Filsafat linguistik: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k bahasa dan kata-kata lebih dirapikan |
||
(36 revisi perantara oleh 28 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{rapikan|date=2011}}
'''Filsafat
Filsafat bahasa
Dalam
Letak perbedaan antara filsafat bahasa dengan linguistik adalah bahwa linguistik bertujuan mendapatkan kejelasan tentang bahasa. Linguistik mencari
Dalam usaha pencarian tersebut, para filsuf mempelajari bahasa bukan sebagai tujuan akhir, melainkan sebagai objek pengantar yang pada akhirnya didapatlah kejelasan tentang hakikat pengetahuan konseptual itu.
== Perhatian Para [[Filosof]] terhadap bahasa ==▼
Masalah kebahasaan yang sering dibahas oleh para filsuf biasanya berkisar pada hubungan antara [[simbol]] dan [[arti]]. Pembahasan mereka agak sukar untuk disistematikakan. Secara garis besar, pemikiran itu dapat digambarkan sebagai berikut :<br />▼
▲Masalah kebahasaan yang sering dibahas oleh para filsuf biasanya berkisar pada hubungan antara
=== Metafisika ===
Di dalam buku
Pada akhir abad 19, seorang Filsuf
Pada abad dua puluh ini, ada aliran filsafat yang disebut
Dalam hal ini, Russel mengisyaratkan bagaimana sebaiknya bahasa itu. Bahasa yang benar dan logis seharusnya dapat
=== Logika ===
Ada cabang filsafat lain yang menaruh perhatian pada bahasa. Cabang itu sering disebut logika.
=== Epistemologi ===
===
Para filsuf juga tertarik untuk memperbaiki bahasa. Bahasa seharusnya diperbaiki karena kegiatan keilmuan para filsuf boleh dikatakan tergantung kepada pemakaian bahasa. Di lain pihak, telah banyak keluhan dari
Keluhan para filsuf terhadap
Jadi, dalam hal ini, ada dua pandangan yang berbeda terhadap bahasa ini. ''Pertama'', pandangan yang mengatakan bahwa bahasa itu masih dapat berfungsi untuk menjadi sarana pengantar filsafat. Akan tetapi, dalam pengalaman pemakaian ini tidak baik, karena si pemakai sendirilah yang salah. Si pemakai menyimpang dari cara pemakaian bahasa yang baik dan yang benar, tanpa memberikan makna apa-apa terhadap penyimpangan yang mereka lakukan. Dalam kelompok ini terdapatlah misalnya orang-orang seperti
Orang-orang dari kelompok kedua berpendapat bahwa bahasa yang
== Aturan-aturan terpokok suatu bahasa ==
Bahasa yang digunakan dalam uraian kefilsafatan terdiri dari seperangkat istilah dan seperangkat pernyataan yang dibentuk dari istilah-istilah tertentu ditambah dengan istilah-istilah lain dalam maknanya yang lazim, yang diambilkan dari bahasa yang digunakan oleh sang filsuf (misalnya bahasa Inggris). Suatu bahasa yang lengkap terdiri dari seprangkat istilah dan tiga perangkat aturan.
Perangkat aturan pertama bersifat [[Semantik|''semantik''.]]
* Aturan-aturan pembentukan. Aturan-aturan ini menerangkan kapankah seperangkat tanda menunjukkan suatu pertanyaan. Misalnya, ada aturan
* Aturan-aturan yang melukiskan apakah yang ditunjuk oleh macam-macam tanda tertentu. Aturan-aturan ini
* Aturan-aturan yang melukiskan bilamanakah suatu pernyataan dikatakan mengandung ‘kebenaran’. Aturan-aturan ini dapat memberikan batasan pengertian mengenai hubungan kebenaran. Misalnya, pernyataan sederhana seperti “Saya merasa dingin,” dikatakan benar jika, dan hanya jika, saya sungguh-sungguh merasa dingin.
Perangkat aturan kedua bersifat
Perangkat aturan ketiga bersifat
==
'''1. Arti
Di samping menyesuaikan diri kepada orang yang diajak bercakap, seseorang penutur bahasa biasanya akan mencoba menyesuaikan diri dengan bentuk dan pemakaian bahasa yang terpakai secara luas di masyarakat. Dalam
'''2. Fungsi
''Pertama-tama'', bahasa baku berfungsi sebagai semacam
Karena orang dari masyarakat lain itu biasanya belum dikenal secara akrab, maka sebaiknyalah bahasa yang dipakai itu bersifat sopan. Jadi, kalau dialek memancarkan nuansa arti akrab, maka bahasa baku memancarkan nuansa arti sopan santun. Jadi, di samping berfungsi sebagai ''lingua franca'' di dalam masyarakat dari berbagai macam dialek, bahasa baku juga berfungsi sebagai pengantar kesopan-santunan. Bahasa baku harus dapat dipakai untuk menyampaikan hal-hal dalam suasana yang santun.
Selanjutnya, bahasa baku juga berfungsi untuk mengendalikan laju perubahan dialek-dialek yang tumbuh. Bahasa baku yang mempunyai martabat yang tinggi, disenangi oleh masyarakat pemakainya, biasanya dapat memperlambat lajunya perubahan yang dialami oleh dialek-dialek.
'''3. Bentuk
Ragam bahasa yang santun biasanya jelas dan lengkap. Ucapannya harus jelas. Komponen wacananya lengkap dan logis, dan tidak berputar-putar.
Karena tuntutan kejelasan inilah, maka biasanya bahasa baku itu bersifat kaya (
'''4. Tempat
Bahasa yang terpakai di pusat
Itulah sebabnya, maka sekarang ini ragam bahasa yang dipakai di pusat negeri biasanya terpakai sebagai ragam bahasa baku. Ibukota negara seperti [[Jakarta]], [[London]], [[Bangkok]], [[Bandar Seri Begawan]], dan lain-lain menjadi tempat di mana bahasa baku berkembang. Di [[Jawa]], untuk bahasa Jawa, bahasa yang dipakai di pusat [[kesultanan]] di [[Yogyakarta]] dan [[Surakarta]] pun menjadi [[bahasa standar]].<br />▼
▲Itulah sebabnya, maka sekarang ini ragam bahasa yang dipakai di pusat negeri biasanya terpakai sebagai ragam bahasa baku.
== Fungsi Bahasa ==
Pada kenyataannya, fungsi yang harus disandang oleh bahasa tidak hanya satu macam. Karena hal inilah maka sukar bagi para filosof untuk mematoki bahasa sebagai alat komunikasi yang akurat, satu simbol melambangi satu makna, satu makna dilambangi satu simbol.
Secara singkat, dapat dikatakan bahwa fungsi bahasa beserta variasi-variasinya antara lain ialah sebagai berikut :<br />▼
'''1. [[Register]] sebagai Penyampai Maksud'''<br />▼
▲Secara singkat, dapat dikatakan bahwa fungsi bahasa beserta variasi-variasinya antara lain ialah sebagai berikut
Dikatakan bahwa bahasa ialah alat untuk berkomunikasi. Berkomunikasi pada dasarnya ialah menyampaikan maksud. Maksud itu ada bermacam-macam, ada yang bersifat [[''instinctive'']] dan ada juga yang sangat bersifat [[''manusiawi'']]. Yang bersifat ''instinctive'' ialah komunikasi seperti yang dijalankan hewan, yang biasanya bersifat [[''emotive'']] (berseru, mengelu, menyatakan rasa lega, meneriakkan perintah atau larangan). Yang bersifat manusiawi ialah komunikasi yang berbentuk bertanya, menjawab, memberitahu, menanggapi.<br />▼
'''
▲Dikatakan bahwa bahasa ialah alat untuk berkomunikasi. Berkomunikasi pada dasarnya ialah menyampaikan maksud. Maksud itu ada bermacam-macam, ada yang bersifat
Masyarakat yang hanya mempunyai satu bahasa menggunakan ragam tutur untuk membedakan situasi yang [[resmi]], tak resmi, indah, dan sakral. Dalam keadaan santai, ragam [[informal]] dipakai. Dalam suasana resmi, ragam [[formal]] dipakai. Dalam situasi yang indah romantis, ragam [[susastra]] digunakan. Dalam situasi sakral, ragam [[sakral]] dipakai. <br />▼
Ragam formal sering berbentuk sama dengan apa yang dinamakan '''bahasa baku''' atau ragam '''bahasa standar'''. Ragam informal kadang-kadang terdiri dari dialek bahasa yang sama, tetapi yang bukan baku. Kadang-kadang juga, ragam informal itu terdiri dari “penyantaian” bahasa standar itu. Kata-katanya sering tidak diucapkan secara penuh, aturan tata kalimatnya sering tidak ketat, kata-kata yang teknis sering diganti dengan kata-kata yang umum saja. ([[Poedjosoedarmo]], 1978).<br />▼
▲Masyarakat yang hanya mempunyai satu bahasa menggunakan ragam tutur untuk membedakan situasi yang
Kepekaan anggota masyarakat dalam menggunakan masing-masing variasi ini mencerminkan kepekaan masyarakat terhadap aturan sopan santunnya. Ragam tutur yang wujudnya ditentukan oleh peristiwa percakapan, sebaliknya mengatur anggota masyarakat agar memperhatikan pemakaian ragam itu dan memperhatikan berbagai peristiwa tutur yang berbeda-beda. Memperhatikan cara penggunaan ragam tutur menjadikan anggota masyarakat peka terhadap adanya situasi bicara yang berbeda-beda. Dengan kata lain, adanya ragam tutur ini masyarakat dibuat peka dan dipaksa untuk menaati aturan sopan santun. Masyarakat tidak boleh menggunakan ragam tutur semaunya sendiri dalam bercakap di berbagai situasi dan peristiwa percakapan.<br />▼
▲Ragam formal sering berbentuk sama dengan apa yang dinamakan '''bahasa baku''' atau ragam '''bahasa standar'''. Ragam informal kadang-kadang terdiri dari dialek bahasa yang sama, tetapi yang bukan baku. Kadang-kadang juga, ragam informal itu terdiri dari “penyantaian” bahasa standar itu. Kata-katanya sering tidak diucapkan secara penuh, aturan tata kalimatnya sering tidak ketat, kata-kata yang teknis sering diganti dengan kata-kata yang umum saja. (
'''3. Tingkat Tutur sebagai Penyampai Rasa Hormat'''<br />▼
▲Kepekaan anggota masyarakat dalam menggunakan masing-masing variasi ini mencerminkan kepekaan masyarakat terhadap aturan sopan santunnya. Ragam tutur yang wujudnya ditentukan oleh peristiwa percakapan, sebaliknya mengatur anggota masyarakat agar memperhatikan pemakaian ragam itu dan memperhatikan berbagai peristiwa tutur yang berbeda-beda. Memperhatikan cara penggunaan ragam tutur menjadikan anggota masyarakat peka terhadap adanya situasi bicara yang berbeda-beda. Dengan kata lain, adanya ragam tutur ini masyarakat dibuat peka dan dipaksa untuk menaati aturan sopan santun. Masyarakat tidak boleh menggunakan ragam tutur semaunya sendiri dalam bercakap di berbagai situasi dan peristiwa percakapan.
Di dalam masyarakat, orang yang satu harus berhubungan dengan orang yang lain. Orang lain ini barangkali ayahnya sendiri, adiknya, tetangganya, teman sekelasnya, kenalan baru, atau orang lain yang kebetulan berpapasan di jalan. Di dalam relasi ini, orang dituntut menentukan sikapnya, yaitu akan menganggap lawan tutur sebagai orang yang perlu dihormati atau tidak. Orang lain itu perlu dipastikan dalam jaringan hubungannya dengan si penutur. Kalau dia adalah orang yang seharusnya kita hormati, maka harus kita hormatilah dia. Kalau orang itu tidak kita hormati, maka akan marahlah dia, atau akan marahlah orang lain kepada kita. <br />▼
Bahasa biasanya mempunyai cara-cara untuk menyatakan rasa hormat atau tidak hormat kepada orang lain. Ada masyarakat yang menganggap sudah cukup untuk menyampaikan rasa hormat itu dengan cara berelasi yang berjarak, tetapi ada masyarakat lain yang menyatakan relasi hormat itu dengan kode bahasa yang khusus. Yang pertama bertutur bahasa secara biasa, sedangkan yang kedua memerlukan istilah [[''honorific'']] (hormat) untuk menyampaikan perasaan hormat itu.<br />▼
▲Di dalam masyarakat, orang yang satu harus berhubungan dengan orang yang lain. Orang lain ini barangkali ayahnya sendiri, adiknya, tetangganya, teman sekelasnya, kenalan baru, atau orang lain yang kebetulan berpapasan di jalan. Di dalam relasi ini, orang dituntut menentukan sikapnya, yaitu akan menganggap lawan tutur sebagai orang yang perlu dihormati atau tidak. Orang lain itu perlu dipastikan dalam jaringan hubungannya dengan si penutur. Kalau
'''4. [[Idiolek]] sebagai Penanda Identitas Diri'''<br />▼
▲Bahasa biasanya mempunyai cara-cara untuk menyatakan rasa hormat atau tidak hormat kepada orang lain. Ada masyarakat yang menganggap sudah cukup untuk menyampaikan rasa hormat itu dengan cara berelasi yang berjarak, tetapi ada masyarakat lain yang menyatakan relasi hormat itu dengan kode bahasa yang khusus. Yang pertama bertutur bahasa secara biasa, sedangkan yang kedua memerlukan istilah
Setiap pribadi, karena keadaan fisik dan kejiwaan bahasa yang unik, bahasa mempunyai idioleknya sendiri-sendiri. Walaupun aturan sintaksis, morfologi, dan fonologi itu seragam, tetapi setiap orang mempunyai gaya bicaranya masing-masing. Setiap orang mempunyai kecenderungannya sendiri-sendiri di dalam memilih dan menggunakan berbagai cara mengucapkan bunyi. Setiap orang mempunyai keanehan-keanehannya sendiri di dalam cara membentuk kata dan kalimat, cara menaati sopan santun bahasa dan memilih [[ragam]] dan tingkat tutur, cara mengacu kepada orang yang dipercakapkannya, cara mengorganisasi wacananya, cara menyalurkan isi kejiwaannya. Tentu saja setiap pribadi itu sangat dipengaruhi oleh idiolek-idiolek lain yang menjadi idolanya. Idiolek itu mencoba meniru idiolek-idiolek yang lain. Akan tetapi, bagaimana pun dia itu ialah [[pribadi]] yang unik sehingga pada akhirnya idiolek itu pun berwujud lain dari yang lainnya. Mungkin kelainan itu terletak misalnya hanya pada [[warna suara]] dan salah satu kebiasaan ucapan bunyi /r/ nya, atau cara menghubungkan kalimat pengandaian, atau di dalam mengatur cara menyampaikan permintaan. Atau, perbedaan antara [[individu]] itu mungkin menyangkut perbedaan dalam kebiasaan memakai beberapa segi kebahasaan sekaligus. Bagaimanapun, di dalam kenyataannya, setiap pribadi di muka bumi ini biasanya mempunyai cara bertutur yang sedikit berlain-lainan antara yang satu dengan yang lainnya.<br />▼
Kalau hal ini dibalik, dapatlah dikatakan bahwa idiolek yang berlain-lainan itu sebetulnya dimiliki oleh pribadi yang berlain-lainan pula. Dengan kata lain, idiolek yang berlain-lainan itu dapatlah dipakai untuk mengidentifikasi pribadi orang yang berlain-lainan pula. ▼
Dengan kata lain, sesuatu [[variasi bahasa]] itu dapat dipakai untuk menjadi tandanya seseorang individu. Kalau individu itu sabar, maka akan tercerminlah kesabaran itu di dalam idioleknya. Kalau individu itu peramah, maka akan tercerminlah keramahan itu di dalam idioleknya. Kalau individu seorang yang pemberani, maka akan tercermin di dalam cara bicaranyalah sifat keberanian itu, dst.<br />▼
▲Setiap pribadi, karena keadaan fisik dan kejiwaan bahasa yang unik, bahasa mempunyai idioleknya sendiri-sendiri. Walaupun aturan sintaksis, morfologi, dan fonologi itu seragam, tetapi setiap orang mempunyai gaya bicaranya masing-masing. Setiap orang mempunyai kecenderungannya sendiri-sendiri di dalam memilih dan menggunakan berbagai cara mengucapkan bunyi. Setiap orang mempunyai keanehan-keanehannya sendiri di dalam cara membentuk kata dan kalimat, cara menaati sopan santun bahasa dan memilih
'''5. Dialek dan Rasa Solidaritas'''<br />▼
▲Kalau hal ini dibalik, dapatlah dikatakan bahwa idiolek yang berlain-lainan itu sebetulnya dimiliki oleh pribadi yang berlain-lainan pula. Dengan kata lain, idiolek yang berlain-lainan itu dapatlah dipakai untuk mengidentifikasi pribadi orang yang berlain-lainan pula.
Kalau identitas seseorang individu ditandai oleh idiolek, maka identitas kelompok anggota masyarakat tertentu ditandai oleh [[dialek]]. Dalam masyarakat [[bilingual]] atau [[multilingual]], kelompok itu bahkan ditandai oleh bahasa.<br />▼
▲Dengan kata lain, sesuatu
Bahasa atau dialek memang dapat dipakai untuk menandakan dari mana seseorang berasal. Segi apanyakah yang dapat dipakai sebagai tanda itu? Segi cara mengucapkan bunyi-bunyi [[konsonan]] atau [[vokal]] atau [[intonasi]] kalimatnya. Mungkin juga perbedaan dalam bentuk kata serta istilah yang terpakai. Ada juga perbedaan dalam [[idiom]] atau ungkapan-ungkapan tertentu. Atau perbedaan dalam [[strategi]] bercakap secara keseluruhannya.▼
Kecuali sebagai penanda asal-usul seseorang, dialek atau bahasa juga dapat dipakai untuk mendapatkan rasa [[solidaritas]], rasa senasib dan sepenanggungan oleh para penggunanya di hadapan orang dari kelompok masyarakat lain. Sebagai contoh, kalau sewaktu di negeri lain kita berjumpa orang dari daerah kita, rasanya seperti berjumpa dengan saudara sendiri, walaupun sebetulnya orang lain itu belum pernah kita lihat sebelumnya. Di Jakarta, pegawai-pegawai di pusat pemerintahan biasanya merasa senang melayani orang yang datang dari daerah seasal. Mereka senang melayani orang yang bercakap dengan dialek atau bahasa yang sama dengannya. Mengapa begitu? Karena dirasanya orang-orang itu seperti keluarganya sendiri. <br />▼
▲Kalau identitas seseorang individu ditandai oleh idiolek, maka identitas kelompok anggota masyarakat tertentu ditandai oleh
Mengapa dialek atau bahasa yang sama dapat menimbulkan rasa solidaritas? Sebabnya ialah karena dialek atau bahasa yang sama itu adalah milik penutur bersama. Bukan saja milik mereka bersama, tetapi hasil kreasi mereka bersama. Anggota masyarakat bukan saja secara bersama menggunakan dialek atau bahasa itu, melainkan juga menghasilkan [[inovasi]]-inovasi secara bersama dan melupakan hal yang tak perlu secara bersama. Siapakah yang menjadikan dialek itu berbeda dengan dialek yang lain kalau bukan seluruh anggota [[masyarakat]] dalam kawasan dialek atau bahasa itu. Dialek itu timbul dan [[tenggelam]] karena ulah bersama seluruh anggota kelompok masyarakat, dan gunanya memang hanya dinikmati oleh seluruh anggota kelompok masyarakat itu. Dari satu segi, dialek atau bahasa dapat dipersamakan dengan anak kandung, dan anggota masyarakat sebagai suami-isteri. Dialek atau bahasa itu ialah [[“hasil karya]]” orang-orang yang menjadi anggota kelompok masyarakat. Maka dari itu, dialek atau bahasa itu dapat menjadi pengikat rasa solidaritas orang-orang dalam kelompok itu. Rasa solidaritas ini tampak kuat pada waktu kelompok itu menghadapi orang luar. <br />▼
▲Bahasa atau dialek memang dapat dipakai untuk menandakan dari mana seseorang berasal. Segi apanyakah yang dapat dipakai sebagai tanda itu? Segi cara mengucapkan bunyi-bunyi
'''6. [[Standarisasi]] sebagai Penopang Rasa Kemandirian'''<br />▼
▲Kecuali sebagai penanda asal
▲Mengapa dialek atau bahasa yang sama dapat menimbulkan rasa solidaritas? Sebabnya ialah karena dialek atau bahasa yang sama itu adalah milik penutur bersama. Bukan saja milik mereka bersama, tetapi hasil kreasi mereka bersama. Anggota masyarakat bukan saja secara bersama menggunakan dialek atau bahasa itu, melainkan juga menghasilkan
Berhubungan erat dengan fungsinya sebagai pemupuk rasa solidaritas, bahasa juga dapat dipakai sebagai alat penunjang rasa [[kemandirian]] bangsa. Suatu bangsa biasanya mempunyai bahasa sendiri untuk mengekspresikan dirinya tanpa didikte oleh bangsa lain. Bahasa yang tersendiri ini diperlakukan, karena bangsa itu biasanya memiliki segi-segi kehidupan yang khusus, yang tak dimiliki oleh bangsa lain. Bangsa itu mungkin mempunyai sistem pemerintahannya sendiri; mungkin mempunyai [[adat-istiadat]] yang berbeda dengan bangsa lain yang mana pun; mungkin mempunyai [[agama]] dan kehidupan [[kesenian]] yang [[khas]]; mungkin mempunyai cara-cara menyelesaikan [[perkara]] secara lain, dst. Kesemuanya itu ada [[lambang]]-lambangnya sendiri. Karena inilah, maka biasanya bahasa yang dimilikinya lain dari bahasa yang lainnya. <br />▼
Rasa kemandirian ini biasanya ditentukan oleh pemilikan bahasa yang mempunyai standarnya sendiri. Kalau si bangsa itu mempunyai bahasa yang [[bermartabat tinggi]] di negerinya sendiri, maka bangsa itu biasanya juga merasa menjadi tuan di negerinya sendiri. Tetapi, kalau bahasa yang dipakainya itu hanyalah dialek dari bahasa lain, maka bangsa itu sering merasa tergantung pada bangsa yang memiliki bahasa yang ada standarnya itu. Bangsa itu kurang berdikari dalam berbagai segi kehidupannya. Bangsa itu kurang dapat membanggakan pencapaiannya sendiri. <br />▼
▲Berhubungan erat dengan fungsinya sebagai pemupuk rasa solidaritas, bahasa juga dapat dipakai sebagai alat penunjang rasa
Sebetulnya, yang terpenting di dalam rasa kemandirian ini ialah adanya [[kebebasan]] bangsa itu di dalam menentukan standar bahasa itu, sistem tulisnya, tata kalimatnya, idiom-idiomnya, nilai-nilai [[kesopanan]] serta [[keindahan]] di dalam bahasa itu, dan selanjutnya dapat memakai bahasa itu secara [[natural]] untuk mengekspresikan diri dan menciptakan apa saja yang ingin mereka ciptakan tanpa berkiblat pada bangsa yang mana pun.<br />▼
▲Rasa kemandirian ini biasanya ditentukan oleh pemilikan bahasa yang mempunyai standarnya sendiri. Kalau si bangsa itu mempunyai bahasa yang
Jadi, bahasa itu mungkin seasal dengan bahasa yang dimiliki oleh bangsa lain. Akan tetapi, asal saja bangsa itu bebas di dalam menentukan segala-galanya, maka bahasa yang dimilikinya itu pun sudah mencukupi sebagai alat untuk menopang rasa kebebasannya. Akan tetapi, sebaliknya, kalau aturan [[gramatika]] dari bahasa itu ditentukan oleh bangsa lain, karena bahasa itu memang asalnya ialah milik bangsa lain itu, maka rasa kebebasan itu pun tidak ada. Kalau aturan dan nilai-nilai ditentukan oleh bangsa lain, maka rasa mandiri dengan sendirinya tidak ada. <br />▼
▲Sebetulnya, yang terpenting di dalam rasa kemandirian ini ialah adanya
7.''''' Genre'' sebagai Pengaman Kejiwaan'''<br />▼
▲Jadi, bahasa itu mungkin seasal dengan bahasa yang dimiliki oleh bangsa lain. Akan tetapi, asal saja bangsa itu bebas di dalam menentukan segala-galanya, maka bahasa yang dimilikinya itu pun sudah mencukupi sebagai alat untuk menopang rasa kebebasannya. Akan tetapi, sebaliknya, kalau aturan
Melalui [[variasi]] bentuknya yang sesuai dengan [[warna]] perasaan yang ada pada seseorang individu, bahasa juga dapat dipakai sebagai penyalur [[tekanan jiwa]]. Dalam hidupnya, seseorang individu sering dirundung [[perasaan]] yang berat, pikiran yang mendalam, serta keinginan mengerjakan sesuatu yang keras. Kalau saja hal-hal yang merundung itu dapat diekspresikan, kadang-kadang orang lalu merasa lega. Tekanan perasaan dan yang lainnya pun menjadi berkurang. Tetapi sebaliknya, kalau hal itu tidak dikatakan kepada orang lain, kalau hanya ditahan saja di dalam diri sendiri, letupan [[emosi]] yang keras pun dapat timbul. <br />▼
Segi apakah yang menjadi penyalur tekanan pikiran dan perasaan itu? Segi ekspresinya. Manakala bahasa itu dapat dituturkan sesuai dengan [[pikiran]] atau perasaannya, maka tuturan itu pun telah melaksanakan fungsinya sebagai penyalur perasaan dan pikiran itu.<br />▼
▲Melalui
'''8. Bahasa sebagai Cermin Kebudayaan'''<br />▼
▲Segi apakah yang menjadi penyalur tekanan pikiran dan perasaan itu? Segi ekspresinya. Manakala bahasa itu dapat dituturkan sesuai dengan
Ada pepatah bahasa [[Melayu]] yang berbunyi ''bahasa menunjukkan bangsa''. Maksudnya antara lain ialah bahwa kesopanan yang terkandung di dalam bahasa itu sering mencerminkan tingginya [[peradaban]] suatu bangsa, atau tingginya [[martabat]] seseorang. <br />▼
Secara singkat, dapat dikatakan bahwa ada beberapa hal dari bahasa itu yang dapat dipakai untuk menandai maju dan mundurnya kebudayaan suatu bangsa. Perbendaharaan unsur fonologi dan [[morfosintaksis]] kiranya tak dapat dipakai sebagai [[cermin]] kemajuan kebudayaan itu. Tetapi perbendaharaan kata dan idiom jelas mencerminkan [[ide]] dan pengalaman-pengalaman yang pernah dan sedang dihayati oleh suatu bangsa.▼
Di samping perbendaharaan kata, berbagai variasi tutur seperti ragam, dialek, [[tingkat tutur]], [[register khusus]], [[genre]] dan tata [[format]] yang ada di dalam bahasa itu pun dengan baik mencerminkan apa yang dialami oleh bangsa di dalam berbagai segi kehidupannya.<br />▼
▲Ada pepatah bahasa
Ragam tutur mencerminkan adat [[sopan santun]] bangsa sehubungan dengan sikap-sikapnya terhadap berbagai [[peristiwa]] dan [[situasi bicara]]. Dialek mencerminkan kelompok-kelompok masyarakat yang membentuk bangsa itu. Tingkat tutur mencerminkan adat sopan santun sehubungan dengan berbagai [[status sosial]] yang dimiliki oleh anggota masyarakatnya. Register khusus mencerminkan materi yang biasanya dipercakapkan oleh bangsa itu dan juga maksud dan kehendak yang biasanya dikomunikasikan dan dihayati oleh bangsa. Format cara bertutur mencerminkan berbagai [[sarana]] tutur yang dimiliki oleh bangsa. Selanjutnya, ''genre'' mencerminkan berbagai emosi yang biasanya terpancar dari diri para penuturnya.<br />▼
▲Secara singkat, dapat dikatakan bahwa ada beberapa hal dari bahasa itu yang dapat dipakai untuk menandai maju dan mundurnya kebudayaan suatu bangsa. Perbendaharaan unsur fonologi dan
Dengan mengamati bahasa yang digunakan oleh masyarakat, biasanya dapatlah kita gambarkan seberapa perkembangan peradaban masyarakat pemilik bangsa itu. ▼
▲Di samping perbendaharaan kata, berbagai variasi tutur seperti ragam, dialek,
▲Ragam tutur mencerminkan adat
<ref>Harimurti Kridalaksana (2008). '''Kamus Linguistik''' (edisi ke-Edisi Keempat). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-979-22-3570-8. </ref>▼
▲Dengan mengamati bahasa yang digunakan oleh masyarakat, biasanya dapatlah kita gambarkan seberapa perkembangan peradaban masyarakat pemilik bangsa itu.
<ref>Alih bahasa : Soejono Soemargono,Louis O. Kattsoff,. (2004). '''Pengantar filsafat'''. Tiara Wacana. Yogya. ISBN: 979-8120-01-9.</ref>▼
== Bacaan lanjut ==
<ref>Poedjosoedarmo, S. (2001). '''Filsafat bahasa'''. Muhammadiyah University Press. Surakarta. ISBN : 979-636-024-1.</ref>▼
▲
▲
▲
{{Authority control}}
[[Kategori:Filsafat bahasa| ]]
[[pt:Filosofia linguística]]
|