Tragedi Bintaro (film): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Film
 
(44 revisi perantara oleh 30 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{For|tabrakan kereta api|Tragedi Bintaro}}
'''Tragedi Bintaro (film 1990)'''
{{Infobox Film
| movie_name = Tragedi Bintaro
| image = Tragedi Bintaro film.jpg
| size = 230px
| caption = coverSampul VCD film
| director = [[BruceBuce Malawau]]
| producer = [[Bucuk Suharto]]
|based on = {{based on|''[[Tragedi Bintaro]]'' (1987)}}
| eproducer =
| aproducereproducer =
|aproducer =
|writer = [[Marselli]]
| starring = [[Roldiah Matulessy]]<br />[[Ferry Octora]]<br />[[Lia Chaidir]]<br />[[Asrul Zulmi]]<br />[[PoppyAspar MercuryPaturusi]]<br />[[BroeryNyoman MarantikaAyu Lenora]]<br />[[Cynthia Fransiska]]<br />[[Ferry Iskandar]]<br />[[Andi Hermawan]]<br />[[Yoga Pratama]]<br />[[Tino Karno]]
| music = Suka Hardjana
| cinematography = William Samara
| editing = [[Maruli Ara]]
| distributor = [[TriparSafari MultivisionSinar PlusSakti Film]]
|released release_date = [[19904 Mei]] [[1989]]
| runtime = 93 menit
| country = [[{{flag|Indonesia]]}}
| awards =
| movie_languagelanguage = [[Bahasa Indonesia]]
| budget =
| gross =
| preceded_by =
| followed_by =
| amg_id =
| imdb_id =
}}
|years = [[1990]]}}
<references />
'''Tragedi Bintaro''' adalah film Indonesia bergenre [[drama]] [[tragedi]] yang diproduksi pada tahun 1989 dan disutradarai oleh [[Bruce Malawau]] dan dibintangi antara lain oleh [[Roldiah Matulessy]], [[Ferry Octora]], dan [[Lia Chaidir]]. Film ini merupakan berdasarkan kisah nyata seorang korban '''[[Tragedi Bintaro]]'''.
'''''Tragedi Bintaro''''' adalah film Indonesia bergenre [[drama]] [[tragedi]] yang dirilis pada 4 Mei 1989 dan disutradarai oleh [[Buce Malawau]]. Film ini dibintangi antara lain oleh [[Roldiah Matulessy]], [[Ferry Octora]], dan [[Lia Chaidir]]. Film ini diangkat dari kisah nyata seorang korban kecelakaan kereta api [[Tragedi Bintaro|Bintaro 1]] pada tanggal 19 Oktober 1987.
 
== Sinopsis ==
Juned (Fery Octora<ref>{{Cite web|title=Tragedi Bintaro (1989)|url=http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-t014-89-379934_tragedi-bintaro|website=filmindonesia.or.id|access-date=2023-01-31}}</ref>) tinggal bersama neneknya, Minah ([[Roldiah Matulessy]]) dan keempat saudaranya di perkampungan padat [[Jakarta]]. Kedua orang tua Juned sudah pisah rumah akibat ketidak cocokan. Nenek Minah mengasuh lima orang cucu sekaligus sehingga nenek minah bekerja apa saja untuk menyambung hidup dari menjadi tukang pijat hingga tukang cuci pakaian meski kadang tidak bersih hasil cuciannya. Kedua orang tuanya meski belum bercerai akan tetapi sudah berpisah. Lena (Lia Chaidir), ibu Juned bekerja di konveksi yang sesekali datang kerumah nenek, sedangkan Bapaknya Efendi ([[Asrul Zulmy]]) bekerja di bengkel. Akibat keegoisan kedua orangtuanya, Juned dan saudara-saudaranya menjadi korban.
{{For|tabrakan kereta api|Tragedi Bintaro}}
 
Adalah Juned (Fery Octora) yang tinggal bersama dengan Minah (Roldiah Matulessy) neneknya dan keempat saudaranya di perkampungan padat Jakarta. Kedua orang tua Juned sudah pisah rumah akibat ketidak cocokan keduannya. Nenek Minah mengasuh lima orang cucu sekaligus sehingga nenek minah bekerja apa saja untuk menyambung hidup dari menjadi tukang pijat hingga tukang cuci pakaian meski kadang tidak bersih hasil cuciannya. Kedua orang tuanya meski belum bercerai akan tetapi sudah pisah. Mamanya Juned (Lia Chaidir) bekerja di konveksi yang sesekali datang kerumah nenek, sedangkan Bapaknya Efendy(Asrul Zulmy) bekerja di bengkel. Akibat keegoan kedua orangtuanya sehingga anak-anaknya menjadi korban.
Adegan dibuka dengan Juned bersama temannya menyusuri rel kereta api sambil membicarakan isu Koran ''[[Sinar Harapan]]'' yang akan di[[Pembredelan|bredel]]. Seperti layaknya bocah, anak-anak Fendi biasa bercanda dan berkelahi dengan sesama saudaranya. Mulyadi kakak Juned misalnya sering bersalah paham dengan Juned. Sementara itu, meskipun Juned anak kedua, tetapi ia mempunyai tanggung jawab yang tinggi. Ia berjualan koran. Sedikit demi sedikit Juned menabung hasil penjualan korannya dalam celengan.
 
Sementara itu, di sekolah Mulyadi tidak boleh masuk kelas karena menunggak uang sekolah selama 4 bulan, melihat itu Juned menyuruh Mulyadi untuk meminta uang pada bapaknya, akan tetapi bapaknya tidak memberinya uang dengan alasan tidak punya uang, bahkan menyuruh Mulyadi untuk tidak datang-datang lagi. Juned yang cerdas akhirnya menemui bapaknya di bengkel untuk meminta uang, tetapi tidak diberi dengan alasan belum gajian, akhirnya Juned ngambek dan lari meninggalkan bapaknya. Bapaknya mengejarnya dan akhirnya memberinya uang, yang ternyata uang itu adalah untuk kakaknya Mulyadi yang belum membayar uang sekolah. Mengetahui itu nenek Minah menjadi kesal pada Juned, karena dianggapnya itu atas suruhan neneknya.
 
Merasa hidupnya makin susah di Jakarta, Nenek Minah mengajak cucu-cucunya untuk pindah ke desa. Nenek minah akan membawa cucu-cucunya berangkat dahulu sementara ibunya Juned disuruh menyusul kemudian. Sementara itu, di perempatan tempat Juned menjual koran, temannya memberi tahu kalau Bapaknya sedang makan di [[restoran]] bersama seorang perempuan. Juned yang bergaya kocak, menghampiri bapaknya dan langsung meminta uang, melihat itu Juned mengira kalau itu pacar bapaknya meski dengan gaya yang kocak, akan tetapi kata-kata yang Juned lontarkan mengena di bapaknya. Begitu sampai di rumah nenek Minah, Juned langsung memberi tahu neneknya kalau ia habis ketemu bapaknya dengan seorang wanita tanpa mengetahui kalau ibunya berada di dalam sedang sakit. Mengetahui ibunya sakit, Juned membuka celengan dan menyuruh neneknya membawa ibunya berobat.
Adegan dibuka dengan Juned bersama temannya menyusuri rel kereta api sambil membicarakan isu Koran [[Sinar Harapan]] yang akan di[[Pembredelan|bredel]]. Seperti layaknya bocah, anak-anak Fendy biasa becanda dan berkelahi dengan sesama saudaranya. Mulyadi kakak Juned misalnya sering bersalah paham dengan Juned. Sementara itu Juned, meski sebagai anak kedua akan tetapi mempunyai tanggung jawab yang tinggi. Ia berjualan Koran. Sedikit demi sedikit Juned menabung hasil penjualan korannya dalam celengan.
 
Malamnya Juned pergi ke kontrakkan Bapaknya untuk memberitahu kalau ia dan neneknya akan pindah ke desa sehingga tidak merepotkan bapaknya lagi. Juned juga meminta uang ganti pada Bapaknya karena uang Juned yang ditabungan habis dipakai untuk berobat ibunya, tetapi tidak langsung diganti.
Sementara itu, dari sekolah Mulyadi tidak boleh masuk kelas karena menunggak uang sekolah selama 4 bulan, melihat itu Juned menyuruh Mulyadi untuk meminta uang sama Bapaknya, akan tetapi Bapaknya tidak memberinya uang dengan alasan tidak punya uang, bahkan menyuruh Mulyadi untuk tidak datang-datang lagi. Juned yang cerdas akhirnya menemui Bapaknya di bengkel untuk meminta uang, akan tetapi dengan alasan belum gajihan akhirnya Juned ngambek dan lari meninggalkan Bapaknya. Bapaknya mengejarnya dan akhirnya memberinya uang, yang ternyata uang itu adalah untuk kakaknya Mulyadi yang belum membayar uang sekolah. Mengetahui itu nenek Minah menjadi kesal ke Juned, karena dianggapnya itu atas suruhan neneknya.
 
Sekali waktu, Efendi mengajak anak-anaknya untuk berlibur ke [[Dunia Fantasi]] dan bermain-main, tetapi tanpa kehadiran Juned. Begitu pulang dari jalan-jalan, Efendi membagi-bagikan hadiah pada anak-anaknya, juga uang untuk nenek. Hadiah Efendi untuk Juned tidak jadi diberikan karena Juned belum pulang sehingga hadiah itu dibawa pulang kembali oleh Efendi untuk disimpan dan diberikan langsung pada Juned.
Merasa hidupnya makin susah di Jakarta, Nenek Minah mengajak cucu-cucunya untuk pindah ke desa. Nenek minah akan membawa cucu-cucunya berangkat dahulu sementara Mamanya Juned disuruh menyusul kemudian. Sementara itu di perempatan tempat Juned menjual Koran, temannya memberi tahu kalau Bapaknya sedang makan di [[restoran]] bersama seorang perempuan. Juned yang bergaya kocak, menghampiri Bapak dan langsung meminta uang, melihat itu Juned mengira kalau itu pacar Bapaknya meski dengan gaya yang kocak, akan tetapi kata-kata yang Juned lontarkan mengena di Bapaknya. Begitu sampai ke rumah nenek Minah, Juned langsung memberi tahu neneknya kalau habis ketemu Bapaknya dengan seorang cewek tanpa mengetahui kalau Mamanya berada di dalam sedang sakit. Mengetahui mamanya sakit, Juned membuka celengan dan menyuruh neneknya membawa mamanya berobat.
 
Persiapan nenek Minah untuk pulang kedesa dari hari kehari selalu dipersiapkan. Demikian juga Juned yang selalu cerita pada Memet, temannya sesama penjual koran. Menurut rencana, ibunya akan pulang belakangan sedangkan nenek Minah pulang duluan membawa cucunya. Anak-anak memakai hadiah yang diberikan bapaknya untuk pulang, kecuali Juned yang hadiahnya belum diberikan sehingga Juned uring-uringan. Mulyadi berusaha menenangkannya.
Malamnya Juned pergi ke kontrakkan Bapaknya untuk memberitahu kalau ia dan neneknya akan pindah kedesa sehingga tidak merepotkan Bapaknya lagi. Juned juga meminta uang ganti pada Bapaknya karena uang Juned yang ditabungan habis dipakai buat berobat mamanya, akan tetapi tidak langsung diganti.
Juned berteman baik dengan Memet teman sesama penjual Koran, sehingga ia pun sering cerita tentang keadaan keluarganya.
 
Begitu Subuh tiba, nenek Minah bersiap-siap untuk ke stasiun setelah sebelumnya berpamitan pada pak haji pemilik kontrakan. Efendi menyusul kerumah kontrakan Nenek Minah dan hanya bertemu dengan Pak Haji karena nenek dan anak-anak sudah berangkat ke stasiun. Akhirnya dengan memacu mobilnya, Efendi menyusul ke stasiun. Sementara di gerbong kereta Juned masih uring-uringan karena belum diberi hadiah oleh bapaknya. Juned menunggu-nunggu bapaknya yang tidak datang-datang hingga akhirnya dengan setengah terpaksa Juned naik kereta.
Sekali waktu Efendy mengajak anak-anak untuk berlibur ke Dunia Fantasi dan bermain-main, akan tetapi tanpa kehadiran Juned. Begitu pulang dari Jalan-jalan Efendy membagi-bagikan hadiah pada anak-anaknya juga uang untuk nenek. Hadiah Efendy untuk Juned tidak jadi diberikan karena Juned belum pulang sehingga hadiah itu dibawa pulang kembali oleh Efendy untuk disimpan dan diberikan langsung pada Juned.
 
Begitu kereta berjalan pelan, Efendi telah sampai di stasiun dan langsung mengejar di mana anak-anaknya berada untuk memberikan hadiah Juned lewat jendela. Akan tetapi kereta yang telah berjalan dan besarnya bungkusan yang diberikan tidak bisa masuk lewat jendela, akhirnya Juned pun tidak menerima hadiah tersebut. Juned menangis karena hadiah itu tidak bisa ia terima.
Persiapan nenek Minah untuk pulang kedesa dari hari kehari selalu dipersiapkan. Demikian juga Juned yang selalu cerita pada Memet. Menurut rencana Mama akan pulang belakangan sedangkan nenek Minah pulang duluan membawa cucunya. Anak-anak memakai hadiah yang diberikan Bapaknya untuk pulang, kecuali Juned yang hadianya belum diberikan sehingga Juned during-uringan. Mulyadi berusaha menenangkannya.
 
Di tengah perjalanan pada km ±18.75 dari arah yang berlawanan, muncul kereta lain yang sarat dengan penumpang pada rel yang sama. Akhirnya terjadilah tabrakan maut antara dua kereta yang menyebabkan timbulnya korban jiwa. Juned yang terjepit berteriak memanggil neneknya, sedangkan Mulyadi berusaha memanggil-manggil bapaknya. Seluruh keluarga nenek Minah tewas dalam kecelakaan maut tersebut, hanya tersisa Juned. Tangisan dan teriakan histeris mewarnai kecelakaan maut tersebut, darah dimana-mana.
Begitu Subuh tiba, nenek Minah bersiap-siap untuk ke stasiun setelah sebelumnya berpamitan pada pak Haji pemilik kontrakan. Efendi menyusul kerumah kontrakan Nenek Minah dan hanya bertemu dengan Pak Haji karena nenek dan anak-anak sudah berangkat ke stasiun. Akhirnya dengan memacu mobilnya, Efendi menyusul ke stasiun. Sementara di Gerbong Kereta Juned masih uring-uringan karena belum dikasih hadiah sama Bapaknya. Juned menunggu-nunggu Bapaknya yang tidak datang-datang hingga akhirnya dengan setengah terpaksa Juned naik kereta.
 
Sementara itu Efendi akhirnya mengetahui kecelakaan itu setelah ditelepon dan langsung ke rumah sakit untuk melihat jasad keluarganya. Keberadaan Juned yang terjepit akhirnya dapat dikeluarkan, dan di rumah sakit kedua orang tua Juned akhirnya dipersatukan olehnya. Juned menyuruh kedua orangtuanya untuk berbaikan.
Begitu kereta berjalan pelan, Efendi telah sampai di stasiun dan langsung mengejar dimana anak-anaknya berada untuk memberikan hadiah Juned lewat jendela. Akan tetapi kereta yang telah berjalan dan besarnya bungkusan yang diberikan tidak bisa masuk kelewat jendela, akhirnya Junedpun tidak menerima hadiah tersebut. Juned menangis karena hadiah itu tidak bisa ia terima.
 
Di akhir kisah, muncullah Juned yang sebenarnya di rel kereta api dengan memakai penyangga kaki, karena kaki yang kiri harus diamputasi. Juned adalah salah seorang korban musibah tabrakan kereta api di Bintaro. “Sayalah Juned salah seorang korban musibah tabrakan kereta api di Bintaro, saya berterima kasih karena kisah kami sekeluarga diangkat kelayar putih lewat film ini, moga-moga ada hikmahnya bagi kita semua” demikian kata-kata Juned yang asli di akhir kisah.
Ditengah perjalanan pada km ±18.75 dari arah yang berlawanan muncul kereta lain yang sarat dengan penumpang pada rel yang sama. Akhirnya terjadilah tabrakan maut antara dua kereta yang menyebabkan timbulnya korban Jiwa. Juned yang terjepit berteriak memanggil neneknya...., sedangkan Mulyadi berusaha memanggil-manggil Bapaknya. Seluruh keluarga nenek Minah tewas dalam kecelakaan maut tersebut, hanya tersisa Juned. Tangisan dan teriakan histeris mewarnai kecelakaan maut tersebut, darah dimana-mana.
 
== Pemeran ==
Sementara itu Efendy akhirnya mengetahui kecelakaan itu setelah ditelepon dan langsung kerumah sakit untuk melihat jasad keluarganya. Keberadaan Juned yang terjepit akhirnya dapat dikeluarkan dan di rumah sakit kedua orang tua Juned akhirnya dipersatukan olehnya. Juned menyuruh kedua orangtuanya untuk berbaikan.
* [[Roldiah Matulessy]] sebagai nenek Minah
* [[Ferry Octora]] sebagai Juneidi Wijaya/Juned
* Ps. [[Andy Otniel]] sebagai Mulyadi
* [[Lia Chaidir]] sebagai Lena, ibu Juned
* [[Asrul Zulmi]] sebagai Efendi, ayah Juned
* [[Tino Karno]] sebagai rekan Efendi
* [[Aspar Paturusi]] sebagai PPKA Stasiun Sudimara
* [[Nyoman Ayu Lenora]]
* [[Cynthia Fransiska]]
* [[Ferry Iskandar]]
* [[Andi Hermawan]]
* [[Yoga Pratama]]
 
== Penghargaan ==
Di akhir kisah, muncullah Juned yang sebenarnya direl kereta api dengan memakai penyangga kaki, karena kaki yang kiri harus diamputasi. Juned adalah salah seorang korban musibah tabrakan kereta api di Bintaro. “Sayalah Juned salah seorang korban musibah tabrakan kereta api di Bintaro, saya berterima kasih karena kisah kami sekeluarga diangkat kelayar putih lewat film ini, moga-moga ada hikmahnya bagi kita semua” demikian kata-kata Juned yang asli di akhir kisah.
{| class="wikitable" style="width:99%;"
! Tahun !! Penghargaan !! Kategori !! Penerima !! Hasil
|-
|rowspan="13"| 1989
|rowspan="12"| [[Festival Film Indonesia 1989]]
| [[Penghargaan FFI untuk Film Bioskop Terbaik|Film Terbaik]]
| ''Tragedi Bintaro''
|{{Won}}
|-
| [[Penghargaan FFI untuk Penyutradaraan Terbaik|Sutradara Terbaik]]
| [[Buce Malawau]]
|{{won}}
|-
| [[Penghargaan FFI untuk Pemeran Pendukung Pria Terbaik|Pemeran Pendukung Pria Terbaik]]
| [[Asrul Zulmi]]
|{{Won}}
|-
|[[Penghargaan FFI untuk Pemeran Pendukung Wanita Terbaik|Pemeran Pendukung Wanita Terbaik]]
|[[Lia Chaidir]]
|{{nom}}
|-
|Pemeran Cilik Terbaik
|[[Ferry Octora]]
|{{won}}
|-
|[[Penghargaan FFI untuk Skenario Terbaik|Skenario Terbaik]]
|[[Marselli]]
|{{nom}}
|-
|[[Penghargaan FFI untuk Cerita Asli Terbaik|Cerita Asli Terbaik]]
|[[Marselli]]
|{{nom}}
|-
|[[Penghargaan FFI untuk Penyuntingan Terbaik|Penyuntingan Terbaik]]
|[[Maruli Ara]]
|{{nom}}
|-
|[[Penghargaan FFI untuk Tata Musik Terbaik|Tata Musik Terbaik]]
|[[Suka Hardjana]]
|{{nom}}
|-
|[[Penghargaan FFI untuk Tata Suara Terbaik|Tata Suara Terbaik]]
|[[Kemal Redha]]
|{{nom}}
|-
|[[Penghargaan FFI untuk Tata Sinematografi Terbaik|Tata Sinematografi Terbaik]]
|[[William Samara]]
|{{nom}}
|-
|[[Penghargaan FFI untuk Tata Artistik Terbaik|Tata Artistik Terbaik]]
|Rogoes Soemarco
|{{nom}}
|-
|rowspan="1" |Piala Kartini
|Pemeran Cilik Terbaik
|[[Ferry Octora]]
|{{won}}
|-
|}
Sumber:[http://perfilman.pnri.go.id/filmografi/detail/2959] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20131224103032/http://perfilman.pnri.go.id/filmografi/detail/2959 |date=2013-12-24 }}
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
* [http://jibisperfilman.pnri.go.id/sinema/filmografi-nasional/thndetail/2007/bln/11/tgl/23/id/17292959 Ulasan di Pusat Dokumentasi Seni Bidang Film] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20131224103032/http://perfilman.pnri.go.id/filmografi/detail/2959 |date=2013-12-24 }}
 
[[Kategori:Film drama]]
[[Kategori:Film Indonesia]]
[[Kategori:Film Indonesia tahun 1989]]
[[Kategori:Film yang berdasarkan pada kisah nyata]]
[[Kategori:Film tentang transportasi rel]]
[[Kategori:Film Indonesia yang berdasarkan pada kisah nyata]]