Senapati dari Mataram: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Perbaiki
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(23 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 15:
| predecessor =
| successor = [[Anyakrawati]]
| spouse = Waskita Jawi (permaisuri)<br/>Ratna DumilahJumilah<br/>Rara Semangkin<br/>Nyai Adisara
| issue = {{Collapsible list|1={{plainlist|1=
| native_lang1 =[[Bahasa Jawa]]
*Raden Rangga (Pangeran Rangga Samudra)
| native_lang1_name1=ꦥꦤꦼꦩ꧀ꦧꦲꦤ꧀ꦱꦺ ꦤꦥꦠꦶ
*Raden Mas Kentol Kajuron (Pangeran Puger)
*Jaka Umbaran (Pangeran Purbaya)
*Raden Mas Bartotot (Pangeran Jayaraga)
*Raden Mas Bagus (Panembahan Juminah)
*[[Raden Mas Jolang]] (Pangeran Adipati Anom)
*Raden Mas Julig (Pangeran Pringgalaya)}}
}}
| native_lang1 = [[Bahasa Jawa]]
| native_lang1_name1 = ꦥꦤꦼꦩ꧀ꦧꦲꦤ꧀ꦱꦺ ꦤꦥꦠꦶ
| house = [[Wangsa Mataram|Mataram]]
| house-type = Wangsa
| father = [[Ki Ageng Pamanahan]] (Kyai Gede Mataram)
| mother = [[Nyai Sabinah|Nyai Ageng Pamanahan]] (Nyai Sabinah)
| birth_date = tidak diketahui
| birth_place =
Baris 28 ⟶ 37:
| burial_date =
| burial_place = [[Pasarean Mataram]]
| regnal name = ''Sampeyan Dalem Ingkang Jumeneng Kangjeng Panembahan Senapati ing NgalagaIngalaga Sayyidin Panatagama''
| posthumous name = Panembahan Seda ing Kajenar
| signature_type =
| signature =
| religion = [[Islam]]
}}
'''Panembahan Senapati dari Mataram''' ({{lang-jv|ꦥꦤꦼꦩ꧀ꦧꦲꦤ꧀ꦱꦺ ꦤꦥꦠꦶ|Panêmbahan Senapati}}; meninggal 1601<ref name=jumeneng>{{Cite book |author=G.P.H. Hadiwidjojo |title=Paparabipun Para Nata Surakarta wiwit Mataram|date=1956 |location=Prabuwinatan, Surakarta |quote=Jumênêng 1586 surud 1601, seda ing Kajênar}}</ref>) adalah Raja pertama sekaligus bapak dari [[wangsa Mataram]] danDan merupakan [[panembahan]] (pemimpin) pertama dari [[Mataram]], yang di masanya masih berupa [[kadipaten]]. Ia mewarisi jabatan ayahnya sebagai [[adipati]] Mataram di bawah [[Kesultanan Pajang]]. Saat kesultanan tersebut mengalami gonjang-ganjing, Senapati memerdekakan diri dan memerintah Mataram hingga menjadi kerajaan yang berdaulat. Sepeninggalnya, keturunannya menggunakan namanya sebagai gelar dinasti.
 
== Silsilah ==
{{ahnentafel | align = center
| boxstyle_1 = background-color: #fcc;
| boxstyle_2 = background-color: #fb9;
| boxstyle_3 = background-color: #ffc;
| boxstyle_4 = background-color: #bfc;
| boxstyle_5 = background-color: #9fe;
| 1 = Panembahan Senapati
| 2 = [[Ki Ageng Pemanahan]]
| 3 = Nyai Sabinah<br>(Nyai Ageng Pemanahan)
| 4 = [[Ki Ageng Enis]]
| 5 = Nyai Ageng Laweh<br>(Nyai Ageng Enis)
| 6 = Ki Ageng Pakiringan<br>(Ki Ageng Saba)
| 7 = Rara Janten<br>(Nyai Ageng Saba)
| 8 = [[Ki Ageng Sela]]
| 9 = Nyai Bicak<br>(Nyai Ageng Sela II)
| 10 = Ki Ageng Pandanaran
| 11 = Nyai Ageng Pandanaran
| 12 = Ki Ageng Pandanaran
| 13 = Nyai Ageng Pandanaran
| 14 = [[Ki Ageng Sela]]
| 15 = Nyai Ageng Sela I
}}
Berdasarkan serat atau naskah babad seperti [[Serat Bauwarna]], [[Serat Centhini]], [[Babad Tanah Jawi]] dan beberapa naskah lainnya disebutkan bahwa Panembahan Senapati memiliki beberapa nama kecil dan julukan diantaranya; Raden Bagus Dananjaya, Raden Ngabehi Saloring Pasar, Raden Ngabehi Salering Peken, Risang Sutawijaya, dan Danang Sutawijaya, yang lebih dikenal di kemudian hari.
 
Baris 71 ⟶ 58:
Panembahan Senapati yang juga anak angkat Sultan Adiwijaya, ikut serta membantu ayahnya, Ki Ageng Pamanahan dalam sayembara melawan Arya Panangsang. Karena Adiwijaya mengkhawatirkan putra angkatnya turut dalam melaksanakan tugas tersebut, ia memberikan bantuan pasukan Pajang untuk membantunya berperang. Perang antara pasukan Pajang melawan Arya Panangsang terjadi di dekat Bengawan Sore. Berkat siasat cerdik yang disusun Ki Juru Martani, Arya Panangsang berhasil tumpas di tangan Panembahan Senapati.<ref name ="Prwd">{{cite book | author= Purwadi | title= Babad Tanah Jawi: Menelusuri Jejak Konflik | publisher = Pustaka Alif|date=2001 |location=Yogyakarta}}</ref>
 
Ki Ageng Pamanahan berjanji setia kepada Sultan Adiwijaya yang memberinya izin mendirikan tanah perdikan (kadipaten) di [[Alas Mentaok|Mentaok]] yang saat itu merupakan wilayah selatan Pajang.<ref name="Sedyawati 2012">{{cite book|author= H. J. De Graaf dan Pigeaud|year=2003|title=Kerajaan Islam Pertama di Jawa, terj. Pustaka Utama Grafiti dan KITLV|location=Jakarta|publisher=PT Pustaka Utama Grafiti}}</ref>
 
Pada 1584, Panembahan Senapati menjadi adipati menggantikan ayahnya yang telah mangkat. Sementara itu, di Pajang sedang terjadi perebutan kekuasaan besar-besaran yang terjadi setelah Sultan Adiwijaya wafat pada tahun 1582. Pewaris Adiwijaya adalah [[Prabuwijaya dari Pajang|Pangeran Benawa]], yang digulingkan takhtanya oleh [[Arya Pangiri]].<ref name="Soekmono55" /> Arya Pangiri adalah menantu Sultan Adiwijaya yang menjadi adipati Demak. Ia didukung Panembahan Kudus merebut takhta Pajang pada tahun 1583 dan menyingkirkan Pangeran Benawa.
Baris 86 ⟶ 73:
Selain [[Pajang]] dan [[Demak]] yang sudah dikuasai Mataram, daerah [[Pati]] juga sudah tunduk secara damai. Pati saat itu dipimpin [[Adipati Pragola]] putra Ki Panjawi. Kakak perempuannya, Waskita Jawi menjadi permaisuri Senapati, bergelar Kanjeng Ratu Mas. Hal itu membuat Pragola menaruh harapan bahwa Mataram kelak akan dipimpin keturunan kakak perempuannya.<ref name="sosro25"/>
 
Pada tahun 1590 gabungan pasukan Mataram, Pajang, Pati, dan Demak bergerak menyerang [[Madiun]]. Adipati Madiun adalah Rangga Jumena (putra bungsu [[Sultan Trenggana]]) yang telah mempersiapkan pasukan besar menghadang penyerangnya. Melalui siasat yang cerdik, Madiun berhasil ditundukkan. Rangga Jumena melarikan diri ke [[Surabaya]]. Rangga Jumena setelah mengalami kekalahan kemudian mengandalkan putrinya yang cantik, yaitu Ratna DumilahJumilah untuk membuat siasat mengalahkan Panembahan Senapati.
 
Bujuk rayu Senapati yang berwajah tampan dan tegap dapat menaklukkan hati Ratna DumilahJumilah, karena Senapati datang ke Madiun bukan untuk menaklukkan melainkan untuk mempersatukan darah Mataram dan darah Demak agar dapat menjadi kerajaan yang bersatu. Ratna DumilahJumilah sebagai seorang wanita terhormat tidak mau menyerah kepada bujuk rayu Senapati, dan perlu membuktikan bahwa Senapati unggul dalam peperangan.<ref name="purwa07">{{cite book|author=Purwadi|year=2007|title=Sejarah Raja-Raja Jawa|location=Yogyakarta|publisher=Media Ilmu}}</ref>
 
Setelah terbukti kesaktian Senapati, akhirnya Ratna DumilahJumilah menyerah dan dipersunting oleh Panembahan Senapati. Dari kisah Panembahan Senapati dan Ratna DumilahJumilah itulah oleh [[Mangkunagara IV|KGPAA Mangkunagara IV]] diciptakan sebuah tari yang bernama Tari Bedaya Bedah Madiun.
 
[[Berkas:KITLV A296 - Poort van het grafhuis van Senopati te Kotagede, Jogjakarta, KITLV 35664.tiff|jmpl|150px|Gerbang makam Panembahan Senapati di Pasarean Mataram]]
Baris 97 ⟶ 84:
Pada tahun 1595 adipati [[Pasuruan]] berniat tunduk secara damai pada Mataram namun dihalang-halangi panglimanya, yang bernama Rangga Kaniten. Rangga Kaniten dapat dikalahkan oleh Senapati dalam sebuah perang tanding. Ia kemudian ditumpas sendiri oleh adipati Pasuruan, yang kemudian menyatakan tunduk kepada Mataram.
 
Pada tahun 1600 terjadi pemberontakan Adipati Pragola dari Pati. Pemberontakan ini dipicu oleh pengangkatan Ratna DumilahJumilah putri Madiun sebagai permaisuri kedua Senapati. Perang kemudian terjadi di dekat Sungai Dengkeng di mana pasukan Mataram dipimpin langsung oleh Senapati sendiri dan berhasil meredamkan pemberontakan itu.<ref name="sosro25">{{cite book|author= Sosrosumanto, KM. & Dibyosudiro|year=1925|title=Serat Babad Pati|location=Yogyakarta|publisher=NV. Mardimulyo }}</ref>
 
Danang Sutawijaya alias Panembahan Senapati meninggal dunia pada tahun 1601 saat berada di desa Kajenar, kemudian diberi gelar sebagai ''Panembahan Seda ing Kajenar'' (Panembahan yang meninggal di Kajenar).<ref name=jumeneng/> Ia kemudian dimakamkan di komplek [[Pasarean Mataram]]. Kelak yang menjadi penerus Senapati menjadi raja adalah [[Anyakrawati]], putra Senapati dengan Kanjeng Ratu Mas atau Waskita Jawi, putri dari Ki Panjawi.
Baris 111 ⟶ 98:
* Moedjianto. 1987. ''Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram''. Yogyakarta: Kanisius
* Purwadi. 2007. ''Sejarah Raja-Raja Jawa''. Yogyakarta: Media Ilmu
 
 
{{s-start}}
Baris 151 ⟶ 137:
 
[[Kategori:Kematian 1601]]
[[Kategori:SultanSusuhunan Mataram]]
[[Kategori:Tokoh Yogyakarta]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]