Iha, Saparua Timur, Maluku Tengah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Elijah Mahoebessy (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
(6 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 12:
|kepadatan =
}}
'''Iha''' adalah sebuah [[Negeri (Maluku Tengah)|negeri]] di [[Kecamatan]] [[Saparua, Maluku Tengah|Saparua]], [[Kabupaten Maluku Tengah|Maluku Tengah]], [[Maluku]], [[Indonesia]]. Terletak di Jazirah Hatawano, Iha merupakan salah satu dari tiga negeri beragama [[Islam]] di [[Pulau Saparua]].
 
Iha adalah salah satu negeri di Pulau Saparua yang masyarakatnya masih menggunakan [[bahasa Saparua]] sebagai bahasa percakapan sehari-hari. Bahasa Saparua digolongkan sebagai salah satu ragam ''[[bahasa tanah]]''.
== Kilas sejarah ==
Pada masanya dahulu, [[Negeri (Maluku Tengah)|negeri]] Iha merupakan salah satu kerajaan Islam tertua dan paling besar di jazirah Maluku bagian tengah. Namun kerajaan itu tidak begitu di kenal oleh khalayak ramai seperti pada umum nya khalayak ramai mengenal kerajaan-kerajaan Islam lain. Dikisahkan bahwa kerajaan Iha yang lama berlokasi di Gunung Amaihal, Saparua.
 
== Sejarah ==
Negeri Iha yang Muslim adalah negeri yang memiliki hubungan gandong atau masih bersaudara kandung (satu moyang) dengan negeri tetangga, [[Ihamahu, Saparua, Maluku Tengah|Ihamahu]] yang Kristen.
Iha adalah salah satu fragmen dari [[Kerajaan Iha]], salah satu kerajaan Islam yang cukup besar di [[Kepulauan Lease]]. Pada abad ke-18, Belanda mengizinkan sebagian kecil para pengungsi Kerajaan Iha yang bermukim di pesisir selatan Pulau Seram untuk kembali menetap di Hatawano. Pada masa kembalinya pengungsi Iha, mereka tinggal di tanah sisa yang sempit dan tidak memiliki pertuanan, di antara wilayah Ihamahu dengan Nolloth. Jan Baptist Jozef van Doren (1860) menuliskan bahwa pada tahun 1834 penduduk Iha hanya 70 jiwa, paling kecil di antara seluruh negeri di Saparua. Dua puluh tahun kemudian, penduduk negeri ini meningkat menjadi 247 jiwa, terkecil di Saparua, tetapi hanya terpaut satu jiwa dari Negeri Kulur.
 
Pada saat pecah kerusuhan (dikenal sebagai tragedi Ambon) pada tahun 1999, warga Iha berjuang mati-matian mempertahankan [[Negeri (Maluku Tengah)|negeri]] dan masjid mereka dari serbuan negeri-negeri tetangga. Sampai pada puncaknya tahun 1999, negeri Iha dapat dihancurkan dan di masuki oleh negeri-negeri tetangga. Setelah itu, warga Iha mengungsi dengan kapal perang TNI dan sejumlah boat dan feri meninggalkan negeri tercinta dan meninggalkan harta serta masjid mereka.
 
Warga negeri Iha yang mengungsi akibat kerusuhan di Maluku tahun 1999 akhirnya menetap di tanah-tanah dati/petuanan negeri lain seperti Liang, Sepa, Tamilouw dan Luhu. Oleh juru bicara negeri Iha, mereka menyebutkan bahwa mungkin 20 atau 30 tahun yang akan datang abrubaru mereka akan kembali lagi ke negeri lama.
 
== Pemerintah dan lembaga ==
Negeri Iha dipimpin oleh seorang raja dari ''matarumah parentah'' Amahoru.{{sfn|Sumarsono|1993|pp=42}}
 
== Hubungan sosial ==
=== Hubungan dengan negeri-negeri tetangga ===
Sebelum pecah konflik sektarian yang melanda Maluku pada 1999, secara umum hubungan sosial antara penduduk Iha dengan negeri-negeri tetangga terbilang cukup baik. Iha adalah salah satu dari tiga negeri mayoritas Muslim di [[Pulau Saparua]], bersama [[Kulur, Saparua, Maluku Tengah|Kulur]] dan [[Sirisori Islam, Saparua Timur, Maluku Tengah|Sirisori Islam]]. Khususnya di wilayah [[Hatawano]], terdapat 5 negeri dan satu kampung, kecuali Iha, semuanya beragama Kristen Protestan. Menurut beberapa tuturan, Masjid Nurul Insan merupakan buah tangan dan bantuan yang diberikan oleh Ihamahu, yang pembangunannya juga dibantu oleh warga [[Nolloth, Saparua Timur, Maluku Tengah|Nolloth]] serta [[Itawaka, Saparua Timur, Maluku Tengah|Itawaka]]. Masyarakat Iha juga terlibat dalam pembangunan gereja di negeri-negeri tetangga, seperti pembangunan [[Gereja Protestan Maluku|GPM]] Maranatha di Itawaka tahun 1970an.
 
Pada 1999 Negeri Iha yang penduduknya paling sedikit ini menghadapi gempuran dari pihak Kristen di berbagai arah. Kekuatan yang tidak seimbang memaksa penduduk Iha untuk mengungsi dengan cara berenang ke laut hingga mencapai kapal milik TNI yang berlabuh beberapa puluh meter lepas pantai Iha. Kapal ini nantinya membawa pengungsi Iha ke beberapa lokasi pengungsian, utamanya ke Lohy di [[Sepa, Amahai, Maluku Tengah|Sepa]] dan Lengkong di [[Liang, Salahutu, Maluku Tengah|Liang]]. Sampai saat ini, Raja Iha serta seluruh perangkat pemerintahan negeri masih menjalankan administrasi dari pengungsian mereka di Lohy. Masyarakat Iha yang berdiam di Lohy dikenal sebagai Ihalohy, sementara yang berdiam di Lengkong dikenal sebagai Iha Liang. Kelompok pertama beserta Raja Iha terbilang enggan untuk segera kembali ke bekas reruntuhan negeri mereka. Ada pun kelompok kedua, mereka termasuk lebih proaktif terhadap wacana pemulangan masyarakat Iha ke kampung halamannya.
Baris 31 ⟶ 34:
Para penyerang yang menggempur Iha diketahui beberapa di antaranya merupakan warga [[Ihamahu, Saparua Timur, Maluku Tengah|Ihamahu]] dan Itawaka, yang secara adat memiliki hubungan ''gandong'' dengan warga Iha. Fakta ini sangat mengejutkan karena rupanya sistem sosial yang ada tidak mampu membendung solidaritas agama dalam konflik bernuansa SARA tersebut. Bagi sebagian pihak, kejatuhan Iha dipandang sebagai pembalasan atas kejatuhan beberapa kampung Kristen, baik di Saparua maupun di luar Saparua. Intensitas penyerangan terhadap Iha ditingkatkan pasca kejatuhan dan dibakar habisnya Negeri [[Kariu, Pulau Haruku, Maluku Tengah|Kariu]] di Pulau Haruku, [[Waai, Salahutu, Maluku Tengah|Waai]] di Pulau Ambon, dan [[Sirisori Amalatu, Saparua Timur, Maluku Tengah|Sirisori Amalatu]] di Pulau Saparua.
 
Proses pemulangan masyarakat Iha dari pengungsian saat ini belum terjadi dikarenakan adanya konflik internal di kalangan mereka. Walaupun demikian, pihak yang ingin pulang telah membangun gapura selamat datang di Iha serta sebuah rumah singgah. Masyarakat Ihalohy yang belum mau pulang sepenuhnya, tiap tahun selalu menziarahi reruntuhan negeri mereka dan membersihkan kuburan. Masyarakat Kecamatan Saparua Timur, khususnya negeri-negeri di Hatawano yang bertetangga dan pernah berkonflik langsung dengan Iha secara umum menerima dan menghendaki pemulangan masyarakat Iha. Selain sebagai negeri tertua, tanpa Iha disebutkan bahwa Saparua Timur belum lengkap dan terus akan menunggu Iha kembali.
 
=== ''Gandong'' ===