Umlaut dalam bahasa Jermanik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
 
(3 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 11:
Umlaut adalah sebuah bentuk asimilasi atau harmoni vokal. Ini adalah sebuah proses untuk mengubah sebuah vokal direalisasikan secara mirip dengan bunyi di dekatnya. Jika sebuah kata memuat dua vokal, sementara vokal yang pertama direalisasikan di belakang mulut dan yang kedua di depan, maka diperlukan lebih banyak usaha untuk mengucapkan kata ini daripada jika kedua vokal ini berdekatan realisasinya. Oleh karena itu sebuah perkembangan linguistik terjadi untuk membuat kedua vokal ini direalisasikan secara berdekatan.
 
Umlaut dalam bahasa Jermanik merupakan sebuah contoh historis yang menciri dari proses ini yang belum terjadi pada tahap awal [[bahasa Inggris KunaKuno]] dan bahasa Norwegia KunaKuno serta tampaknya baru kemudian terjadi pada [[bahasa Jerman Hulu KunaKuno]], dan beberapa bahasa Jermanik kunakuno lainnya. Perkembangannya berbeda dari satu bahasa ke bahasa lainnya, tetapi secara umum ialah demikian:
 
* Jika ada vokal belakang (/a/, /o/ atau /u/, baik pendek maupun panjang) muncul di sebuah suku kata dan vokal depan /i/ atau [[semivokal]] depan /j/ muncul kemudian, vokal pada suku kata pertama seringkalisering kali dibulatkan (biasanya menjadi /æ/, /ø/, atau /y/). Jadi, misalkan, [[Bahasa Jermanik Barat|Jermanik Barat]] ''*mūsiz'' "tikus-tikus" berubah menjadi bahasa proto Inggris KunaKuno ''*mȳsiz'', yang kemudian akhirnya menjadi ''mice'' dalam bahasa mutakhir, sementara bentuk tunggal ''*mūs'' yang tidak diikuti oleh /i/ dan tidak berubah, akhirnya menjadi kata mutakhir ''mouse''.<ref>Campbell, A. 1959. Old English Grammar. Oxford: Clarendon Press. §§624-27.</ref>
* Jika ada sebuah vokal rendah atau depan tengah muncul di sebuah suku kata dan vokal depan /i/ atau semivokal /j/ muncul pada sukukata selanjutnya, maka vokal pada sukukata awal akan naik. Hal ini jarang terjadi pada bahasa-bahasa Jermanik, karena sebagiannya adanya harmonisasi vokal pada gejala serupa. Walau demikian, bunyi /æ/ dalam bahasa proto Inggris KunaKuno menjadi /e/ di misalkan, */bæddj-/ > /bedd/ 'tempat tidur'.<ref>Hogg, Richard M., ‘Phonology and Morphology’, in The Cambridge History of the English Language, Volume 1: The Beginnings to 1066, ed. by Richard M. Hogg (Cambridge: Cambridge University Press, 1992), pp. 67–167 (p. 113).</ref>
 
Variasi depan yang disebabkan oleh umlaut pada awalnya adalah sebuah [[alofon]] (yang bisa diramal dari lokasinya direalisasikan), tetapi kemudian menjadi [[fonem]]ik ketika konteksnya hilang dan variasi bunyi tetap ada. Contoh berikut menunjukkan bagaimana ''-i'' pada posisi akhir menghilang, dan variasi ''-ȳ-'' menjadi fonem barum dalam bahasa Inggris KunaKuno:<ref>Table adapted from Campbell, Historical Linguistics (2nd edition), 2004, p. 23. See also Malmkjær, The Linguistics Encyclopedia (2nd Edition), 2002, pp. 230-233.</ref>
* Jika ada sebuah vokal rendah atau depan tengah muncul di sebuah suku kata dan vokal depan /i/ atau semivokal /j/ muncul pada sukukata selanjutnya, maka vokal pada sukukata awal akan naik. Hal ini jarang terjadi pada bahasa-bahasa Jermanik, karena sebagiannya adanya harmonisasi vokal pada gejala serupa. Walau demikian, bunyi /æ/ dalam bahasa proto Inggris Kuna menjadi /e/ di misalkan, */bæddj-/ > /bedd/ 'tempat tidur'.<ref>Hogg, Richard M., ‘Phonology and Morphology’, in The Cambridge History of the English Language, Volume 1: The Beginnings to 1066, ed. by Richard M. Hogg (Cambridge: Cambridge University Press, 1992), pp. 67–167 (p. 113).</ref>
 
Variasi depan yang disebabkan oleh umlaut pada awalnya adalah sebuah [[alofon]] (yang bisa diramal dari lokasinya direalisasikan), tetapi kemudian menjadi [[fonem]]ik ketika konteksnya hilang dan variasi bunyi tetap ada. Contoh berikut menunjukkan bagaimana ''-i'' pada posisi akhir menghilang, dan variasi ''-ȳ-'' menjadi fonem barum dalam bahasa Inggris Kuna:<ref>Table adapted from Campbell, Historical Linguistics (2nd edition), 2004, p. 23. See also Malmkjær, The Linguistics Encyclopedia (2nd Edition), 2002, pp. 230-233.</ref>
 
{|class="wikitable"
Baris 26 ⟶ 25:
| Luluhnya ''-z'' pada posisi akhir || [[bahasa Jermanik Barat]] || *mūs || *mūsi || *fōt || *fōti
|-
| Umlaut Jermanik || Pra Inggris KunaKuno || *mūs || *mȳsi || *fōt || *fø̄ti
|-
| Luluhnya ''i'' setelah suku kata berat || Pra Inggris KunaKuno || mūs || mȳs || fōt || fø̄t
|-
| Pembatalbulatan ''ø̄'' (> ''ē'') || Kebanyakan dialek Inggris KunaKuno || mūs || mȳs || fōt || fēt
|-
| Pembatalbulatan ''ȳ'' (> ''ī'') || Bahasa Inggris Pertengahan Awal || mūs || mīs || fōt || fēt
Baris 41 ⟶ 40:
 
[[Kategori:Umlaut|Jermanik]]
[[Kategori:BahasaRumpun bahasa Jermanik]]