Mangkunegara VII: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(46 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox royalty|name=Mangkunegara VII<br/>{{jav|ꦩꦁꦏꦸꦤꦒꦫ꧇꧗꧇}}|birth_place=|queen=G.R.A. Mursudarijah (G.K.R. Timur)|image=COLLECTIE TROPENMUSEUM De vorst Pangeran Adipati Ario Mangkoe Negoro VII TMnr 10001303.jpg|occupation=|father=G.R.M. Sunita [[Mangkunegara V]]|house=|temple name=|posthumous name=|era dates=|title=Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya|death_place=|death_date={{death date and age|1944|07|19|1885|11|12}}|religion=|birth_date={{birth date|1885|11|12}}|birth_name=B.R.M. Soerjo Soeparto|successor=[[Mangkunegara VIII]]|predecessor=[[Mangkunegara VI]]|coronation=|reign=1916–1944|succession=[[Mangkunagara|Adipati Mangkunegaran]] ke-7|caption=|alt=|issue=B.R.M. Hamidjojo Saroso Notosuparto<br />Sri K.G.P.A.A. [[Mangkunegara VIII]]<br />
{{Infobox Officeholder
G.R.A. [[Siti Noeroel Kamaril Ngasarati Kusumawardhani]]}}
|honorific-prefix = Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aria
|name = Mangkunegara VII
|honorific-suffix =
|image = COLLECTIE TROPENMUSEUM De vorst Pangeran Adipati Ario Mangkoe Negoro VII TMnr 10001303.jpg
|imagesize = 165px
|smallimage =
|caption = Mangkunegara VII
|order =
|office = Adipati Mangkunegaran
|term_start = 1916
|term_end = 1944
|vicepresident =
|viceprimeminister =
|deputy =
|lieutenant =
|monarch =
|president =
|primeminister =
|taoiseach =
|chancellor =
|governor =
|governor-general =
|governor_general =
|succeeding =<!-- Diisi apabila baru terpilih dan belum menjabat. Apabila sudah menjabat, isi di bagian predecessor. -->
|predecessor = [[Mangkunegara VI]]
|successor = [[Mangkunegara VIII]]
|constituency =
|majority =
|order2 =<!-- Can be repeated up to eight times by changing the number -->
|office2 =<!-- Can be repeated up to eight times by changing the number -->
|term_start2 =<!-- Can be repeated up to eight times by changing the number -->
|term_end2 =<!-- Can be repeated up to eight times by changing the number -->
|vicepresident2 =<!-- Can be repeated up to eight times by changing the number -->
|birth_date =
|birth_place =
|death_date =
|death_place =
|restingplace =
|restingplacecoordinates =
|birthname = B.R.M. Soerjo Soeparto
|nationality =
|party =
|otherparty = <!--For additional political affiliations -->
|spouse =
|partner = <!--For those with a domestic partner and not married -->
|relations =
|children =
|parents =
|residence =
|alma_mater =
|occupation =
|profession =
|religion = [[Islam]]
|signature =
}}
 
'''Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara VII''' adalah Adipati ketujuh [[Kadipatèn Mangkunagaran|Mangkunegaran]] yang memerintah dari tahun 1916 hingga tahun 1944.<ref name=":3">{{Cite web|last=Mangkunegaran|date=2017-05-06|title=Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara VII (1916-1944)|url=https://puromangkunegaran.com/kanjeng-gusti-pangeran-adipati-arya-mangkunegara-vii-1916-1944/|website=Puro Mangkunegaran|language=id|access-date=2022-09-19}}</ref>
'''K.G.P.A.A. Mangkunegara VII''' (lahir 12 [[November]] [[1885]] - wafat [[19 Juli]] [[1944]]) adalah pemegang tampuk pemerintahan [[Praja Mangkunegaran|Mangkunegaran]] dari tahun [[1916]] - [[1944]]. Ia adalah salah seorang putera dari [[Mangkunegara V]]. Ia menggantikan pamannya, [[Mangkunegara VI]], yang mengundurkan diri pada 11 Januari 1916.
 
Mangkunegara VII adalah seorang penguasa yang dianggap berpandangan modern pada jamannya. Ia berhasil meningkatkan kesejahteraan di wilayah Praja Mangkunegaran melalui usaha perkebunan (''onderneming''), terutama komoditas gula. Mangkunegara VII juga seorang pencinta seni dan budaya Jawa, dan terutama mendukung berkembangnya musik dan drama tradisional.
 
== Keluarga ==
Baris 65 ⟶ 9:
Anak putri tertua Mangkunegara VII, yaitu [[Raden Ayu|BRAy.]] Partini, menikah dengan [[Husein Jayadiningrat|P.A. Husein Djajadiningrat]], seorang sejarawan dan ningrat dari pihak [[Kesultanan Banten]], yang pada saat itu telah dilikuidasi oleh pemerintah penjajah [[Hindia Belanda]].
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Studioportret van Mangkoe Negoro VII en zijn echtgenote Ratu Timur TMnr 60024352.jpg|thumbjmpl|200px|KGPAA. Mangkunegara VII beserta permaisuri GKR. Timur.]]
 
== Biografi ==
Baris 76 ⟶ 20:
Selain itu ia juga seorang perwira [[KNIL]] dengan jabatan [[Kolonel]] pada masa hidupnya, dengan jabatan ini ia juga merangkap sebagai komandan [[Legiun Mangkunegaran]], sebuah tentara kecil yang terdiri dari prajurit Mangkunegaran.
 
Atas jasa-jasanya dalam memajukan kebudayaan Jawa, khususnya di kawasan eks-MangkunegaranūMangkunegaran, Mangkunegara VII dianugerahi [[Bintang Budaya Parama Dharma]] secara anumerta oleh Pemerintah RI melalui Keppres RI nomor 66/TK/ Tahun 2016 yang diserahkan oleh Presiden [[Joko Widodo]] kepada perwakilan kerabatnya ([[Retno Satoeti Yamin]], yang adalah cucunya) pada tanggal 15 Agustus 2016.<ref>Iman Pujiono. [http://www.pojokpitu.com/baca.php?idurut=31849&&top=1&&ktg=Nasional&&keyrbk=Peristiwa&&keyjdl=Bintang%20Maha%20Putra Presiden Berikan Penghargaan Bintang Maha Putra] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20161023203526/http://www.pojokpitu.com/baca.php?idurut=31849&&top=1&&ktg=Nasional&&keyrbk=Peristiwa&&keyjdl=Bintang%20Maha%20Putra |date=2016-10-23 }}
pojokpitu.com Edisi Senin, 15-08-2016</ref>.
 
== Pemerintahan ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Prins Mangkoe Negoro VII presenteert zichzelf aan het officierenkorps TMnr 10001959.jpg|thumb|200px|Mangkunegara VII, menerima laporan dari korps perwira Legiun Mangkunegaran di pendopo [[Pura Mangkunegaran]].]]
Mangkunegara VII adalah seorang penguasa yang dianggap berpandangan modern pada zamannya. Ia berhasil meningkatkan kesejahteraan di wilayah Praja Mangkunegaran melalui usaha perkebunan (''onderneming''), terutama komoditas gula. Mangkunegara VII juga seorang pencinta seni dan budaya Jawa, dan terutama mendukung berkembangnya musik dan drama tradisional.<ref name=":3" />
 
=== Pembaruan budaya Jawa ===
Mangkunegara VII yang pernah mengenyam pendidkan di Eropa membuat pikirannya menjadi lebih terbuka. Ia tak menolak modernitas, di sisi lain ia juga melakukan pemabaruan budaya Jawa. Hal inilah yang menginspirasi Mangkunegara VII untuk melakukan pembaruan budaya-budaya Jawa agar budaya dan masyarakat Jawa tidak tertinggal dengan bangsa Eropa dan budaya Jawa mampu menyesuaikan perkembangan zaman.<ref name=":2">{{Cite journal|last=Wardhana|first=Adi Putra Surya|last2=Pitana|first2=Titis Srimuda|last3=Susanto|first3=Susanto|date=2019-06-25|title=Cultural Revivalism of Mangkunegara VII and Islamism Discourse In the Early 20th Century|url=http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/ululalbab/article/view/5664|journal=ULUL ALBAB Jurnal Studi Islam|volume=20|issue=1|pages=123–146|doi=10.18860/ua.v20i1.5664|issn=2442-5249}}</ref>
 
Langkah awal yang diambil adalah menjadikan bahasa Jawa sebagai [[bahasa ibu]]. Mangkunegara VII menyadari peran bahasa yang dapat dijadikan sebagai alat komunikasi dan media penyalur aspirasi. Perwujudan gagasan ini adalah dengan dibentuknya ''Java Instituut'' (Institut Jawa), sebuah lembaga yang bertanggungjawab dalam pengembangan bahasa, sastra dan budaya Jawa.<ref name=":2" />
 
Mangkunegara VII juga tertarik dengan dunia pewayangan. Mangkunegara VII sangat menyukai kisah Panji Raden Damarwulan yang kemudian dijadikan naskah cerita ''[[wayang krucil]]''. Mangkunegara VII juga mengembangkan pertunjukkan ''langendriyan'' yang dikenal sebagai ''langendriyan pitu'', sebuah langedriyan yang dimainkan oleh tujuh orang. Ketujuh orang ini berperan sebagai Damarwulan, Sabdopalon, Noyogenggong, Menakjinggo, Dayun, Wahita dan Puyengan.<ref name=":2" />
 
Pada masa Mangkunegara VII berkuasa, masyarakat dapat menikmati seni keraton yang sebelumnya terbatas hanya dapat dinikmati oleh orang dalam keraton. Seperti pada seni ''waranggana'', sebuah seni menyanyi tradisional Jawa, dengan membuka kursus kepada masyarakat umum dan menampilkan pentas ''wayang wong'' di luar tembok keraton.<ref name=":2" />
 
=== Kebijakan terkait pengelolaan hutan ===
Mangkunegara VII dikenal sebagai raja yang menerapkan kebijakan reboisasi hutan-hutan milik Mangkunegaran. Kebijakan ini diambil terkait dampak eksploitasi besar-besaran hutan milik Mangkunegaran untuk berbagai keperluan, seperti industri perkebunan dan infrastruktur. Ekspolitasi ini berdampak buruk bagi wilayah Mangkunegaran, khususnya bagi wilayah [[Kota Surakarta|Surakarta]] dan [[Kabupaten Wonogiri|Wonogiri]]. Surakarta yang secara geografis berada di wilayah cekungan menjadi wilayah rawan banjir sementara Wonogiri menjadi wilyah yang rawan kekeringan pada musim kemarau karena hutan yang rusak tidak dapat menampung air ketika musim penghujan tiba.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Witasari|first=Nina|date=2017-11-22|title=Antara Kemanfaatan dan Keseimbangan: Mangkunegara VII dan Pengelolaan Hutan Mangkunegaran|url=http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jscl/article/view/15398|journal=Jurnal Sejarah Citra Lekha|volume=2|issue=2|pages=84|doi=10.14710/jscl.v2i2.15398|issn=2443-0110}}</ref>
 
Pada 21 Februari 1917 Praja Mangkunegaran menyatakan reboisasi sebagai program untuk kepentingan umum. Menanggapi hal tersebut, Praja membentuk jawatan khusus yang diberi nama ''Opperhoutvester''. Praja juga melibatkan rakyat dalam kegiatan reboisasi dengan cara memberikan tanah kepada rakyat untuk dijadikan tegalan dengan kewajiban untuk menyemai bibit pohon yang nantinya ditanam di hutan.<ref name=":0" />
 
Mangkunegara VII juga mengeluarkan aturan mengenai pengelolaan hutan. Aturan ini tercantum dalam Lembaran Kerajaan (''Rijksblad'') Tahun 1920 No. 22,''Rijksblad'' No. 6 Tahun 1923 dan ''Rijksblad'' No.3 Tahun 1940.
 
''Rijksblad'' No. 22 Tahun 1920 memuat beberapa hal, yaitu: hak kepemilikan hutan jati berada di tangan Praja, tentang perizinan dan pemanfaatan hutan, pemanfaatan kayu hutan dan penindakan bagi pelanggar aturan. Aturan ini menjadi payung hukum bagi pihak Mangkunegaran dalam hal pemanfaatan hutan sebagai komoditas perdagangan.<ref name=":1">{{Cite journal|last=Witasari|first=Nina|date=2019|title=New Forestry Politics of Mangkunegara VII, 1911-1942|url=http://eudl.eu/doi/10.4108/eai.18-7-2019.2290451|journal=Proceedings of the Proceedings of the 1st International Conference on Environment and Sustainability Issues, ICESI 2019, 18-19 July 2019, Semarang, Central Java, Indonesia|language=en|location=Semarang, Indonesia|publisher=EAI|doi=10.4108/eai.18-7-2019.2290451|isbn=978-1-63190-215-4}}</ref>
 
Berselang tiga tahun kemudian'', Rijksblad'' No. 6 Tahun 1923 dikeluarkan. Aturan ini mengatur tentang pencegahan kebakaran hutan. Tindakan pencegahan biasanya dilakukan pada bulan April hingga Desember karena pada waktu tersebut masih berada pada musim kemarau. Aturan ini juga menyebutkan beberapa hutan di wilayah Wonogiri adalah hutan milik Praja. Aturan ini muncul ketika angka pencurian di dalam hutan milik Praja mengalami peningkatan. Untuk mencegah hal ini, dalam beberapa pasal mengatur tentang benda apa saja yang boleh dibawa oleh warga jika masuk ke hutan milik Praja.<ref name=":1" />
 
''Rijksblad'' No. 3 Tahun 1940 mengatur tentang jenis hutan yang dikelola oleh Praja, yaitu: hutan jati dan hutan ''taun''. Aturan ini juga mengatur langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk pelestarian dan pemanfaatan hutan.<ref name=":1" />
 
Selain mengeluarkan peraturan-peraturan mengenai pengelolaan dan pemanfaatan hutan, Praja Mangkunegaran juga memerintahkan rakyat di wilyahnya untuk menanam pohon jati di pekarangan masing-masing untuk mencegah pencurian jati di hutan-hutan milik Praja. Upaya-upaya yang dilakukan Praja berhasil memulihkan keseimbangan ekologis di wilayah Praja Mangkungeran. Selain itu, luas hutan juga mengalami peningkatan. Pada tahun 1917 luas hutan tercatat 23.567 hektar, pada tahun 1923 tercatat 24.561 hektar dan pada tahun 1940 tercatat 26.002 hektar.<ref name=":0" />
 
=== Penerapan gaya hidup bersih dan sehat ===
Kali Pepe adalah kali yang terletak di tengah kota dan terhubung dengan [[Bengawan Solo|Sungai Bengawan Solo]]. Kali Pepe digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Pada masa itu, dikarenakan rendahnya kesadaran masyarakat tentang gaya hidup bersih dan sehat, kehadiran Kali Pepe oleh masyarakat juga dianggap sebagai saluran pembuangan limbah yang telah disediakan oleh alam. Baik limbah rumah tangga maupun limbah buangan toilet sehingga mengakibatkan lingkungan menjadi kotor, bau dan kumuh. Kondisi ini diperburuk dengan fasilitas toilet yang layak hanya dapat dinikmati oleh kalangan tertentu, seperti bangsawan dan pejabat kolonial.<ref name=":4">{{Cite journal|last=Kusumastuti|first=Kusumastuti|date=2015-01-20|title=Ponten Mangkunegara: Sebuah Tinjauan Sejarah Tentang Revolusi Hidup Bersih dan Sehat Bagi Rakyat|url=https://jurnal.uns.ac.id/region/article/view/8500|journal=Region: Jurnal Pembangunan Wilayah dan Perencanaan Partisipatif|language=en-US|publisher=LPPM Universitas Sebelas Maret|volume=6|issue=1|pages=28–33|doi=10.20961/region.v6i1.8500|issn=2598-019X}}</ref>
 
Perilaku serta kebiasaan mandi, cuci dan kakus yang mengandalkan sungai memberi dampak buruk seperti lingkungan yang tercemar dan munculnya berbagai penyakit. Melihat keadaan ini Mangkunegara VII membangun fasilitas toilet umum yang diberi nama ''Badplaats Ngebrusan'' atau masyarakat setempat mengenalnya dengan ''Ponten.'' Bangunan yang kini terletak di Kampung Ngebrusan, [[Setabelan, Banjarsari, Surakarta|Kelurahan Stabelan]] ini dibangun oleh [[Thomas Karsten]] pada tahun 1936. Kehadiran ponten menjadi revolusi perilaku serta kebiasaan masyarakat dalam hal mandi, cuci dan kakus. Pembangunan ponten mengubah perilaku masyarakat menjadi lebih bersih dan sehat.<ref name=":4" />
 
=== Mendirikan ''Javanese Padvinders Organisatie'' ===
Gerakan [[kepanduan]] di Indonesia dimulai pada tahun 1916 dengan berdirinya ''Nederlands-Indische Padvinders Vereenenging.'' Keanggotaanya bersifat ekslusif hanya untuk kalangan Eropa saja. Pada September 1917, Mangkunegara VII mendirikan ''Javanese Padvinders Organisatie'' (JPO). Organisasi ini muncul setelah perayaan penobatan Mangkunegara VII. Perayaan itu menampilkan murid-murid sekolah yang melakukan baris-berbaris, senam dan latihan ketertiban. Hingga muncul pemikiran di luar pendidikan sekolah anak-anak juga mendapat pendidikan secara kepanduan. Organisasi kepanduan ini menjadi penanda awal berdirinya gerakan-gerakan serupa di Indonesia. Selepas berdirinya JPO muncul organisasi kepanduan lain, seperti ''Padvinder Muhammadiyah'', ''Syarikat Islam Afdeling Padvinderij'' dan ''Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie.''<ref name=":5">{{Cite journal|last=Setyantoro|first=Agung Suryo|date=2021-08-23|title=Modernisasi di Tengah Tradisi Kraton: Pasoekan Poeteri J.P.O. (1934-1942)|url=https://patrawidya.kemdikbud.go.id/index.php/patrawidya/article/view/322|journal=Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya.|language=id|publisher=Balai Pelestarian Nilai Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta|volume=22|issue=2|pages=139–158|doi=10.52829/pw.322|issn=2598-4209}}</ref>
 
Kaum perempuan juga mengambil peran dalam organisasi ini. ''Pasoekan Poetri JPO'' yang merupakan sayap dari organisasi kepanduan JPO menjadi wujud nyata emansipasi wanita. JPO secara tak langsung menjadi pendobrak sekat-sekat budaya Jawa yang pada saat itu masih memandang wanita tak lebih sebagai pelengkap pria saja. Dalam organisasi ini kedudukan wanita setara dengan pria meskipun masih terdapat perbedaan dalam beberapa kegiatan, misalnya aktivitas fisik.<ref name=":5" />
 
=== Pembaruan jabatan dan birokrasi Mangkunegaran ===
Mangkunegara VII melakukan pembaruan jabatan dan birokrasi Mangkunegaran. Pembaruan-pembaruan ini dituangkan dalam ''Rijksblad'' Nomor 37 tahun 1917 dan ''Rijksblad'' Nomor 10 tahun 1923. Melalui kedua peraturan tersebut, maka ada perubahan dalam struktur birokrasi dan jabatan-jabatan yang ada di dalamnya. Perbedaan struktur birokrasi dan pemerintahan Mangkunegaran pada masa pemerintahan [[Mangkunegara IV]] dengan Mangkunegara VII, yaitu:<ref>{{Cite journal|last=Wasino|first=|date=2012|title=Modernisasi Pemerintahan Praja Mangkunagaran Surakarta|url=https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/paramita/article/view/1842|journal=Paramita: Historical Studies Journal|language=|volume=22|issue=1|pages=36-37|doi=10.15294/paramita.v22i1.1842|issn=2407-5825}}</ref>
 
# Penghapusan ''Reh Jaba'' dan ''Reh Jero''
# Jabatan Kawedanan yang dipimpin oleh seorang Wedana diubah menjadi Kabupaten yang dipimpin oleh seorang Bupati. Naiknya jabatan ini menimbulkan konsekuensi naiknya jabatan-jabatan yang ada di bawahnya dan pembentukan jabatan-jabatan baru pada tingkat paling bawah. Jabatan yang dahulu hanya setingkat Kepawonan menjadi Kawedanan, jabatan menteri tingkat I menjadi Panewu, dan seterusnya.
# Penghapusan beberapa Kawedanan lama dan diganti dengan jabatan baru yang fungsinya mirip. Kawedanan-kawedanan yang dihapus adalah: Kawedanan ''Reksa Praja, Reksawibawa, Mandrapura, Martapraja,'' dan ''Purabaksana.''
# Pembentukan jabatan-jabatan baru sesuai dengan kebutuhan Mangkunegaran yang sesuai dengan perkembangan masyarakat Mangkunegaran. Jabatan-jabatan baru tersebut adalah: Kabupaten ''Pangreh Praja'', Kabupaten ''Paripurna,'' Kabupaten ''Sindumarto,'' Kabupaten ''Wanamarta'', Kawedanan ''Sinatriyo'', ''Paprentahan Pajeg Siti, Paprentahan'' Kedokteran, ''Papentrahan Martanimpuna'', dan ''Papentrahan Pasinaon Dusun.''
 
== Wafat ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Prins Mangkoe Negoro VII presenteert zichzelf aan het officierenkorps TMnr 10001959.jpg|jmpl|200px|Mangkunegara VII, menerima laporan dari korps perwira Legiun Mangkunegaran di pendopo [[Pura Mangkunegaran]].]]
 
Mangkunegara VII wafat pada tahun 1944 dan dimakamkan di [[Astana Girilayu]], [[Kabupaten Karanganyar]].
 
== Tanda Kehormatan ==
=== Dalam Negeri ===
* {{flag|Indonesia}} :
** [[File:Bintang Budaya Parama Dharma rib.svg|70px]] [[Bintang Budaya Parama Dharma]] (10 Agustus 2016)<ref>{{Cite web|date=7 Januari 2020|title=Daftar WNI yang Memperoleh Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma Tahun 2004 – Sekarang|url=https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20180910/50406-Bintang_Budaya_Parama_Dharma_tahun_1988-2003.pdf|publisher=Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia|access-date=16 Mei 2024|archive-date=2024-05-05|archive-url=https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20180910/50406-Bintang_Budaya_Parama_Dharma_tahun_1988-2003.pdf|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite web|last=BeritaSatu.com|title=Dianugerahi Bintang Budaya Parama Dharma , Martha Tilaar: Saya Kaget|url=https://www.beritasatu.com/news/379955/dianugerahi-bintang-budaya-parama-dharma-martha-tilaar-saya-kaget|website=beritasatu.com|language=id|access-date=2024-05-16}}</ref>
=== Luar Negeri ===
* {{flagicon|Kamboja|1863}} [[Kamboja Prancis|Kamboja]] :
** [[File:Ordre Royal du Cambodge Commandeur ribbon.svg|70px]] Commander of the [[:en:Royal Order of Cambodia|Royal Order of Cambodia]]
* {{flag|Portugal}} :
** [[File:PRT Order of Christ - Commander BAR.svg|70px]] Commander of the [[:en:Military Order of Christ|Military Order of Christ]] (ComC) (29 Desember 1928)<ref>{{Cite web|title=ENTIDADES ESTRANGEIRAS AGRACIADAS COM ORDENS PORTUGUESAS - Página Oficial das Ordens Honoríficas Portuguesas|url=https://www.ordens.presidencia.pt/?idc=154&list=1|website=www.ordens.presidencia.pt|access-date=2024-05-16}}</ref>
== Referensi ==
 
{{reflist}}
 
Baris 95 ⟶ 93:
{{DEFAULTSORT:Mangkunegara 07}}
[[Kategori:Mangkunegara]]
[[Kategori:Tokoh dari Surakarta]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh dari Surakarta]]
[[Kategori:Penerima Bintang Budaya Parama Dharma]]