Filsafat linguistik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Zaidan Rivaldi (bicara | kontrib)
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Disarankan: tambahkan pranala
Kevinchanz94 (bicara | kontrib)
k bahasa dan kata-kata lebih dirapikan
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 4:
Filsafat bahasa merupakan teori tentang bahasa yang berhasil dikemukakan oleh para filsuf dalam memahami pengetahuan konseptual. Filsafat bahasa ialah buah dari usaha para [[filsuf]] memahami keilmuan yang bersifat konseptual melalui pemahaman terhadap bahasa.
 
Dalam upaya mencari pemahaman ini, para filsuf telah jmencoba mendalami hal-hal lain, misalnya fisika, matematika, seni, sejarah, dan lain-lain. Cara bagaimana pengetahuan itu diekspresikan dan dikomunikasikan di dalam bahasa, di dalam fisika, matematika dan lain-lain itu diyakini oleh para filsuf berhubungan erat dengan hakikat pengetahuan atau dengan pengetahuan konseptual itu sendiri. Jadi, dengan meneliti berbagai cabang ilmu itu, termasuk bahasa, para filsuf berharap dapat membuat filsafat tentang pengetahuan manusia pada umumnya.
 
Letak perbedaan antara filsafat bahasa dengan linguistik adalah bahwa linguistik bertujuan mendapatkan kejelasan tentang bahasa. Linguistik mencari hakikat bahasa. Jadi, para sarjana bahasa menganggap bahwa kejelasan tentang hakikat bahasa itulah tujuan akhir kegiatannya. Sedangkan filsafat bahasa mencari hakikat ilmu pengetahuan atau hakikat pengetahuan konseptual.
Baris 14:
 
=== Metafisika ===
Metafisika ialah bagian filsafat yang berusaha memformulasikan fakta yang paling umum dan paling luas, termasuk penyebutan kategori-kategori yang paling pokok atas pengelompokan hal dan benda dan gambaran saling hubungan diantara keduanya. Di dalam metafisika ini, maka dapatlah filsuf-filsuf seperti [[Plato]] dan [[Aristoteles]] mencoba memahami bahasa. Sebagai misal, dalam bukunya ''Republik'' Plato berkata, “Manakah sejumlah orang menyebut kata yang sama, kita berasumsi bahwa mereka itu juga memikirkan ide yang sama”. Jadi kalau orang-orang menggunakan kata yang sama seperti ''rumah'' dan ''pohon'', maka Plato beranggapan bahwa di dalam masyarakat memang ada kesatuan ide seperti ''[[rumah]]'' dan ''poho''n itu. Kalau tidak begitu, maka tidak mungkinlah beberapa orang yang berlainan menggunakan kata-kata yang sama itu.
 
Di dalam buku ''Metaphysics'', Aristoteles menulis “... Kita boleh bertanya apakah kata-kata seperti ''berjalan, duduk, sehat'' itu ada. Bukankah yang ada itu ialah pekerjaan ‘''berjalan, duduk, atau sakit''’. Kegiatan itu dianggap lebih nyata karena ada sesuatu yang pasti yang mendasarinya, yaitu benda atau orang....” Dalam hal ini, Aristoteles mulai dengan kenyataan bahwa orang tidak menggunakan kata kerja kecuali berhubungan dengan subjek yang dalam hidupnya memang menjalankan pekerjaan-pekerjaan seperti berjalan, duduk, dan sakit. Dari kenyataan ini, Aristoteles berkesimpulan bahwa benda itu mempunyai keberadaan yang lebih bebas dari kata kerja, benda itu lebih pokok daripada kegiatan.