Jawa IV]] ▼
'''Kongres Bahasa Jawa''' adalah kegiatan rutin
▲[[Berkas:Kongres Bahasa Jawa IV.jpg|ka|jmpl|Kongres Bahasa Jawa IV]]
== Kongres Bahasa Jawa ==
* Kongres Bahasa Jawa I, 15-21 Juli 1991 di [[Semarang]]<ref>[http://openlibrary.org/books/OL956760M/Kongres_Bahasa_Jawa_Semarang_15-20_Juli_1991 Library of Congress PL5161 .K66 2006 ]</ref>
* Kongres Bahasa Jawa II, 22-26 Oktober 1996 di [[Malang]]<ref>
* Kongres Bahasa Jawa III, 15-21 Juli 2001 di [[Yogyakarta
* Kongres Bahasa Jawa IV, 10-14 September 2006 di [[Semarang]]<ref>
* Kongres Bahasa Jawa V tahun 2011 di [[Surabaya]]
* Kongres Bahasa Jawa VI tahun 2016 di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]]<ref>
== Kongres Bahasa Jawa VI tahun 2016 ==
Baris 16:
Atas dasar kriteria di atas, kota-kota di Provinsi DIY, Jateng, dan Jatim yang terpilih sebagai kota cerdas 2015 adalah sebagai berikut. ''Pertama'', predikat kota cerdas berpenduduk 1 juta ke atas di raih Kota Surabaya dan Kota Semarang. ''Kedua'', predikat kota cerdas berpenduduk 200.000 - 1.000.000 diraih oleh Kota Yogyakarta, Kota Surakarta, dan Kota Malang. ''Ketiga'', kota cerdas berpenduduk hingga 200.000 diraih oleh Kota Magelang, Kota Madiun, Kota Mojokerto, dan Kota Salatiga.
Berdasarkan penentuan kota-kota cerdas di Indonesia, tampaknya arah pembangunan bangsa dan negara kita akan diarahkan menjadi kota cerdas berdasarkan kriteria di atas. Di samping itu, harus diakui bahwa sebaran penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan pada tahun 1950 hanya 26%, dan pada tahun 2025 nanti akan menjadi 85% ([[Budiman Tanuredjo]], akun @hariankompas).
Kita tidak boleh menutup mata terhadap kehidupan generasi muda sekarang. Mereka hidup di tengah-tengah gegap-gempitanya teknologi yang memberi paparan berbagai informasi, bahkan sampai pada sumber-sumber penghidupan yang dapat menyejahterakan mereka pun terpapar melalui teknologi.
Dengan semakin
Jika potret di atas dipakai sebagai dasar membuat kebijakan pengembangan, pelestarian, dan pendidikan bahasa dan
Dengan tantangan seperti itu, kita tidak mungkin hanya berpikir secara konvensional. Masyarakat Jawa harus bangkit berpikir kreatif dan inovatif agar dapat melakukan hal-hal yang spektakuler sehingga bahasa Jawa mampu memberikan sumbangan terhadap pembangunan dan pembentukan kepribadian nasional
Namun, di sisi lain harus diakui bahwa para pemegang tampuk pimpinan di tingkat Provinsi, Kabupaten/kota tidak boleh lalai dengan kondisi bahasa Jawa di daerah masing-masing. Keberadaan bahasa Jawa sebagai bahasa daerah, memerlukan dukungan politik anggota DPRD, Gubernur, dan Bupati/Wali kota.
Secara metaforis dapat dikatakan bahwa “mata air” budaya Jawa adalah bahasa Jawa. Bahkan, sebagian ruh kebudayaan nasional teraliri nilai-nilai bahasa dan sastra Jawa yang manifestasinya disebut budaya Jawa. Konsep-konsep kebudayaan nasional sudah teraliri budaya Jawa, seperti semangat ''gotong royong'', sikap ''lembah manah'', slogan “''ngono ya ngono'', ''ning aja ngono''”, ''angon rasa'', ''adu rasa'' adalah ruh budaya Jawa yang telah diterima sebagai unsur kebudayaan nasional.
Baris 32:
Namun, dewasa ini ”debit mata air” itu semakin mengecil. Bahasa Jawa sudah tidak banyak memunculkan nilai-nilai baru yang dapat “mengaliri” budaya nasional. Hal ini tidak boleh dibiarkan dan masyarakat Jawa harus mau ''cancut tali wanda'' untuk ber''-triwikrama.''
Makna ''triwikrama'' dapat ditafsirkan secara filosofis sebagai kemampuan untuk mengerahkan segala pikiran, perasaan, dan tenaga untuk mengubah diri sendiri menjadi sosok baru di luar kekuatan
# Bagaimana mereformasi bahasa Jawa agar terus berkembang dan mampu memperbesar “''debit”'' budaya Jawa?,
# Bagaimana mereformasi bahasa Jawa agar tetap terjaga kelestariannya dan tidak punah dari kehidupan masyarakat Jawa?
# Bagaimana mereformasi pendidikan bahasa Jawa agar dapat dilaksanakan dan diwariskan kepada generasi muda?
Tiga pemikiran baru itulah masyarakat Jawa harus ''cancut tali wanda'' memfokuskan Kongres Bahasa Jawa VI agar terisi dengan pemikiran baru.
=== Tema Kongres ===
“BASA JAWA TRIWIKRAMA” Pengoptimalan Peran Bahasa dan Sastra Jawa di Kabupaten dan Kota yang Berakarkan Budaya Jawa untuk Memperkuat Kebudayaan Nasional.'' Subtema:
* '''Pengembangan'''
# Kebijakan pengembangan bahasa dan sastra Jawa berkaitan dengan pergeseran penduduk dari
# Menggali nilai-nilai bahasa dan sastra Jawa di desa budaya sebagai akar budaya Jawa untuk memperkuat kebudayaan nasional
# Pemetaan penutur bahasa Jawa di lingkungan masyarakat perbatasan propinsi dalam rangka penataan bahan ajar dan penggiatan kiprah Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
Baris 51 ⟶ 56:
# Pengoptimalan penulisan lagu-lagu campursari menggunakan diksi bernilai rasa halus.
# Pengoptimalan pelestarian BJ melalui penulisan cerita berbasis budaya modern.
# Pengoptimalan aksara Jawa dan
* '''Pendidikan'''
# Kebijakan pendidikan BJ di sekolah untuk membangun kota cerdas
# Pengoptimalan peran Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) BJ dalam pembelajaran bahasa dan sastra Jawa.
# Strategi pembelajaran BJ untuk membangun kota cerdas
# Pembelajaran BJ berbasis BJ krama di jenjang pendidikan dasar dan menengah
# Pembelajaran di PAUD dan SD kelas rendah (kelas I-III) di daerah perkotaan dengan pengantar bahasa Jawa.
# Pengembangan materi pembelajaran BJ ''krama alus'' untuk membangun kota cerdas
# Pengoptimalan pendidikan BJ pada anak-anak di keluarga muda.
=== Pemakalah ===
# '''Pemakalah kunci:'''
#* '''Prof. Dr. [[Anies Baswedan|Anis Rasyid Baswedan]]''' (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI)
#* '''Topik''': Kebijakan Pemerintah dalam Pengoptimalan Peran Kebudayaan Daerah untuk Memperkuat Kebudayaan
# '''Pemakalah utama:'''
#* '''Sultan Hamengku Buwono X''' (Gubernur DIY)
#* '''Topik''': Bahasa Jawa sebagai akar budaya Jawa untuk memperkokoh keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.
#* '''H. [[Ganjar Pranowo]], S.H., M.I.P.''' (Gubernur Provinsi Jawa Tengah)
#* '''Topik''': Kebijakan Provinsi Jawa Tengah dalam Pengoptimalan Pengembangan, Pelestarian, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa beserta dialeknya sebagai Pembentuk Kepribadian Bangsa.
#* '''Dr. H. Soekarwo, S.H., M.Hum''' (Gubernur Provinsi Jawa Timur)
Baris 75 ⟶ 80:
#* Bupati atau wali kota yang ditunjuk oleh pemerintah daerah provinsi masing-masing dengan kekhasan dialek wilayahnya.
# '''Pemakalah Umum'''
#*
== Keputusan-keputusan penting Kongres Bahasa Jawa ==
* Diwajibkannya pengajaran Bahasa Jawa dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas sederajat di 3 Provinsi pemrakarsa kongres Bahasa Jawa.
* Pembentukan Dewan Bahasa Jawa di 3 Provinsi.<ref>
== Lihat pula ==
* [[Bahasa Jawa]]
* [[Kongres Aksara Jawa]]
* [[Kongres Sastra Jawa]]
Baris 93 ⟶ 94:
== Pranala luar ==
* [http://kbj5.com Situs Resmi KBJ V] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210507063516/http://kbj5.com/ |date=2021-05-07 }}
* [http://www.kongresbahasajawa.org/ Situs Resmi KBJ VI] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160814160048/http://kongresbahasajawa.org/ |date=2016-08-14 }}
* [http://ppsjs.blogspot.com/2008/10/kongres-bahasa-jawa-iv-dicinta-di-tanah.html Dicintai di tanah sebrang dibuang di tanah sendiri]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* [http://gurujawajatim.blogspot.com/2010/01/ki-doktor-enthus-susmono-kecewa-dengan.html Kecewa Dengan Kongres Bahasa Jawa]
* [http://sastrajawi.blogspot.com/ Kongres Sastra Jawa II]
* [http://rumahsastraindonesia.wordpress.com/2011/10/16/kongres-sastra-jawa-iii-masih-melawan/ Kongres Sastra Jawa III]
* [http://www.solopos.com/2011/12/05/jawa-perlu-berapa-kongres-127198 Jawa Perlu Berapa Kongres]
{{bahasa Jawa|state=show}}
[[Kategori:Bahasa Jawa]]
|