Liang, Salahutu, Maluku Tengah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
 
(41 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Negeri
|nama = Liang<br>''Ama Rian'', ''Ama Riang''<br />''Uli Sailesi''<br />
|peta =
|provinsi = Maluku
|dati2 = Kabupaten
|nama dati2 = Maluku Tengah
|kecamatan = NusalautSalahutu
|nama pemimpin = Hasanres Lestaluhu<ref>[Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 12]</ref>
|kode pos = 97582
|luas = 46 km2
Baris 14 ⟶ 13:
'''Liang''', adalah salah satu dari enam buah [[Negeri (Maluku Tengah)|negeri]] yang termasuk ke dalam wilayah [[kecamatan]] [[Salahutu, Maluku Tengah|Salahutu]], [[Kabupaten Maluku Tengah|Maluku Tengah]], [[Maluku]], [[Indonesia]]. Negeri ini tergolong sebagai negeri pesisir dan dikategorikan sebagai negeri swasembada.<ref>[Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 15]</ref>
 
Sebagai sebuah negeri atau desa adat, Liang dipimpin oleh seorang raja yang berkedudukan layaknya kepala desa. Raja Liang bergelar sebagai tuan ''latuUpulatu'' (raja). Apabila raja belum terpilih, tampuk kepemimpinan dijabat oleh pejabat negeri. Jabatan raja di Liang dipangku oleh fam Soplestuny(matarumah parentah) Samual.<ref>[https://www.kabartimurnews.com/2018/11/23/19-tahun-tanpa-raja-saniri-liang-desak-bupati-percepat-raja-definitif/ 19 Tahun Tanpa Raja, Saniri Liang Desak Bupati Percepat Raja Definitif]</ref> Sejak 19 tahun yang lalu, Liangliang belum memiliki raja definitif dan saat ini dipimpin oleh Bapak Hasanres Lestaluhu selaku kepala pemerintahan (pejabat).<ref>[https://www.kabartimurnews.com/2018/12/03/desak-bupati-angkat-raja-liang-definitif/ Desak Bupati Angkat Raja Liang Definitif]</ref>
 
== Etimologi ==
Negeri Liang dalam bahasa Tana dikenal sebagai ''Ama Rian'' atau ''Ama Riang'' . Nama Liang, Rian, atau Riang konon berasal dari kata ''liang'' yang artinya cerukan atau gua. Negeri ini dinamai demikian karena banyak terdapat cerukan atau gua. Menurut tuturan masyarakat Liang, salah satu di antara gua-gua yang ada di wilayah mereka dahulu kerap dipakai oleh para leluhur sebagai jalan pintas (jalan tembus) menuju Negeri [[Kailolo, Pulau Haruku, Maluku Tengah|Kailolo]] yang terletak berseberangan dengan Liang dan dipisahkan oleh [[Selat Haruku]] melewati dasar laut.<ref>[http://risamena-risamena.blogspot.com/2011/03/ama-riang.html Ama Riang]</ref>
 
Ada pula tuturan dari masyarakat Negeri [[Waai, Salahutu, Maluku Tengah|Waai]] yang menyebutkan bahwa masyarakat Liang adalah sebagian kecil dari masyarakat Waai yang menolak menerima ajaran [[Kristen]]. Masyarakat Waai yang menolak masuk Kristen dan mempertahankan keislaman pergi ke arah yang berbeda-beda. Ada yang pergi ke arah barat dan menjadi warga [[Morella, Leihitu, Maluku Tengah|Morella]] dan [[Wakal, Leihitu, Maluku Tengah|Wakal]]. Ada yang ke selatan ke [[Tulehu, Salahutu, Maluku Tengah|Tulehu]]. Ada yang berpindah ke Haruku ke [[Kailolo, Haruku, Maluku Tengah|Kailolo]]. Dan sebagian lagi ke arah utara. Mereka yang pergi ke utara tinggal di dalam liang-liang gua. Oleh sebab itu negeri yang mereka bangun di kemudian hari dikenal sebagai Negeri Liang.<ref name="Waileruny 2011 87">{{Cite book
Baris 31 ⟶ 30:
 
== Sejarah ==
Liang menurut sejarah merupakan salah satu negeri dalam konfederasi ''Uli Sailesi'' yang wilayahnya berada di timur laut Pulau Ambon. ''Uli Sailesi'' menghimpun Neger Liang, [[Mamala, Leihitu, Maluku Tengah|Mamala]], dan [[Morella, Leihitu, Maluku Tengah|Morella]], dan [[Waai, Salahutu, Maluku Tengah|Waai]] sebagasebagai satu kesatuan dengan pusat ''uli''-nya di Mamala. Pada suatu ketika setelah [[Perang Kapahaha]], Liang menarik diri dari keanggotaannya sebagai bagian ''Uli Sailesi'' dan bersekutu dengan [[Waai, Salahutu, Maluku Tengah|Waai]] yang masyarakatnya sebagian beragama Islam. Persekutuan dengan Waai pun retak ketika Waai beralih menjadi penganut [[Kristen]] yang terjadi pada masa pemerintahan De Vlaming.<ref>{{Cite book
| last = Bartels
| first = Dieter
Baris 40 ⟶ 39:
| year = 2017
| page = 617
| isbn = }}</ref> Retaknya persekutuan Liang-Waai menghasilkan perbedaan penafsiran sejarah yang cukup signifikan antara kedua negeri bertetangga ini.{{efn|Orang Waai menyebut bahwa Liang adalah sebagian kecil masyarakat Waai yang tidak menerima kekristenan dan lari ke utara serta mendiami gua-gua, oleh karenanya disebut Liang. Dalam cerita yang dipercayai masyarakat di Waai, pada suatu waktu di abad ke-17 Masehi, ''eri'' atau kampung yang nantinya membentuk Waai ada tujuh buah dan semuanya beragama Islam. Pada masa yang sama usaha penginjilan oleh misi zending Belanda juga sangat gencar. Beberapa misionaris seperti Honden Horen dari Rumahtiga dan Lodrikus si penunjuk jalan membawa bakubakul misterius berisi air. Bakul itu diletakkan di dekat masjid seolah-olah merupakan barang dagangan. Ketika masyarakat selesai salat dan mengerumuni "barang dagangan", secara mengejutkan misionaris Honden Horen keluar dari bakul dan memercikkan air baptis. Mereka yang terkena percikan diam di tempat dan masuk Kristen, sementara yang tidak terkena berhamburan ke sana ke mari dan membawa serta keislaman mereka. Matarumah Talaperuw, Kayadu, dan Matakupan melarikan diri ke utara dan nantinya menjadi Negeri Liang. Di negeri yang baru mereka mengganti nama. Talaperuw menjadi Oper (Oppier), Kayadu menjadi Lessy, dan Matakupan menjadi Rehalat. Silakan lihat [https://waiselaka.wordpress.com/2012/11/08/sejarah-negeri-waai/ Sejarah Negeri Waai]. Hal yang diyakini masyarakat Liang sangat berlainan dengan yang dipahami di Waai. Liang percaya bahwa mereka adalah negeri yang besar di wilayah Salahutu dan telah memeluk Islam. Namun, usaha penyebaran agama Kristen menjadi semakin massif yang menyebabkan beberapa matarumah (fam atau marga) terpikat dengan ajaran yang dibawakan oleh bangsa Barat. Akibat dari perbedaan keyakinan di antara anak negeri ini, maka penganut [[Kristen]] berpindah agak ke selatan dan mendirikan Negeri Waai. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan batas wilayah karena menurut adat yang ada di Liang, Liang berbatasan langsung dengan Negeri Toirehui atau [[Tulehu, Salahutu, Maluku Tengah|Tulehu]] karena Waai belum ada atau belum didirikan. Silakan lihat [http://risamena-risamena.blogspot.com/2011/03/ama-riang.html Ama Riang].}}
 
== Kondisi Wilayah ==
=== Aksesibilitas ===
Aksesibilitas atau keterjangkauan Negeri Liang terbilang sangat baik, didukung oleh ketersediaan jalan (jalur darat) dan pelabuhan (jalur laut) yang emmadaimemadai.{{sfn|El|2009|pp=23}} Jarak antara Liang dengan ibukota provinsi di [[Ambon]] sekitar 41 38–41&nbsp;km dan dapat ditempuh selama satu hingga satu setengah jam melalui perjalanan darat.<ref>[Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 83]</ref> Jarak ke Masohi yang merupakan, ibu kota [[Kabupatenkabupaten Maluku Tengah]] mencapai 251 &nbsp;km yang dapat dicapai melalui jalur laut. Opsi pertama menggunakan transportasi laut ke [[Kota Masohi, Maluku Tengah|Masohi]] adalah dengan menaiki kapal di Pelabuhan Tulehu yang jaraknya sekitar 15 &nbsp;km ke sebelah selatan Liang.<ref>[Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 82]</ref> Opsi kedua adalah menyeberang menggunakan feri dari Pelabuhan Hunimua (Pelabuhan Liang) ke Pelabuhan Waipirit dan melanjutkan perjalanan ke Masohi menggunakan jalur darat.{{sfn|El|pp=23}}
 
=== Batas-batas ===
Baris 54 ⟶ 53:
 
=== Bencana Alam ===
Liang adalah negeri yang paling parah terkena dampak [[Gempa bumi Maluku 2019]]. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pattimura, Ambon, menyebutkan titik gempa tersebut berada di 3.38 LS,128.43 BT, 40 kilometer limur Laut Ambon dengan kedalaman 10 kilometer.<ref>[https://kumparan.com/ambonnesia/tidur-saat-gempa-ambon-warga-maluku-tengah-tewas-tertimpa-reruntuhan-1rwCb1SqWdU Tidur saat Gempa Ambon, Warga Maluku Tengah Tewas Tertimpa Reruntuhan]</ref> Pasca gempa bumi berkekuatan 6,8 Skala Richter yang mengguncang Ambon dan [[Kabupaten Seram Bagian Barat]] pada pagi hari tanggal 26 September 2019, ribuan masyarakat Liang mengungsi ke hutan-hutan di daerah perbukitan yang terletak di belakang negeri dikarenakan khawatir dengan potensi tsunami ketika mereka menyaksikan air surut (''meti'') di pantai.<ref>[https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-49936623 Gempa Ambon: Lebih 100.000 orang masih mengungsi, 'Katong masih trauma, belum bisa pulang']</ref> G
 
empaGempa bumi berkekuatan 6,8 Skala Richter tersebut disusul ratusan gempa susulan berkekuatan lebih kecil. Alhasil ribuan rumah dan bangunan lain di Negeri Liang roboh dan rata dengan tanah. Gempa bumi tak hanya meluluhlantakkan banguna-bangunan di Liang. Efek dari peristiwa tersebut adalah banyak warga yang mengalami trauma dan gelisah mendalam dikarenakan banyaknya gempa susulan. Pemerintah [[Kabupaten Maluku Tengah]] berjanji akan memberikan bantuan pangan dan terpal serta mengadakan ''trauma healing'' untuk mengembalikan kepercayaan diri warga Liang.<ref>[https://www.gatra.com/detail/news/447617/milenial/bupati-malteng-desa-liang-terparah-dihantam-gempa-ambon Bupati Malteng: Desa Liang Terparah Dihantam Gempa Ambon]</ref> Pada 7 Oktober 2019, aparat kepolisian dari Ditlantas Polda Maluku mengadakan ''trauma healing'' di Liang dan Waai dengan tujuan untuk mengembalikan keceriaan anak-anak yang menjadi korban gempa di kedua negeri.<ref>[http://mimbarrakyatnews.com/anak-anak-waai-liang-korban-gempa-dihibur-polisi/ Anak-anak Waai & Liang Korban Gempa Dihibur Polisi]</ref>
 
Beberapa hari usai terjadinya gempa dan gempa-gempa susulan, di pesisir Negeri Liang dan di sekitar permukiman muncul sejumlah lubang-lubang sebesar sumur. Lubang-lubang tersebut adalah fenomena ''sand boil'' yang umum terjadi sebagai dampak sekunder dari gempa besar. ''Sand boil'' tidak ada kaitannya dengan tsunami. Kemunculan ''sand boil'' di Liang diduga terjadi akibat rekahan di bawah tanah yang membesar setelah guncangan gempa. Rekahan tersebut tak mampu menahan air tanah sehingga mengakibatkan semburan pasir yang kemudian meninggalkan lubang-lubang.<ref>[https://regional.kompas.com/read/2019/09/28/19575021/lubang-sebesar-sumur-muncul-di-perkampungan-dan-pantai-usai-gempa-ini Lubang Sebesar Sumur Muncul di Perkampungan dan Pantai Usai Gempa, Ini Penjelasan BMKG]</ref><ref>[{{Cite web |url=https://terasmaluku.com/pasca-gempa-ditemukan-sejumlah-lumbang-keluarkan-gelembung-air-di-liang/ |title=Pasca Gempa Ditemukan Sejumlah Lubang Keluarkan Gelembung Air di Liang] |access-date=2019-10-09 |archive-date=2019-10-09 |archive-url=https://web.archive.org/web/20191009043240/https://terasmaluku.com/pasca-gempa-ditemukan-sejumlah-lumbang-keluarkan-gelembung-air-di-liang/ |dead-url=yes }}</ref>
 
=== Geografi ===
Baris 74 ⟶ 73:
 
=== Hidrologi ===
Dari kaki [[Gunung Salahutu]] mengalir lima sungai dan sungai kecil yang bermuara di wilayah pesisir Negeri Liang. Masyakarat memanfaatkan sungai-sungai tersebut untuk keperluan mandi dan mencuci. Lima sungai tersebut adalah [[Sungai Wae Huhu|Wae Huhu]], [[Sungai WaeWair Meten|Waewair Meten]], [[Sungai Waewair Osa|Waewair Osa]], [[Sungai Waewair Tomol|Waewair Tomol]], dan [[Sungai WaeWair Wela|WaeWair Wela]].<ref>[Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 7]</ref>
 
== Administrasi ==
Baris 94 ⟶ 93:
== Demografi ==
=== Agama ===
Masyarakat asli Liang sebagaimana kebanyakan masyarakat [[Leihitu]] lainnya beragama Islam. dan tidak memeluk agama lain.{{sfn|El|2009|pp=25}} Pada masa yang lampau, Liang beserta beberapa negeri tetangga seperti [[Mamala, Leihitu, Maluku Tengah|Mamala]] dan [[Morella, Leihitu, Maluku Tengah|Morella]] tergabung dalam konfederasi adat negeri-negeri Muslim yang bernama ''Uli Sailesi''. Latar belakang sejarah itu pula yang menyebabkan ''Uli Sailesi'' menjadi [[teun]] yang dipakai negeri ini dalam upacara adat. Masyarakat Liang yang berasal dari pengungsian warga Iha dan pendatang asal Buton pun semuanya beragama Islam. Data BPS Maluku Tengah tahun 2018 menunjukkan ada lima buah masjid dan 14 buah musala di Liang.<ref>[Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 51]</ref> Masjid yang terbesar adalah Masjid Jami Liang. Lima buah masjid di Liang tersebar masing-masing satu di negeri induk, Dusun Tana Mera, Dusun Lengkong, Dusun Pohon Sukun, dan Dusun Iha.{{sfn|El|pp=23}} Pada tahun 2017 ada 44 pasangan menikah secara Islam di Liang.<ref>[Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 49]</ref>
 
=== Kependudukan ===
Hingga tahun 2017 Liang memiliki penduduk sebanyak 8.381 jiwa yang terdiri dari 4.097 jiwa penduduk laki-laki dan 4.284 jiwa penduduk perempuan serta terbagi ke dalam 1.897 rumah tangga (RT).<ref>[Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 20 dan 22]</ref> Hal ini menjadikan negeri ini sebagai negeri dengan penduduk terbanyak ketiga di [[Salahutu, Maluku Tengah|Salahutu]] setelah [[Tulehu, Salahutu, Maluku Tengah|Tulehu]] (19.445 jiwa) dan [[Suli, Salahutu, Maluku Tengah|Suli]] (11.735 jiwa). Di antara 8.381 jiwa penduduk Liang, semuanya adalah WNI.<ref>[Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 23]</ref>
 
Data tahun 2017 yang dimuat dalam Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 menunjukkan di Liang ada 62 jiwa yang lahir, 10 jiwa yang meninggal, 7tujuh jiwa yang datang menetap, dan 4empat jiwa yang bermigrasi ke luar.<ref>[Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 21]</ref>
 
=== Kesehatan ===
Liang memiliki satu buah puskesmas pembantu yang memiliki 5lima orang tenaga paramedis dan 5lima orang bidan puskesmas.<ref>[Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 37 dan 38]</ref> Selain itu ada delapan orang bidan desa.<ref>[Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 39]</ref> Per tahun 2017 di negeri ini ada delapan buah posyandu dan 364 balita yang ditimbang. Jumlah balita yang ditimbang di Liang lebih sedikit dibandingkan Tulehu (2.479 balita), Suli (450 balita), dan Waai (371 balita).<ref>[Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 40]</ref>
 
=== Pendidikan ===
Liang memiliki sarana pendidikan mulai dari jenjang TK hingga SMA. Menurut data BPS Maluku Tengah di negeri ini ada 2dua buah TK, 6enam buah SD, 2dua buah SMP, dan 1satu buah SMA.<ref>[Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 25]</ref> Sementara itu data dari referensi milik Kemdikbud menyebutkan di Liang ada 3,tiga buah TK, 9sembilan buah SD, 3tiga buah SMP, dan 2dua buah SMA.<ref>[{{Cite web |url=https://referensi.data.kemdikbud.go.id/index11.php?kode=210110&level=3 |title=Daftar Satuan Pendidikan (Sekolah) Per Kec. Salahutu] |access-date=2019-10-09 |archive-date=2017-03-19 |archive-url=https://web.archive.org/web/20170319225610/http://referensi.data.kemdikbud.go.id/index11.php?kode=210110&level=3 |dead-url=yes }}</ref><ref>[{{Cite web |url=https://referensi.data.kemdikbud.go.id/index21.php?kode=210110&level=3 |title=Daftar Satuan Pendidikan (Sekolah) Anak Usia Dini Per Kec. Salahutu] |access-date=2019-10-09 |archive-date=2017-01-27 |archive-url=https://web.archive.org/web/20170127102437/http://referensi.data.kemdikbud.go.id/index21.php?kode=210110&level=3 |dead-url=yes }}</ref> Berikut daftar sarana atau institusi pendidikan di Liang.
 
{| class="wikitable"
Baris 149 ⟶ 148:
=== Fam di Negeri Liang ===
Masyarakat asli Liang memiliki sistem kekerabatan patrilineal yang diturunkan melalui pihak laki-laki. Penanda dari sistem kekerabatan tersebut adalah adanya penggunaan nama [[fam]] atau marga di belakang nama pemberian (''given name'') orang Liang asli. Berikut adalah fam-fam yang ada di Liang.{{sfn|El|2009|pp=30}}
 
# Asel
# Laen
# Lessy
# Lestusen
# Mony
# Naya
# Opier (dibaca opir)
# Oper (kadang dieja sebagai Oppier)
# Pary
# Rehalat
# Samual
# Soplestuny (kadangdibaca dieja sebagai Soplestunisoplestuni)
# Tuny
# Ulat
# Wael
 
Baris 178 ⟶ 175:
=== Lembaga dan Pranata Tradisional ===
==== Soa ====
''Soa'' adalah sebuah kelompok yang terbangun di dalam sebuah negeri dan merupakan budaya khas orang Maluku Tengah. Soa menghimpun beberapa [[fam]] dan biasanya fam-fam dalam satu ''soa'' memiliki kesamaan atau pertalian sejarah. Di Liang ada tiga soa yaitu Soa Haturessy, Soa Renawasa, dan Soa Sitanala.{{sfn|El|2009|pp=31}}<ref>[{{Cite web |url=http://ambonekspres.fajar.co.id/2015/03/10/warga-liang-dambakan-raja-defenitif/ |title=Warga Liang Dambakan Raja Defenitif] |access-date=2019-10-09 |archive-date=2019-10-09 |archive-url=https://web.archive.org/web/20191009043242/http://ambonekspres.fajar.co.id/2015/03/10/warga-liang-dambakan-raja-defenitif/ |dead-url=yes }}</ref>{{efn|Soa Renawasa terdiri dari satu fam yakni fam Lessy dan mereka berkedudukan sebagai tuan tanah. Soa Haturessy terdiri dari fam-fam lain selain fam Lessy dan dua fam yakni Rehalat dan Samual yang termasuk dalam Soa Sitanala yang berkedudukan sebagai Soa Raja. Silakan lihat [http://risamena-risamena.blogspot.com/2011/03/ama-riang.html Ama Riang].}}
 
==== Soa Haturessy ====
Baris 195 ⟶ 192:
==== Soa Renawasa ====
# Lessy
# Bisry
# Terra
 
==== Soa Sitanala ====
1.# Rehalat
2.# Samual
 
== EKonomi ==
=== Pariwisata ===
Liang memiliki salah satu ikon pariwisata Maluku khususnya Pulau Ambon yakni Pantai Hunimua yang lebih dikenal sebagai [[Pantai Liang]].<ref>[Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 89]</ref> Pantai ini masih menjadi pilihan wisata masyarakat Ambon meskipun terdapat daerah-daerah wisata baru dikarenakan orisinalitas yang ditawarkan.{{sfn|Wawo, dkk.|2009|pp=52}} Pantai Hunimua dinobatkan sebagai salah satu pantai terbaik di Indonesia oleh UNDP pada tahun 1990 dikarenakan pasir putihnya yang mempesona serta kekayaan bawah laut yang luar biasa.<ref>[https://en.tempo.co/read/542158/liang-beach-most-beautiful-place-in-indonesia Liang Beach, Most Beautiful Place in Indonesia]</ref> Pada 24-26 Mei 2016 pantai ini beserta Negeri Waai menjadi tuan rumah Kemah Pramuka Madrasah Nasional.<ref>[{{Cite web |url=https://www.malukupost.com/2016/04/maluku-tuan-rumah-kemah-pramuka.html |title=Maluku Tuan Rumah Kemah Pramuka] |access-date=2019-10-09 |archive-date=2019-10-09 |archive-url=https://web.archive.org/web/20191009080103/https://www.malukupost.com/2016/04/maluku-tuan-rumah-kemah-pramuka.html |dead-url=yes }}</ref>
 
=== Pengolahan Makanan dan Perdagangan ===
[[Sagu]] tidak dibudidayakan melainkan tumbuh di hutan sagu di wilayah Negeri Liang. Sagu adalah makanan pokok masyarakat Liang sebelum saat ini perlahan tergantikan oleh nasi. Sagu diolah menjadi beragam panganan seperti ''sinoli'', [[papeda]], ''karu-karu'', dan ''uha'' yang dimakan sebagai ''staple food'' serta diolah menjadi aneka cemilancamilan seperti ''serut'', ''bagea'', [[sagu tumbu]], bubur ne, dan lain-lain. [[Sagu tumbu]] menjadi cemilancamilan utama yang dikembangkan secara serius oleh kelompok usaha ibu-ibu di Liang. Pengolahan sagu ini awalanya masih dilakukan di rumah masing-masing dan ditekuni tak kurang dari 15 orang ibu sebelum terbentuknya kelompok usaha "Ama Riang". Per orang dalam sebulan dapat menghasilkan omsetomzet antara 1.000.000 hingga 1.500.000 rupiah.{{sfn|Musaid, dkk.|2019|pp=68}}
 
Di Liang ada 17 buah rumah makan dan warung kopi serta 57 kios atau warung yang menjual sembako.<ref>[Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 78]</ref>
=== Perikanan ===
 
=== Perkebunan ===
Komoditas perkebunan unggulan dari Liang meliputi pala dan cengkih.{{sfn|Musaid, dkk.|pp=68}}
 
=== Pertanian ===
 
=== Peternakan ===
 
== Keterangan ==
Baris 246 ⟶ 241:
| ref = harv }}
 
* {{cite journal
{{negeri-stub}}
| last = Wawo, dkk.
| first = Mintje
| title = Valuasi Ekonomi Wisata Pantai Hunimua, Desa Liang, Kecamatan Salahutu - Maluku Tengah
| year = 2009
| journal = Ichthyos
| location =
| publisher =
| volume = 8
| issue = 1
| pages = 49-54
| url = http://ejournal-polnam.ac.id/index.php/JPMJ/article/viewFile/246/242
| ref = harv }}
 
{{Salahutu, Maluku Tengah}}