Sila, Nusalaut, Maluku Tengah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
(3 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 17:
== Sejarah ==
Sejak abad ke-18 Masehi Sila telah berkenalan dengan ajaran [[Kristen Protestan]].
Belanda membangun banyak bangunan penting kolonial di Nusalaut, khususnya Sila. Salah satu peninggalan yang masih tersisa adalah [[Benteng Beverwijk]].<ref>[https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbmaluku/sejarah-benteng-beverwijk-dan-nieuw-selandia-di-maluku/ Sejarah Benteng Beverwijk dan Nieuw Selandia Di Maluku]</ref> Benteng Beverwijk menjadi salah satu objek vital di Nusalaut yang direbut oleh pasukan Pattimura dalam perang melawan Belanda.
== Geografi dan iklim ==
Sila terletak di daerah pesisir dengan ketinggian rata-rata 50 m.dpl.<ref>[Kecamatan Nusalaut Dalam Angka 2018 Hlm. 8]</ref> Berada di tepi [[Selat Komuhatanyo]] yang merupakan bagian dari [[Laut Banda]], Sila dipengaruhi oleh iklim tropis laut dan iklim musim.
== Adat dan budaya ==
Baris 51:
# Wattimena
Sila terikat hubungan ''gandong'' dengan beberapa negeri yang ada di [[Pulau Ambon]], Haruku, [[Pulau Saparua|Saparua]], dan [[Pulau Seram|Seram]]. Total terdapat tujuh [[Negeri (Maluku Tengah)|negeri]] dalam persekutuan gandong yang biasa dikenal
Sila memiliki hubungan yang baik dengan negeri-negeri lain di Nusalaut. Hubungan dengan Leinitu misalnya, kedua negeri beribadah di gereja yang sama --GPM Ebenhaezer yang terletak di Negeri Sila. Dalam tatanan adat di [[Nusalaut, Maluku Tengah|Nusalaut]], Sila, Akoon, Leinitu, Abubu, dan Nalahia adalah bawahan dari Negeri Titawaai dan Ameth. Raja Titawaai dan Ameth bergelar sebagai tuan ''latu'', sementara raja Sila dan empat negeri yang lain bergelar sebagai tuan ''patti'' (patih). Seperti halnya seluruh negeri di Pulau Nusalaut, memiliki ikatan ''gandong'' dengan seluruh desa/negeri di [[Pulau Ambalau]].
== Referensi ==
|