Bondan Kajawan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
number site Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(15 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox
|
( Ki Ageng Tarub II ) |
|
| caption =
| succession =
|
| predecessor =
|
| birth_date =
| birth_place = [[Kerajaan Majapahit|Majapahit]]
| death_date =
| mother = Wandan Kuning / Wandan Sari▼
| death_place =
| spouses = [[Dyah Nawangsih]]
| issue = [[Ki Ageng Wanasaba]]
[[Ki Getas Pandawa]]
[[Nyai Ageng Ngerang]]
[[Aryo Menger]]
| father = [[Kertabhumi]]
| religion =
}}
'''Bondan Kajawan''' atau '''Dyah Lembu Peteng''' adalah putra [[Brawijaya]] (Batara Wijaya) raja [[Kerajaan Majapahit]] terakhir dengan Wandan Kuning, seorang dayang yang biasa melayani permaisuri raja yaitu Putri Campa.▼
▲'''Bondan Kajawan''' atau '''Dyah Lembu Peteng''' adalah putra
Bondan Kajawan lahir dengan nama Dyah Lembu Peteng, ia merupakan putra Brawijaya dengan seorang dayang putri Campa. Menurut [[Babad Tanah Jawi]], Dyah Lembu Peteng adalah putra Brawijaya raja terakhir Majapahit dengan seorang selir. Sedangkan menurut Purwaka Caruban Nagari, Brawijaya bergelar sebagai Bhre Kertabhumi atau dalam catatan kronik Tiongkok dari [[kuil Sam Po Kong]] disebut ''Kung-ta-bu-mi''.▼
Bondan Kajawan lahir dengan nama Dyah Lembu Peteng, ia merupakan putra Brawijaya dengan seorang dayang putri Campa yang bernama Bondrit Cemara dari wWandhan.
Bhre Kertabhumi alias Batara Wijaya memiliki seorang selir yang dikenal sebagai Putri Cina yang kemudian melahirkan [[Raden Patah]]. Menurut [[Babad Tanah Jawi]], selir Tiongkok ini adalah putri [[Kyai Batong]].<ref name="olthof-2017">{{Cite book|last=Olthof|first=W. L.|title=Babad Tanah Jawi: Mulai Dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647|date=2017|location=Yogyakarta|publisher=Narasi|isbn=9789791680479|editor-last=Floberita Aning|editor-first=A. Yogaswara|edition=5|translator-last=Soemarsono|translator-first=H. R.}}</ref> Karena Dwarawati sang permaisuri yang berasal dari [[Campa]] merasa cemburu, Brawijaya terpaksa memberikan selir Tiongkok kepada adipatinya di [[Palembang]], yaitu [[Arya Damar]], kemudian menurunkan [[Raden Kusen]].<ref name="olthof-2017"/>▼
▲
=== Asal usul ===
▲
Menurut kronik Tiongkok dari [[kuil Sam Po Kong]] nama asli selir Tiongkok tersebut adalah ''[[Siu Ban Ci]]'' atau ''Tan Eng Kian'', biasa disebut Putri Kian atau yang lebih dikenal sebagai Putri Cina yang melahirkan putra bernama ''Jin Bun''.<ref name="muljana-2005">{{cite book|last=Muljana|first=Slamet|year=2005|title=Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara|place=Yogyakarta|publisher=LKiS Yogyakarta|isbn=9798451163}}</ref> ''Siu Ban Ci'' adalah seorang putri ''[[Tan Go Wat]]'' dan ''Siu Te Yo'' dari [[Gresik]]. ''Tan Go Wat'' merupakan seorang saudagar dan juga ulama bergelar ''Bah Tong''. Istri ''Kung-ta-bu-mi'' merasa cemburu terhadap Putri Cina dan terpaksa memberikan Putri Cina kepada ''Swan Liong'' putra ''Yang-wi-si-sa'' dan kemudian menurunkan ''Kin San''.<ref name="muljana-2005"/>
Dalam Babad Demak, disebutkan salah satu permaisuri Brawijaya yang bernama Dyah Dwarawati (atau Dyah Amarawati) adalah seorang Putri Campa yang beragama Islam. Putri Campa adalah adik dari Dyah Candrawulan ibunda [[Sunan Ampel]]. Jadi Sunan Ampel adalah keponakan dari Putri Campa.<ref name="purwadi-2005">{{cite book|author=Purwadi|year=2005|title=Babad Demak: Sejarah Perkembangan Islam di Tanah Jawa|place=Demak|publisher=Tunas Harapan|isbn=9792612041}}</ref> Babad Tanah Jawi juga menyebutkan Brawijaya dengan Putri Campa menurunkan seorang putri bernama Ratna Pambayun. Ratna Pambayun kemudian menikah dengan Andayaningrat seorang adipati Pengging yang kemudian menurunkan Kebo Kanigara dan Kebo Kananga.<ref name="
=== Kelahiran ===
Dalam [[Babad Tanah Jawi]] juga disebutkan bahwa [[Brawijaya]] memiliki selir yang merupakan seorang dayang bernama Wandan Kuning, ia bertugas melayani putri asal [[Campa]] yaitu Dyah Dwarawati. Karena selir ini hanya seorang dayang maka beritanya tidak boleh diketahui istana. Setelah Wandan Kuning mengandung, Brawijaya menitipkannya kepada Ki Buyut Masahar.<ref name="olthof-2017"/> Brawijaya dengan Wandan Kuning melahirkan seorang putra bernama Dyah Lembu Peteng alias Bondan Kajawan. Bondan Kajawan ketika masih kecil dititipkan dan berguru kepada seorang petani di desa [[Tarub, Tawangharjo, Grobogan|Tarub]]. Petani tersebut adalah Ki Ageng Tarub. Menurut Babad Demak, Ki Ageng Tarub mempunyai istri bernama Dyah Nawangwulan dan memiliki seorang putri bernama Dyah Nawangsih yang kemudian menikah dengan Dyah Lembu Peteng.<ref name="purwadi-2005"/>
==
Dyah Lembu Peteng menikah dengan Dyah Nawangsih, mereka mempunyai putra bernama Dyah Dukuh ([[Ki Ageng Wanasaba]]), Dyah Depok ([[Ki Getas Pandawa]]) dan seorang putri bernama Rara Kasihan ([[Nyai Ageng Ngerang]]). Silsilah lengkapnya adalah sebagai berikut:
Dyah Lembu Peteng atau Bondan Kajawan menikah dengan Dyah Nawangsih memiliki tiga orang putra-putri:
# '''
# '''
# '''
==
{{reflist|2}}
|